NovelToon NovelToon
Sebelum Segalanya Berubah

Sebelum Segalanya Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Dunia Masa Depan / Fantasi / TimeTravel
Popularitas:810
Nilai: 5
Nama Author: SunFlower

Rania menjalani kehidupan yang monoton. Penghianatan keluarga, kekasih dan sahabatnya. Hingga suatu malam, ia bertemu seorang pria misterius yang menawarkan sesuatu yang menurutnya sangat tidak masuk akal. "Kesempatan untuk melihat masa depan."

Dalam perjalanan menembus waktu itu, Rania menjalani kehidupan yang selalu ia dambakan. Dirinya di masa depan adalah seorang wanita yang sukses, memiliki jabatan dan kekayaan, tapi hidupnya kesepian. Ia berhasil, tapi kehilangan semua yang pernah ia cintai. Di sana ia mulai memahami harga dari setiap pilihan yang dulu ia buat.

Namun ketika waktunya hampir habis, pria itu memberinya dua pilihan: tetap tinggal di masa depan dan melupakan semuanya, atau kembali ke masa lalu untuk memperbaiki apa yang telah ia hancurkan, meski itu berarti mengubah takdir orang-orang yang ia cintai.

Manakah yang akan di pilih oleh Rania?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#13

Happy reading...

.

.

.

Rania terbangun perlahan, seolah tubuhnya baru saja ditarik dari kedalaman mimpi yang panjang. Kelopak matanya terasa berat, namun akhirnya ia berhasil untuk membukanya. Cahaya lembut dari lampu kamar menyambut pandangannya. Dengan bingung, ia mengedarkan mata ke seluruh ruangan.

Rania mengerutkan keningnya. Tempat itu terlalu mewah untuk ukuran kamar yang pernah ia tinggali sepanjang hidupnya. Dindingnya berwarna krem lembut dengan aksen gold yang terlihat mahal. Langit-langitnya tinggi, dihiasi lampu gantung kristal kecil yang berkilauan.

Ia meraba kasur tempatnya berbaring. Kasur ukuran super king yang empuk dengan selimut tebal yang terasa hangat dan sangat lembut di kulit. Sebuah perasaan asing langsung menyelimuti dirinya.

“Ini.. di mana?” tanyanya dalam hati, semakin gelisah.

Rania mendudukkan dirinya bertepatan dengan pintu kamar yang tiba-tiba terbuka lebar. Suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan.

“Kamu sudah bangun?”

Suara itu terdengar sedikit familiar di telinganya. Begitu Rania menoleh, matanya langsung membulat karena terkejut. Seorang laki-laki berdiri di ambang pintu. Wajah tampan dengan garis wajah tegas, hidung mancung serta mata sedikit bulat dengan bulu mata lentik.

“Pak Arkana?” seru Rania tanpa bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Arkana berhenti sejenak, keningnya berkerut. “Pak Arkana?” ulangnya seolah memastikan ia tidak salah mendengar.

Rania menelan ludah. “Kenapa Bapak bisa ada di sini?” tanyanya spontan, suaranya lirih tapi jelas penuh kebingungan.

Arkana menatapnya dalam diam beberapa detik, sebelum akhirnya menghela napas. “Bukankah kamu sendiri yang kemarin menghubungiku dan memintaku untuk datang ke sini?” ujarnya sambil berjalan mendekat.

Rania refleks menarik selimut hingga sebatas dadanya, seperti ingin melindungi dirinya dari pandangan Arkana.

“Aku?” Rania memegangi selimut erat-erat. “Aku yang menyuruh Bapak ke sini? Untuk apa?”

Arkana berhenti tepat di sisi tempat tidur. Wajahnya menunjukkan ekspresi bingung, bahkan sedikit kesal. “Rania, kamu kenapa? Apa saat mabuk kemarin kepala kamu terbentur?”

Tanpa ragu, Arkana menjulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Rania, namun Rania yang terkejut segera memundurkan kepala sambil merapatkan punggungnya ke kepala tempat tidur.

“Jangan sentuh aku!” serunya pelan namun ketakutannya jelas terlihat.

Arkana menghentikan gerakannya. Alisnya terangkat tinggi. “Sampai sejauh itu kamu lupa apa yang terjadi?” tanyanya dengan nada yang sulit diartikan, antara bingung dan tidak percaya.

Rania menggeleng cepat. “Aku.. aku tidak ingat apa pun. Aku tidak mabuk. Aku tidak menghubungi Bapak. Aku bahkan…” Racau Rania. Ia menelan ludah, jantungnya berdetak keras. “…bahkan aku tidak tahu ini kamar siapa.”

Arkana menghela napas panjang sambil menegakkan tubuhnya. “Ini kamar kamu. Kamar kita” Jawab Arkana dengan wajah datarnya.

Rania membulatkan mata. “Kamar kita? Tidak mungkin..” Ia menggelengkan kepalanya ribut. Tubuh Rania menegang. Sebuah rasa tidak nyaman merayapi dirinya. Apa maksudnya? Apa yang sebenarnya terjadi?

Arkana melipat kedua tangannya di depan dada. “Rania, kamu benar-benar tidak ingat apa pun tentang kita? atau kamu masih marah kepadaku?”

“Ki... kita?” Rania hampir tersedak kata itu. “Lalu kenapa aku harus marah?”

Arkana menatapnya lama, sangat lama, hingga Rania merasa tubuhnya semakin mengecil di bawah tatapan itu.

“Rania…” Arkana akhirnya membuka suara lagi. “Berhenti bermain- main denganku.” Arkana menatap marah kepada Rania.

Seluruh dunia Rania seakan berhenti berputar. Kamar itu terasa semakin dingin, sementara napasnya terasa semakin sesak. Ia memandang Arkana dengan tatapan tak percaya, namun pria itu terlihat sangat serius.

"Berhenti.. " Ucap Rania saat Arkana mendekat. "Apa yang ingin bapak lakukan?"

"Morning kiss... "

"Berhenti..."

"Kamu kenapa sih.. Bukanny7a kamu sendiri yang meminta ku untuk memberikan morning kiss saat kita bersama?" Melihat Rania yang terdiam dan menatapnya seolah dirinya lelaki cabul membuat Arkana semakin kesal."Terserah.." Ucapnya lalu berjalan pergi meninggalkan Rania dengan kebingungannya.

.

.

.

Selepas kepergian Arkana, kesunyian di dalam kamar mewah itu terasa seperti menekan dada Rania. Ia duduk di tepi tempat tidur, kedua tangannya masih menggenggam selimut, sementara pikirannya terus berputar tanpa arah. Semua yang terjadi baru saja terasa mustahil untuk diterima.

“Aku… dengan pak Arkana?” bisiknya pada diri sendiri, dengan suara yang bahkan nyaris tidak terdengar.

Rania menutup mata. Ia mencoba mengingat kembali apa pun yang bisa menjelaskan situasi ini. Namun yang muncul hanyalah bayangan saat dirinya menyeberang jalan... suara klakson... tubuhnya yang terpental keras... lalu semuanya gelap.

“Setelah itu.. aku tidak ingat apa pun.” gumamnya pelan.

Ia kembali membuka mata dan langsung menatap kedua tangannya. Tidak ada luka. Tidak ada lebam. Ia meraba bagian tubuhnya yang seharusnya terasa sakit jika benar ia tertabrak mobil. Tetapi tidak ada rasa nyeri sedikit pun.

“Aku… tidak apa-apa?” bibirnya bergetar.

Dengan bingung, Rania turun dari tempat tidur dan berjalan menuju cermin besar yang menempel di dinding. Begitu ia berdiri di depannya, kedua matanya langsung membesar.

“Ini… aku?”

Pantulan yang ia lihat tampak seperti versi dirinya yang jauh lebih baik, bahkan sangat sempurna. Tubuhnya langsing dengan lekuk yang ideal, wajahnya terlihat cerah tanpa bekas jerawat sedikit pun, kulitnya halus seperti kulit bayi dan rambutnya tergerai rapi seolah baru keluar dari salon mahal.

Rania tertegun lama, mulutnya sedikit terbuka tanpa sadar.

“Tidak mungkin… ini benar-benar aku.” Ia menyentuh pipinya, merasakan kulitnya sendiri. Terasa nyata. Terlalu nyata.

“Sebenarnya ini di mana? Apa sebenarnya yang terjadi padaku?” tanyanya keras-keras, suaranya dipenuhi rasa panik.

“ Ini adalah kehidupan masa depan kamu.”

Sebuah suara muncul di sisi kirinya.

Rania menoleh cepat dan mendapati Adrian berdiri di sampingnya. Pria itu terlihat sama persis seperti terakhir ia lihat tenang, tersenyum hangat dan seolah menyimpan sesuatu yang tidak ia ketahui.

“Kamu?” Rania mundur setengah langkah. “Bagaimana kamu bisa ada di sini?”

Adrian hanya mengangkat kedua alisnya sedikit. “Aku sudah bilang sebelumnya. Ini adalah kehidupan kamu di masa depan.”

Rania menatap Adrian.  “Jadi ini benar-benar… masa depan?”

Adrian mengangguk pelan. “Ya.”

Rania memeluk dirinya sendiri, mencoba menenangkan rasa takut yang tiba-tiba muncul. “Tapi kenapa aku tidak ingat apa pun? Jika ini masa depanku... harusnya aku tahu apa yang terjadi selama..”

“Ingatan kamu akan muncul secara perlahan nantinya,” jawabnya.

Rania menelan ludah, merasakan tenggorokannya terasa kering. “Berapa lama?” tanyanya lirih.

“Secepat yang kamu bisa terima. Atau selama yang kamu butuhkan. jadi semuanya tergantung pada diri kamu sendiri.”

Rania mengalihkan tatapannya. “Tahun berapa sekarang?”

“2025.”

“Dua ribu…” Rania hampir kehilangan suaranya. “Berarti sekarang usiaku… tiga puluh tahun.”

Adrian mengangguk. “Betul.”

Rania menutup mulutnya dengan telapak tangan. Ia merasa seluruh dunia berputar dengan cara yang tidak masuk akal.

“Adrian… kenapa aku dibawa ke sini? Apa maksud dari semua ini?”

Adrian melangkah mendekat, lalu meletakkan sebuah jam saku yang sama seperti sebelumnya di meja rias.

“Aku memberikan kamu waktu enam bulan,” ujarnya tenang. “Enam bulan untuk memutuskan apakah kamu ingin tetap berada di sini… atau kembali ke masa lalu.”

“Enam bulan?” ulang Rania dengan suara retak.

Adrian tersenyum kecil. “Gunakan waktu itu dengan baik.”

Dan sebelum Rania sempat mengajukan pertanyaan lain, sosok Adrian perlahan memudar… lalu menghilang sepenuhnya.

Rania berdiri kaku, hanya bisa memandangi cermin di hadapannya dan pantulan dirinya yang asing.

Masa depan…

Arkana…

dan enam bulan untuk memutuskan segalanya.

Hidupnya yang kacau kini berganti menjadi teka teki yang jauh lebih besar. Namun yang pasti, Rania sekarang tidak lagi berada di dunia yang sama.

Dan Rania menyadari satu hal, masa depan yang ia pilih.. mungkin bukan seperti yang ia inginkan..

.

.

.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAKKK...

1
Erni Kusumawati
nyesek bgt jd Rania😭😭😭😭
Puji Hastuti
Seru
Puji Hastuti
Masih samar
Puji Hastuti
Semakin bingung tp menarik.
Erni Kusumawati
masih menyimak
Puji Hastuti
Menarik, lanjut kk 💪💪
Erni Kusumawati
duh.. semoga tdk ada lagi kesedihan utk Rania di masa depan
Puji Hastuti
Masih teka teki, tapi menarik.
Puji Hastuti
Apa yang akan terjadi selanjutnya ya, duh penasaran jadinya.
Puji Hastuti
Gitu amat ya hidup nya rania, miris
Erni Kusumawati
luka bathin anak itu seperti menggenggam bara panas menyakitkan tangan kita sendiri jika di lepas makan sekeliling kita yg akan terbakar.
Erni Kusumawati
pernah ngalamin apa yg Rania rasakan dan itu sangat menyakitkan, bertahun-tahun mengkristal dihati dan lama-lama menjadi batu yg membuat kehancuran untuk diri sendiri
Erni Kusumawati
mampir kk☺☺☺☺
chochoball: terima kasih kakak/Kiss//Kiss//Kiss/
total 1 replies
Puji Hastuti
Carilah tempat dimana kamu bisa di hargai rania
Puji Hastuti
Ayo rania, jangan mau di manfaatkan lagi
Puji Hastuti
Bagus rania, aq mendukungmu 👍👍
chochoball: Authornya ga di dukung nihhh.....
total 1 replies
Puji Hastuti
Memang susah jadi orang yang gak enakan, selalu di manfaatkan. Semangat rania
Puji Hastuti
Kasihan rania
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!