Raisa tidak menyangka bahwa hidup akan membawanya ke keadaan bagaimana seorang perempuan yang menjalin pernikahan bukan atas dasar cinta. Dia tidak mengharapkan bahwa malam ulang tahun yang seharusnya dia habiskan dengan orang rumah itu menyeretnya ke masa depan jauh dari bayangannya. Belum selesai dengan hidup miliknya yang dia rasa seperti tidak mendapat bahagia, malah kini jiwa Raisa menempati tubuh perempuan yang ternyata menikah tanpa mendapatkan cinta dari sang suami. Jiwanya menempati raga Alya, seorang perempuan modis yang menikah dengan Ardan yang dikenal berparas tampan. Ternyata cantiknya itu tidak mampu membuat Ardan mencintainya.
Mendapati kenyataan itu Raisa berpikir untuk membantu tubuh dari orang yang dia tempati agar mendapatkan cinta dari suaminya. Setidaknya nanti hal itu akan menjadi bentuk terima kasih kepada Alya. Berharap itu tidak menjadi boomerang untuk dirinya. Melalui tubuh itu Raisa menjadi tahu bahwa ada rahasia lain yang dimiliki oleh Ardan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eloranaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
02. Hubungan Ardan dan Alya
Matahari mulai menampakan diri. Jendela ruangan tempat Raisa dirawat terguyur cahaya keemasan hangatnya. Sejak dia menemui Ardan yang masih kekeh untuk menempel pada kursi tunggu di depan ruangan tempat tubuhnya berada meskipun telah mendapatkan rentetan omelan dari ibu, ayah, bahkan kakaknya kini dia bergiliran didampingi oleh ketiga teman Alya. Entah apa yang membuat lelaki itu enggan pergi, apakah karena begitu merasa bersalahnya sudah menabrak dia? Sejujurnya, apabila itu adalah alasannya Raisa tidak keberatan. Tetapi melihat bagaimana kacaunya kondisi lelaki itu benar-benar membuatnya berpikir ulang mengenai tragedi yang dia alami. Dia menjadi keberatan dengan kejadian yang menimpanya jika malah membuat orang menjadi seperti Ardan begitu. Sungguh, suami Alya tersebut seperti orang yang terkena syok berat.
Mengalami kecelakaan yang menimpanya, Raisa merasa bersyukur dan tidak. Bersyukur sebab akhirnya dia mampu bersitirahat sejenak dari kehidupan dunia yang isinya berlomba-lomba mengejar keberhasilan. Apalagi setelah mengetahui kabar bahwa dia koma sampai waktu yang tidak dapat dipastikan pikirannya mengatakan bahwa itu sungguh sebuah keberuntungan sebab setidaknya dia sementara dapat sedikit beristirahat dari hiruk-pikuk manusia. Akan tetapi mendapati hanya tubuhnya saja yang beristirahat hatinya sedikit mencelos tidak terima dan ditambah lagi tidak mengetahui bagaimana hal ini bisa terjadi, bagaimana cara mengembalikan, dan kemana jiwa Alya yang asli. Kepalanya memberat memikirkan itu.
Raisa meraih segelas air putih di nakas sebelahnya, menyeruput sedikit untuk mengurangi rasa kering di tenggorokan. Mendadak pikirannya melalang buana kembali pada obrolan dengan ketiga teman Alya yang berhasil membuatnya terjaga hingga sekarang. Selama malam hingga bertemu pagi lagi, baru satu jam yang lalu teman-teman Alya terlelap di ruangannya. Berada di tubuh Alya, Raisa tidak menyangka bahwa dia telah mampu mengumpulkan banyak informasi secepat ini. Mulai dari teman dekat Alya yang berjumlah tiga orang, kedua orang tuanya memiliki bisnis properti besar, yang beberapa Raisa miliki di rumahnya. Kemudian Alya yang merupakan anak tunggal, berprofesi model, baru tiga bulan menikah dengan Ardan karena keinginan kedua orang tua mereka dan sebetulnya Alya juga menyukai Ardan jadilah meskipun lelaki itu sempat menolak serta beralibi kalau dia rasa Alya bukanlah jodohnya tetap kalah, apalagi ternyata ibu Ardan dengan lelaki itu tidak begitu memiliki hubungan yang baik. Situasi itu sangatlah bisa dimanfaatkan. Satu persatu diketahuinya.
Lagi, ternyata Ardan merupakan anak terakhir dari dua bersaudara. Kakaknya bernama Gerald yang merupakan lulusan Kedokteran universitas luar negeri dan sedang bekerja di rumah sakit yang didirikan oleh keluarganya. Sedangkan Ardan justru sebaliknya, bukan lulusan sarjana, lebih tepatnya memilih untuk putus kuliah setelah dua tahun menjejakkan kakinya di bangku perkuliahan karena dia tidak menginginkan pilihan yang dipaksakan oleh orang tuanya yang menyuruh dia mengikuti jejak Gerald, dia lebih suka seni dan musik. Dan Raisa jadi tahu, itulah sumber hubungan ibu Ardan dan putranya itu rusak. Satu lagi hal besar yang Raisa dapat adalah Ardan dan Alya menikah bukan atas dasar cinta! Lebih tepatnya, Ardan yang tidak cinta! Entah ada alasan apa dibaliknya belum ada yang dapat memberikan penjelasan, Raisa yakin perlahan dia pasti akan mengetahuinya.
Tentu saja informasi sebanyak itu tidak dia dapatkan hanya dengan melihat interaksi mereka. Dia mendapatkan hal-hal penting itu dari teman-teman Alya yang ternyata sekali mulutnya dipancing bisa mencerocos bermil-mil panjangnya. Untung, saat Raisa berusaha mengulik tidak ada yang curiga.
Dia hanya akan melontar, “Eh, orang tua gue mana, deh? Apa nggak dikabarin kalau gue lagi dirawat di rumah sakit?”
Kalau dirasa belum cukup, Raisa akan berkata, “Gosip yuk?”
Kemudian bermacam rentetan aneka ragam dari kabar angin sampai aktual akan keluar dari ketiga teman Alya. Hingga dia berhasil mengarahkan pembicaraan mengenai kehidupan badan yang jiwa Raisa tempati.
“Al, jadi jalanin rencana yang udah lo bikin?”
Raisa yang tengah mengunyah buah potong mengernyit, “Rencana?”
“Katanya mau bikin Ardan tidur sama lo, gimana sih? Kita-kita udah ada rencana buat ngejebak dia nih, gimana siap dihamilin Ardan belum? Hahaha.” Kata tidur diucapkan dengan sedikit penekanan. Seisi ruangan yang hanya ada mereka berempat itu cekikikan. “Gimana yang dulu lo lakuin dengan nggak berpakaian di depan Ardan sehelaipun, berhasil belum?”
Raisa diam menyaksikan. Dia kontan tersedak.
“Hah?”
“Kok ‘hah’ sih, Al?” Mita yang melihat reaksi temannya tersebut tidak terima.
“Iya, nih, nggak seru ih mendadak kayak nggak excited gitu bahas Ardan.” Laura balas menimpali.
“Betul ih, katanya mau ngiket Ardan pakai anak lo berdua.” Kini giliran Yura yang berucap.
“Ngiket Ardan? Anak?” Raisa bertanya dengan tujuan agar dapat mengulur sedikit waktu, memikirkan respons apa lagi agar dia dapat keuntungan informasi.
“Ihhh, Alya tiba-tiba banget lola gini. Kan elo bilang tuh Ardan susah banget lo deketin, kalau bukan karena orang tua lo berdua nggak bakal nikah. Sekarang udah nikahpun ternyata Ardan tetep ogah sama elo, bahkan tidur seranjang aja nggak mau.” Yura berujar.
“Betulll, katanya lo nggak mau kehilangan dia. Lo mau buat dia jadi ayah, biar kalau sewaktu-waktu dia berpikir buat ninggalin lo punya anak yang bisa dipakai buat jadiin alasan nyegah dia terus di sisi lo.” Persetujuan berasal dari Laura.
“Tapi bukannya mau punya anak itu komitmen berdua? Nggak ah, gue nggak mau anak gue fatherless padahal figure ayah ada di keluarga. Dan ya, seseorang bakal tinggal kalau dia mau, dengan atau tanpa dicegah sekalipun.” Ketika menjawab begitu Raisa dalam hati merutuk diri sendiri karena memunculkan pendapat pribadinya.
Ketiga teman Alya sontak menatap horror, seperti tidak menyangka seorang Alya akan mengatakan hal itu. Sejurus kemudian mereka tertawa, entah apa yang ditertawakan Raisa tidak tahu tetapi dia ikut menyumbang suara tawa untuk menghapus kecanggungan dalam dirinya. Melihat bagaimana dia mampu berinteraksi dengan ketiga teman Alya, Raisa merasa dia tidak akan kesusahan menyesuaikan diri di lingkungan Alya tinggal, hanya saja gadis itu masih kebingungan mengenai apa yang dialami.
Raisa tersadar dari membayangkan kejadian dengan teman Alya barusan. Dia melihat ke arah pintu yang terbuka kasar. Ardan muncul di sana, dengan bersungut-sungut dan mata bengkak. Sudah berganti haripun lelaki itu masih mengenakan pakaian yang terakhir dia lihat penuh bercak darah dimana-mana, bedanya darah tersebut mengering dan kulit tangan lelaki itu tidak lagi terkotori sedikitpun. Dalam diam Raisa mengamati. Ardan dengan tidak nyaman menjelajah ke setiap sudut ruangan hingga menemukan kunci mobil, dompet, dan telepon genggam tersebar di seluruh ruangan. Ah, Raisa lupa, waktu menyuruh Ardan pergi dari menunggu tubuh Raisa cekcok terjadi diantara keluarga lelaki itu berujung Ardan dipukuli ibunya dan ketiga barangnya diambil paksa sang ibu, berakhir dibawa ke ruangan Raisa berada dengan tujuan agar Ardan menunjukan muka kehadapan Alya.
“Brengsek!” umpatan Ardan menggema ke seisi ruangan menimbulkan keterkejutan. Dia menyalang ke arah raga Alya berada sebelum benar-benar melangkah keluar. Raisa tercekat dengan tatapan menyeramkan yang dilemparkan seolah itu juga ditujukan padanya. Seluruh teman-teman Alyapun sampai terbangun balik marah-marah karena ada yang berani mengganggu tidur mereka, tetapi saat melihat ternyata Ardan, semua seketika menciut.
...****************...