NovelToon NovelToon
Tergoda Tunangan Sahabat

Tergoda Tunangan Sahabat

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nunna Zhy

"Gue tahu gue salah," lanjut Ares, suaranya dipenuhi penyesalan. "Gue nggak seharusnya mengkhianati Zahra... Tapi, Han, gue juga nggak bisa bohong."

Hana menggigit bibirnya, enggan menatap Ares. "Lo sadar ini salah, kan? Kita nggak bisa kayak gini."

Ares menghela napas panjang, keningnya bertumpu di bahu Hana. "Gue tahu. Tapi jujur, gue nggak bisa... Gue nggak bisa sedetik pun nggak khawatir sama lo."

****

Hana Priscilia yang mendedikasikan hidupnya untuk mencari pembunuh kekasihnya, malah terjebak oleh pesona dari polisi tampan—Ares yang kebetulan adalah tunangan sahabatnya sendiri.

Apakah Hana akan melanjutkan balas dendamnya, atau malah menjadi perusak hubungan pertunangan Zahra dan Ares?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

“Hidup gue dulu…" Hana mendesah, lalu mengangkat pandangannya. Kali ini, ada kesedihan mendalam di matanya, tapi juga tekad yang tak tergoyahkan. "Semua yang gue punya, mereka hancurin. Gue kehilangan semuanya. Dan sekarang gue cuma punya satu tujuan: bikin mereka bayar untuk semua yang udah mereka lakuin.”

“Lo tahu, dunia mereka nggak punya ruang untuk penyesalan atau balas dendam personal. Lo masuk ke sana, lo cuma jadi alat atau korban nantinya."

“Gue nggak peduli, gue nggak akan berhenti sampai gue tahu siapa yang ada di belakang semua ini.”

Ares mendesah lagi, lalu berdiri. “Terserah lo, yang penting gue udah ingetin lo ya. Dengan kemampuan lo yang cetek ini, lo cuma bakalan setor nyawa doang." Kata Ares lalu bangkit dari duduknya. "Gue mau jemput Zahra, lo bisa balik sendiri, kan?"

***

Hana melangkah pelan menuju balkon kamarnya. Udara malam yang dingin menyapu wajahnya, membawa aroma samar bunga dari taman di bawah sana. Cahaya bulan membingkai siluetnya, sementara ponsel di genggamannya memancarkan cahaya redup yang menyoroti jemarinya yang lentik. Di ujung sambungan telepon, suara Ruka terdengar.

"Jadi, lo bener-bener nggak inget pernah lihat simbol di liontin itu?"

Di seberang sana, hening menyelimuti sesaat. Hanya suara napas Ruka yang terdengar, berat dan pelan.

"Sorry, Han... Gue beneran nggak inget. Bahkan El juga nggak tahu tentang simbol itu."

Hana mengembuskan napas panjang, kekecewaannya tak bisa disembunyikan. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menenangkan diri. Matanya tertuju pada liontin kecil di tangannya. Kilau dinginnya memantulkan cahaya lampu kamar, sementara ukiran simbol misterius di permukaannya seakan memancing lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

“Jadi, nggak ada satu pun dari lo berdua yang tahu apa-apa soal ini?” tanyanya lagi, meski ia tahu jawabannya tidak akan berubah.

"Maaf, Han. Gue dan El udah coba inget-inget, tapi nggak ada yang nyambung sama liontin itu," jawab Ruka. "Tapi gue janji, kalau gue nemu sesuatu, gue bakal kasih tahu lo duluan."

Hana hanya menggumamkan ucapan terima kasih sebelum percakapan mereka berakhir. Ia menutup telepon dengan perasaan campur aduk, lalu kembali menatap liontin itu. Jemarinya mengelus simbol aneh di sana, mencoba memahami maknanya.

Liontin ini adalah kunci—sesuatu yang akan membuka tabir rahasia yang selama ini ia cari. Tapi tanpa petunjuk, semua terasa seperti teka-teki yang hilang potongan terpentingnya.

Dengan pelan, ia mengangkat liontin itu, membiarkannya menangkap cahaya bulan yang masuk dari celah jendela. Entah mengapa, kilauan simbol itu terasa seolah berbicara padanya, mengundang Hana untuk terus menggali.

***

Entah apa yang membuat Hana datang sepagi itu ke kampus. Matahari bahkan belum sepenuhnya naik, dan suasana kampus masih lengang, hanya ditemani suara burung-burung yang berkicau di pepohonan. Hana melangkah pelan melewati koridor yang kosong, dengan udara pagi yang dingin menusuk kulitnya.

Tas selempang kecil yang digantung di bahunya berayun pelan, sementara tangannya memegang secangkir kopi panas yang ia beli di perjalanan. Langkah kakinya terdengar samar di lantai keramik, seolah ragu ingin melangkah lebih jauh.

Ia berhenti di depan ruang kelasnya, sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa kutu buku dan rajin di sana. Hana menghela napas panjang, mencoba memahami pikirannya sendiri.

"Kenapa gue di sini sepagi ini?" gumamnya, lalu memutuskan duduk di bangkunya, sambil menyeruput kopinya.

Tak lama, Diego menjatuhkan dirinya di kursi sebelah Hana, tanpa ragu sedikit pun.

Hana melirik sekilas, lalu mengerutkan dahi. "Tempat masih banyak yang kosong, ngapain lo duduk di sini? Ini tempat Dafa, tahu. Mending lo pindah deh," katanya ketus.

"Ya elah, Han. Lo segitunya sama gue? Santai dong. Lagi pula, kenapa sih lo suka banget bergaul sama orang-orangan sawah itu?"

Hana memutar bola matanya, jelas kesal. "Jangan mulai deh. Dafa itu jauh lebih baik daripada lo dalam banyak hal. Dan tolong, jangan panggil dia kayak gitu. Hormatin orang lain dikit bisa nggak?"

Diego mengangkat bahu, menampilkan senyum nakal khasnya. "Gue cuma bercanda, Han. Lo aja yang terlalu serius."

Hana menatap Diego tajam, namun dia hanya membalas dengan ekspresi santai, seolah dia menikmati setiap detik reaksi Hana.

"Di, gue serius. Kalau lo cuma mau cari ribut, mending lo pergi deh."

"Iya-iya, gue nggak mau bikin lo marah. Gue cuma mau tanya soal Ruka doang," kata Diego santai sambil memiringkan kepala. Matanya yang tajam penuh rasa ingin tahu kini tertuju langsung pada Hana, seolah mencoba membaca isi pikirannya.

Hana menghela napas, mencoba mengabaikan tatapan Diego. "Ruka udah punya El yang jagain, jadi lo nggak perlu khawatir lagi."

Diego merebahkan kepalanya di meja, ekspresi wajahnya setengah malas, setengah kesal. "Apa bagusnya sih El ketimbang gue?" tanyanya, nada suaranya terdengar sedikit pahit.

Hana mendengus, mencibir dengan ekspresi datar. "Ck, udah deh. Lo mending move on. Cari cewek kek, masih aja lo gamon kayak gini."

Diego mengangkat kepalanya perlahan, pandangannya serius kali ini. "Ruka tuh cinta pertama gue, Han. Lo tahu kan?"

"Hmmm..." Hana hanya menjawab dengan gumaman pelan, tanpa benar-benar berniat melanjutkan percakapan.

"Nggak mudah jalannya..."

Tiba-tiba, suara lain memotong suasana yang mulai serius itu. Dafa, yang entah sejak kapan muncul di belakang mereka, menyahut dengan nada absurd khasnya. "Kasih ludah dikit, gue jamin langsung *bless... ah... ah*."

Ekspresi wajahnya dibuat sedramatis mungkin, seperti aktor dalam adegan film murahan yang sengaja dilebih-lebihkan. Tangannya bahkan ikut bergerak, menirukan gerakan dramatis yang sama sekali tak relevan dengan percakapan mereka.

Hana dan Diego spontan menoleh, "Dafa!" Teriak Hana, menatap cowok dengan kaos pink itu dengan alis yang hampir bertaut. "Otak lo itu—"

"Gue kan cuma kasih solusi, Han. Kalau jalannya susah, kasih ludah dikit biar cepet masuknya."

"Jijay lo!" Hana bergidik geli, tubuhnya mundur sedikit seolah menjauh dari absurdnya kata-kata Dafa. Sementara Diego hanya bisa menggelengkan kepala, berusaha menahan senyum meski terasa sangat tidak pantas.

"Jijay, jijay," balas Dafa dengan nada mengejek. "Tapi kalau lo udah ‘kemasukan,’ gue jamin lo bakalan keenakan, Han." Pria gemulai itu menambahkan cibirannya dengan nada jahil, lalu tiba-tiba melanjutkan, "Enak, Mas... ah... Faster, Mas... ah..."

Hana langsung menutup telinganya, wajahnya setengah merah antara geli dan kesal. "Dafa, lo beneran nggak ada obat! Apa sih yang ada di otak lo?"

"Gue cuma pengen suasana santai, cantik," jawab Dafa dengan ekspresi polos yang jelas tidak tulus. "Lagian, kalian berdua tuh terlalu serius. Hidup tuh harus ada remasannya, eh, maksud gue... santainya."

Hana dan Diego hanya bisa saling menatap, sama-sama tak tahu harus menertawakan atau mendoakan Dafa supaya segera sadar dari dunia khayalnya. "Udah deh, gue nyerah," ucap Hana sambil memutar bola matanya. "Dafa, lo bener-bener... ah, lupain aja."

Tapi Dafa, dengan senyumnya yang tak pernah luntur, tampak sangat puas dengan kekacauan kecil yang baru saja ia ciptakan. Apalagi melihat ekspresi Hana yang malu-malu membuatnya makin ingin menjahili gadis cantik itu.

"Makanya cari pacar, Han. Lo juga, Di. Biar bisa ngiclik."

"Anying, sesat lo, Fa!" Hana menggelengkan kepala, merasa tidak ada habisnya meladeni kelakuan Dafa. "Di, bawa Dajjal ini pergi jauh-jauh dari sini. Lama-lama otak gue yang suci tercemar."

"Eh Hanhan, otak lo itu udah tercemar dari lama, nggak usah sok suci deh."

"Dafaaaa!!!"

"Udah ayok, ini kak Rose udah mau makan orang." Diego menjawil dagu Dafa dengan isengnya.

"Eh... Babang Didi, nakal yah. Auumm... bungkus Dafa dong, Bang." Dafa menyandarkan kepalanya di lengan Diego.

Tuing! 

Dari belakang tanpa peringatan Yuna menoyor kepala si Dafa.

"Dasar kaum Lucinta Luna, tobat lo."

Dafa langsung menoleh sambil meringis kesakitan, "Ih Yu, sirik aja lo. Bilang aja lo mau juga gelendotan sama Babang Didi," balasnya sambil melirik Diego dengan gaya menggoda.

Yuna memutar bola matanya, lalu menatap Hana dengan ekspresi frustasi. "Han, lo nggak capek, apa, satu kelompok sama keong racun kayak gini?"

"Udah kebal, Yun. Lagian, tanpa dia hidup kita kurang hiburan."

"Eh, jangan bawa-bawa gue, ya. Dafa gelendotan juga bukan keinginan gue." Diego mencoba membela diri.

Dafa langsung menatapnya dengan ekspresi pura-pura terluka, "Nggak apa-apa, Bang. Nggak usah malu, lagian semua cinta nggak harus berbalas, kok," katanya sambil makin menguatkan pelukannya pada lengan Diego, seolah tak mau melepaskan.

"Lepas Fa, ini mulai creepy! Gue masih suka sama cewek tulen" seru Diego, yang mulai merasa risih sama tingkah Dafa.

"Nggak pengen pedang-pedangan, kah?"

"Enggak, Fa. Sekian dan terima kasih," jawab Diego tegas, dengan usaha keras melepaskan pelukan Dafa. Setelah berhasil, ia berdiri cepat, mengambil langkah seribu, kabur dari gerombolan itu tanpa menoleh lagi.

Hana dan Yuna yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa tertawa terbahak-bahak sampai perut mereka terasa sakit. "Astaga, lo benar-benar bikin Diego trauma seumur hidup," ujar Hana di sela tawanya.

Dafa, yang masih berdiri dengan santai, hanya mengangkat bahu.

"Lo itu lebih dari hiburan, Fa. Lo adalah definisi kekacauan hidup kita." Sinis Yuna.

"Terima kasih, itu pujian terbaik hari ini," balas Dafa sambil tersenyum bangga, seolah ia baru saja memenangkan penghargaan bergengsi.

Zahra yang datang telat hanya bisa menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. Saat ia melangkah mendekat, ia melihat Yuna dan Hana masih tertawa terpingkal-pingkal, sementara Dafa berdiri dengan ekspresi puas, seperti baru saja memenangkan pertandingan.

"Duh, gue telat banget, ya? Ini pada ketawain apaan sih?" tanya Zahra, menyipitkan matanya sambil menatap satu per satu wajah sahabatnya.

Hana berusaha menghentikan tawanya, tapi gagal total. Ia menunjuk ke arah Dafa sambil terengah-engah. "Lo... lo nggak akan percaya kalau gue cerita. Pokoknya... Dafa barusan bikin Diego trauma seumur hidup."

"Trauma seumur hidup? Emang Dafa ngapain?"

Dafa langsung menoleh ke Zahra dengan senyum lebarnya yang khas. "Gue cuma mengekspresikan cinta gue, Ra. Sayangnya, Diego belum siap menerima gue apa adanya."

Zahra menatap Dafa dengan bingung. "Maksud lo...?"

Bersambung...

1
Chalimah Kuchiki
duh masa hana di jahatin gini
Chalimah Kuchiki
semangat hana.. jangan jatuh cinta ke siapa2 dulu, fokus cari tau penyebab meninggalnya pacar kamu siapa
Mas Sigit
di tunggu up nya thor, klu bisa yg bnyk🤭💪💪💪
Chalimah Kuchiki
hana ingat jangan kegabah baper ke tunangan temen atau ke arion. kenali mereka baik2 dulu
Chalimah Kuchiki
sukaaaaa
Mas Sigit
wah ceritany bikin jantung jedag jedug serasa adrenalin
Chalimah Kuchiki
ah lanjutttt... jadi aku team pak intel atau bad boy nih 🤗
Mas Sigit
wkwkwkkkkk
Mas Sigit
ceritany sungguh bikin jantung q dug"ser krn penasaran sekaligus tegang krn takut hana kenapa"
November
lanjutewe
Devi Nur Fitri
Q mampir kak ....suka banget sama yg badhusband
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!