Tak kunjung memiliki keturunan, Amira terpaksa harus merelakan Suaminya menikah lagi dengan perempuan pilihan Ibu Mertuanya.
Pernikahan Amira dan Dirga yang pada awalnya berjalan harmonis dan bahagia, hancur setelah kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
"Meski pun aku ingin mempertahankan rumah tangga kita, tapi tidak ada perempuan di Dunia ini yang rela berbagi Suami, karena pada kenyàtaan nya Surga yang aku miliki telah terenggut oleh perempuan lain"
Mohon dukungannya untuk karya receh saya, terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 ( Surga Yang Terenggut )
Ketika masuk ke dalam ruang kerjanya sekaligus ruang kerja Rendra, Amira langsung menghampiri Rendra yang terlihat melamun.
"Rendra, kenapa kamu melamun?" tanya Amira.
"Aku tidak kenapa-napa," jawab Rendra.
"Kamu yakin tidak kenapa-napa? Kita sudah berteman sejak bayi lho, jadi kamu tidak bisa menyembunyikan apa pun dari ku," ujar Amira.
"Kamu benar, kita berdua memang sudah saling mengenal sejak bayi, tapi kamu tidak pernah peka dengan perasaan ku," ucap Rendra.
"Apa maksud kamu berkata seperti itu?" tanya Amira yang merasa heran.
Rendra menghela napas panjang mendengar pertanyaan Amira. Meski pun Rendra sangat mencintai Amira, tapi dia tidak ingin merusak persahabatannya, apalagi sekarang Amira sudah memiliki Suami.
"Sudahlah, kamu lupakan saja perkataanku. Sebaiknya sekarang kamu sarapan dulu, kamu pasti tidak sempat sarapan kan? Kebetulan Mami sengaja membuatkan kamu bekal," ujar Rendra dengan memberikan paper bag kepada Amira.
"Kamu tau saja kalau aku sarapannya makan ati terus," ucap Amira dengan cengengesan.
"Amira, kenapa kamu masih belum menyerah? Kamu juga tidak perlu menutupi kesedihan kamu dengan senyuman palsu, karena semua itu hanya akan membuat kamu semakin sakit," ucap Rendra dengan menatap lekat wajah cantik Amira.
"Kamu jangan melihat ku seperti itu Rendra. Aku baik-baik saja," ucap Amira dengan mata berkaca-kaca karena menahan tangis.
"Amira, kenapa kamu masih saja memilih menjalani takdir hidup yang berat? Kenapa kamu masih memilih jalan yang sulit untuk kamu lewati?" tanya Rendra.
"Bukan takdir kita yang berat, tetapi hati kita yang kurang lapang dalam menerimanya. Bukan jalan kita yang sulit, tetapi kaki kita yang kurang kuat untuk melewatinya. Aku tidak bisa menyalahkan takdir, karena semua itu adalah takdir cinta yang aku pilih," ucap Amira.
Rendra beberapa kali mengembuskan napas secara kasar. Dia sudah tidak tau harus berkata apa lagi kepada Amira.
"Aku sudah tidak bisa mengatakan apa pun lagi kepada kamu yang keras kepala," ucap Rendra
"Kita tidak perlu membicarakan masalah ku lagi. Sebaiknya sekarang kita membahas tentang kehidupan kamu. Kenapa sampai sekarang kamu masih belum menikah? Apa masih belum ada perempuan yang kamu sukai?" tanya Amira.
Amira merasa penasaran, karena dari dulu Rendra tidak pernah dekat dengan perempuan lain selain dirinya.
"Kata siapa aku tidak pernah jatuh cinta? Aku pernah menyukai seorang gadis. Bukan hanya suka, bahkan sampai sekarang aku selalu mencintainya," ucap Rendra dengan tersenyum.
"Kenapa aku tidak pernah tau? Siapa gadis beruntung yang bisa menggetarkan hati seorang Rendra?" tanya Amira yang merasa penasaran.
"Gak usah kepo," ucap Rendra dengan menyentil dahi Amira.
"Rendra, pokoknya aku tidak mau tau. Kamu harus memberitahu aku siapa perempuan yang kamu cintai," desak Amira.
"Kamu," ucap Rendra.
Rendra yang keceplosan langsung melanjutkan perkataannya supaya Amira tidak merasa curiga, apalagi Amira menatap heran terhadap dirinya.
"Kamu apa?" tanya Amira dengan memicingkan matanya.
"Kamu itu jadi orang kepo sekali," ujar Rendra.
"Rendra, selama ini kamu tidak pernah menyembunyikan apa pun dari ku. Kenapa sekarang pake rahasia-rahasiaan segala sih?" ujar Amira dengan cemberut.
"Sebenarnya aku harus belajar melupakan perempuan yang aku cintai, karena sekarang dia sudah menjadi milik orang lain," ujar Rendra dengan tersenyum kecut.
"Selama janur kuning belum melengkung, kamu masih bisa berusaha mendapatkannya. Jadi kamu harus tetap semangat, karena jodoh tidak ada yang tau," ucap Amira.
Amira menepuk bahu Rendra untuk menyemangati sabahat karibnya tersebut.
"Sayangnya janur kuningnya sudah melengkung, jadi aku sudah tidak bisa berjuang lagi untuk mendapatkannya," ucap Rendra.
"Kamu jangan sedih ya. Aku sudah memiliki calon yang cocok untuk kamu. Kamu pasti pernah bertemu dengan Adik iparku yang bernama Vania kan? Bagaimana kalau aku jodohkan kamu sama dia," ujar Amira dengan penuh semangat.
"Kamu jangan aneh-aneh deh. Pokoknya jangan coba jodohin aku dengan siapa pun. Bukannya kamu sendiri yang bilang jika suatu saat nanti Tuhan pasti akan memberikan kita jodoh?" ujar Rendra.
"Tapi kamu laki-laki, kalau perempuan memang dicari, sedangkan laki-laki harus mencari," ujar Amira.
"Pokoknya aku tidak mau dijodohin sama siapa pun, titik. Apalagi sama keluarga Suami kamu," ujar Rendra dengan bergidik ngeri.
"Tapi Vania berbeda dengan Sinta. Dia sangat baik. Selama ini hanya Vania yang baik kepada ku. Jadi, kamu mau ya aku kenalin sama dia?" ujar Amira dengan tatapan memohon.
"Sekali enggak tetap enggak, karena aku yakin jika di Dunia ini tidak ada perempuan yang lebih baik dari pada Mami sama kamu," ujar Rendra.
Amira masih bersikeras membujuk Rendra, apalagi dia sudah berjanji kepada Vania akan menjadi Mak comblang Vania dan Rendra.
"Rendra, ada peribahasa yang mengatakan jika tak kenal, maka tak sayang. Jadi, tidak ada salahnya kalau kalian saling mengenal dulu," bujuk Amira, tapi Rendra masih tetap dengan pendiriannya.
Maaf Amira, tapi kali ini aku tidak bisa mengabulkan permintaan kamu, karena hanya kamu satu-satunya perempuan yang aku cintai di Dunia ini.
Amira, apa kamu masih akan mendorong ku kepada wanita lain jika kamu mengetahui perasaan ku yang sebenarnya? Batin Rendra.
......................
Waktu berlalu dengan begitu cepat. Tidak terasa pernikahan Dirga dan Regina sudah berjalan selama lima bulan, tapi sampai saat ini masih belum ada tanda-tanda kehamilan pada Regina sehingga membuatnya merasa gelisah, apalagi Bu Meri terus mendesak Regina supaya bisa secepatnya memberikan keturunan kepada Dirga.
"Regina, kamu dan Dirga sudah menikah selama lima bulan, tapi kenapa kamu belum hamil juga? Jangan-jangan kamu mandul seperti si Amira," ujar Bu Meri dengan nada tinggi.
"Ma, Regina juga ingin secepatnya hamil, tapi bagaimana Regina bisa hamil kalau Mas Dirga saja jarang menyentuh Regina," ucap Regina yang sengaja mencari alasan.
"Semua ini pasti gara-gara perempuan mandul itu yang selalu mencoba menghasut Dirga," ucap Bu Meri yang terlihat begitu geram.
Beberapa saat kemudian, Regina mendengar suara langkah kaki seseorang. Dia langsung berpura-pura membela Amira, apalagi dia tau kalau yang datang adalah Dirga, karena sebelumnya dia mendengar suara mobil Dirga memasuki halaman rumah mereka.
"Mama jangan menyalahkan Mbak Amira terus. Selama ini Mbak Amira selalu baik terhadap ku, bahkan aku sudah menganggap Mbak Amira sebagai Kakak kandungku sendiri," ucap Regina.
Dirga tersenyum mendengar perkataan Regina yang sudah berusaha membela Amira di depan Bu Meri, apalagi Dirga sudah banyak melihat perubahan pada sikap Regina.
Selama beberapa bulan ini, Regina terus berusaha mendekati Amira, bahkan Regina belajar memakai jilbab dari Amira sehingga membuat Dirga bahagia karena kedua Istrinya terlihat lebih akrab, padahal tadinya Dirga sudah berniat ingin menceraikan Regina jika Amira masih belum bisa menerima kehadiran Istri keduanya tersebut.
Dirga juga sengaja merubah pembagian waktu. Dalam satu minggu, dia akan menghabiskan waktu tiga hari dengan Amira dan tiga hari lagi dengan Regina, sedangkan satu harinya dia akan habiskan bersama Amira dan Regina supaya bisa menjalin keakraban di antara kedua Istrinya, meski pun dia masih belum mengetahui jika Regina hanya pura-pura baik saja.
"Perkataan Regina benar, Ma. Tidak seharusnya Mama terus-terusan menyalahkan Amira," ucap Dirga.
*
*
Bersambung