Sarena Almaira adalah seorang wanita muda cantik yang hidup dalam penderitaan. Sejak usia 5 tahun, ia mengalami broken home setelah ayahnya menghilang entah ke mana. Kehidupannya pun menjadi sangat sulit dan penuh kesedihan. Setelah lulus SMA, Sarena memutuskan untuk bekerja sebagai pelayan restoran demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, hidupnya berubah drastis ketika sebuah kejadian tak terduga membuatnya terikat dalam pernikahan rahasia dengan seorang pengusaha muda yang kaya dan tampan.
Apakah Sarena akan menemukan kebahagiaan setelah bertemu dengan pria itu?
Baca yu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meywh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab33
Setelah keluar dari lift, Aldevaro ditahan oleh Dafa terlebih dahulu.
"Tuan, tunggu sebentar."
"Ada apa?"
"Tuan, saya punya ide agar Anda bisa segera kembali bersama Nona Sarena lagi."
"Bagaimana caranya?"
"Tuan, coba ketika bertemu dengan Nona Sarena, bersikaplah acuh. Dengan begitu, dia akan merasakan kehilangan dan menyesal atas keputusannya. Setelah itu, semua rencana kita akan berhasil."
"Omong kosong apa ini, Dafa? Kau tahu tidak, kalau aku melakukan itu, justru akan membuatnya semakin menjauh."
"Tapi, apa salahnya mencoba?"
Akhirnya, Aldevaro mengikuti saran yang diberikan oleh Dafa.
Ting tong (suara bel berbunyi)
"Tunggu sebentar," kata Sarena sambil membukakan pintu untuk Aldevaro dan Dafa.
"Silakan masuk, aku sedang memakaikan baju untuk Albiru."
"Ya," jawab Aldevaro acuh tak acuh, lalu masuk ke rumah Sarena dan menunggu di ruang tamu.
'Semoga saran dari Dafa ini tidak memperumit semuanya,' gumam Aldevaro dalam hati.
Beberapa saat kemudian, Sarena selesai memakaikan pakaian untuk Albiru. Albiru, yang senang karena kedatangan ayahnya, langsung berlari menghampirinya.
"Papa!"
"Hai sayang, sini nak."
"Papa, angen(kangen)papa!" Albiru memeluk erat ayahnya, melepaskan rindu yang selama ini ia rasakan.
"Papa juga kangen sama kamu."
"Albiru sayang, mau nggak nginep di rumah Papa? Mama ada urusan besok," tanya Sarena kepada putranya.
"ya, acu(aku)au(mau), Ma."
"Ada urusan apa sampai tidak ada waktu untuk anak?" tanya Aldevaro yang penasaran, memberanikan diri untuk bertanya pada Sarena.
"Aku mau mencari pekerjaan dan juga mengurus beberapa hal. Di sini aku hanya bertiga. Syifa juga bekerja, jadi tidak ada yang bisa menjaga Albiru. Lagipula, kalau dititipkan kepadamu, kan banyak asisten yang bisa membantumu."
"Baiklah."
'Tumben dia tidak banyak bertanya,' gumam Sarena dalam hati.
"Kalau begitu, kami pamit. Saya masih banyak pekerjaan."
Mereka bertiga pun pergi, meninggalkan Sarena yang kini sendirian di rumah.
'Sejujurnya, menitipkan Albiru kepadanya karena aku tidak ingin Albiru tahu apa yang terjadi di antara kami. Bagaimanapun, dia sudah mulai mengerti. Aku takut dia akan merasa ditinggalkan oleh orang tuanya, seperti yang dulu aku rasakan. Aku juga tidak ingin dia merasakan menjadi anak yang terpisah. Tapi aku juga bingung, jika aku bertahan dengan Aldevaro, bagaimana dengan ibu? Meskipun dia tidak peduli padaku, aku tetap peduli padanya,' gumam Sarena dalam hati.
Sarena, yang merasa putus asa, akhirnya hanya bisa menumpahkan perasaannya dengan menangis, karena kini tak ada lagi halangan baginya untuk menangis.
'Tidak apa-apa, Sarena. Lagi pula, kamu bisa tanpa pria di sisimu. Kamu sudah melewati semuanya tanpa ayah dan ibumu. Pasti kamu bisa. Ayo, kuat! Bukankah kamu sudah terbiasa menangis tanpa pelukan? Kamu sudah terbiasa hidup sendiri. Kamu sudah terbiasa tanpa sandaran siapa pun, meskipun kamu lelah. Tetaplah kuat demi anakmu. Pria itu sebentar lagi akan bersama wanita lain. Percuma menangisinya,' Sarena berusaha menguatkan dirinya sendiri.
Sarena mengeluarkan semua keluh kesah dan beban pikirannya dengan menangis.
"Kau bukan anak kecil lagi. Malulah pada usiamu yang sudah tidak muda, menangis sendiri seperti bocah," tiba-tiba terdengar suara, membuat Sarena kaget. Sosok yang memberinya tisu ternyata adalah orang yang selama ini ia tangisi.
Sarena menatap mata sosok itu, Aldevaro, yang kini berdiri di depannya. Bagaimana ia akan menjelaskan semuanya?
"Mengapa kau di sini?" tanya Sarena.
"Albiru melupakan mainannya dan merengek ingin mengambilnya. Kenapa kau menangis?"
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya merindukan ayahku."
"Oh, kalau begitu aku pamit. Albiru sudah mengambil mainannya. Jangan lupa kunci pintu depan, bagaimana kalau ada orang jahat masuk?"
"Ya, terima kasih sudah mengingatkan. Hati-hati di jalan."