"Mari kita bercerai, Di" ucap Saka
Diandra menatap Saka tidak percaya. Akhirnya kata itu keluar juga dari mulut suaminya. Hanya demi perempuan lain, Saka rela menceraikan dirinya. Apa yang kurang dengan dirinya hingga Saka sekejam itu padanya?
"Kamu pasti sudah tidak sabar untuk menikahi perempuan itu, kan?"
Saka menatap Diandra lekat, Jujur dia masih mencintai Diandra. Tapi kesalahan yang dia lakukan bersama Vika terlanjur membuahkan hasil. Sebagai pria sejati, tentu Saka harus bertanggung jawab.
"Vika hamil anakku. Bagaimanapun aku harus menikahinya"
"Kalian bahkan sudah sejauh itu? Kamu hebat, Mas. Tidak hanya menorehkan luka di hatiku, kamu juga menaburinya dengan garam. Kamu sungguh pria yang kejam!"
"Aku minta maaf" lirih Saka
Tidak ada yang bisa menggambarkan sehancur dan sekecewa apa Dian pada suaminya.
"Baik. Mari kita bercerai. Aku harap kamu bahagia dengan perempuan pilihanmu itu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Kamu perlu bukti kan? Inilah buktinya bahwa aku masih mencintai kamu!! Aku selalu mencintai kamu, Di. Bahkan hingga saat ini!!"
Bug
"Kak Rey!"
"Brensek!! Berani kamu mengatakan hal menjijikkan seperti itu di depan Diandra!!"
Bug
Bug
"Kamu itu pria beristri!! Kamu juga akan segera memiliki anak. Dasar ba*jingan!!"
Saka berdiri, dia mengusap sudut bibirnya yang berdarah. "Kamu juga punya istri! Bahkan kamu sudah punya anak! Kita tidak ada bedanya!" Saka menatap Rey tajam, "Ah... Kita berbeda. Kamu hanya masa lalu menyakitkan bagi Diandra! Tapi aku ... Kami pernah bahagia bersama"
"Kurang ajar! Kita berbeda!! Aku tidak sebusuk dirimu!!!" Rey yang tak terima dengan ucapan Saka segera menghajar pria itu. Namun kali ini mantan suami Dian itu tidak berdiam diri. Dia membalas pukulan Rey hingga terjadilah perkelahian di antara mereka.
"Kita sama, Rey! Kita sama!!"
"Aku sudah bercerai! Jadi aku dan kamu berbeda!!'
Dian cukup terkejut dengan pengakuan Rey, namun hal itu tak serta merta membuat hatinya tergugah. Hatinya sudah mati rasa.
Wanita cantik itu hanya memperhatikan keduanya dari jauh. Tak ada niatan untuk melerai mereka. Biarkan saja Saka dan Rey saling adu kekuatan.
Dian berjalan ke arah mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana. Beruntung tadi Dian meminta Triyoga untuk mengirim orang membawakan mobilnya kesini. Saat akan masuk, mata Dian menatap seseorang dari kaca spion luar mobilnya.
Drama ini akan semakin seru! Kalau kamu pikir kamu menang, kamu salah besar Vika sayang. Penderitaanmu baru saja akan di mulai! Ucapnya menyeringai
"Wanita sialan! Kali ini kamu pasti akan mati!!" teriak Vika, wanita itu memegang pisau dan berlari menyerang Dian
Jlep
"Matilah kau wanita penggoda!!"
Teriakan Vika membuat perkelahian Saka dan Rey terhenti. Keduanya berlari ke arah Diandra yang sudah ambruk.
"Diandra!!"
"Di!!", teriak Saka dan Rey bersamaan
"Apa yang sudah kamu lakukan, Vika!!" bentak Saka
"A-aku tidak bermaksud, Mas. A-aku tidak sengaja"
Rey menatap Vika marah, "Aku akan melaporkanmu pada polisi! Tunggu saja!" ancam Rey
Melihat Dian bersimbah darah, tubuh Vika bergetar hebat. Tangannya tremor dengan peluh memenuhi wajahnya. Keberanian yang tadi berkobar seketika mati begitu saja melihat Dian tak berdaya.
"Di ... Jangan pejamkan mata. Kamu masih bisa mendengar suaraku?" seru Rey
"Bawa Dian masuk, aku yang akan menyetir mobilnya" ucap Saka
Rey menggendong Dian memasuki belakang mobil. Saka segera melajukan mobilnya begitu Dian dan Rey masuk ke dalam. Pria itu bahkan mengabaikan istrinya yang mematung menatap kepergiannya.
"A-aku bukan pembunuh! Aku tidak bermaksud membunuhnya!! Tidak!!"
🍀🍀🍀
"Lebih cepat lagi, Ka! Dian sudah tidak sadarkan diri!" gertak Rey
Saka menatap Dian dari kaca spion. Benar saja, wanita itu tidak bergerak. Darah terus saja mengalir hingga baju putih yang Dian kenakan berubah menjadi merah.
"Kalau kamu tidak bisa cepat! Lebih baik aku saja yang bawa mobilnya!!"
"Aku sudah berusaha cepat! Sabarlah sebentar lagi!"
Rey menatap Saka tajam, "Semua ini gara - gara istrimu! Kalau sampai terjadi apa - apa pada Dian, aku pastikan dia akan membusuk di penjara!!"
Saka tak menyahut, dia pun tak menyangka jika Vika akan senekat itu. Saka hanya mampu berdoa semoga Dian baik - baik saja. Nanti dia akan membuat perhitungan dengan Vika setelah kondisi Dian di pastikan baik - baik saja.
"Suster!! Tolong!!" teriak Rey begitu mobil mereka berhenti di lobi rumah sakit.
Dua orang suster datang dengan membawa brankar. Rey membaringkan Dian di atasnya kemudian suster segera membawa ke ruang gawat darurat.
"Maaf Pak. Silahkan tunggu di luar saja!" cegah suster saat Rey dan Saka akan ikut masuk ke dalam ruangan
"Saya keluarganya, Sus!" aku Rey
"Saya paham. Tapi sesuai prosedur rumah sakit, Anda berdua silahkan menunggu di luar!"
Suster menutup pintu, membuat Rey mengerang frustasi. Pria itu bergitu khawatir dengan kondisi Dian, apalagi melihat banyaknya darah yang mengalir dari perutnya.
Rey dan Saka mondar - mandir seperti setrika rusak. Keduanya tak sabar menunggu keluarnya dokter yang memeriksa Diandra.
Setengah jam lebih, akhirnya dokter keluar.
"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Rey setengah panik
"Pendarahan berhasil di hentikan. Luka pasien tidak terlalu dalam dan persediaan darah di rumah sakit masih ada. Beruntung pasien segera di bawa kemari, kalau tidak, saya tidak bisa menjamin keadaannya sekarang"
"Tapi sekarang dia baik - baik saja kan, dok?" tanya Saka
"Kondisi pasien sudah stabil. Sebentar lagi dia akan di pindahkan ke ruang perawatan. Tapi pasien masih harus di rawat beberapa hari sampai kondisinya benar - benar pulih"
"Baiklah, dok. Terima kasih kalau begitu"
Setelah kepergian dokter, tak berselang lama suster membawa Diandra ke ruang perawatan. Rey dan Saka segera mengikutinya.
Wajah yang biasa terlihat ayu itu, kini terlihat begitu pucat.
"Sebaiknya kamu pulang! Jangan lupa urus istri gilamu itu!"
Saka bergeming, dia hanya menatap Dian yang tampak tak berdaya. "Aku akan menunggu di sini sampai Dian siuman"
Rey tersenyum remeh, "Tidak ada gunanya juga kamu di sini. Meskipun nanti Dian sadar, keberadaanmu tidak akan di cari!"
Saka tersenyum, "Aku tidak peduli! Yang jelas, aku hanya ingin berada di samping Dian"
"Dasar keras kepala!"
Rey duduk si samping kanan Diandra. Saka pun tak mau kalah, dia duduk di samping kiri Diandra. Keduanya tak ada yang saling sapa. Mata dua pria itu hanya tertuju pada wanita cantik yang kini terbaring lemah di depan mereka.
"Engh ..." erang Dian pelan
"Di ... Kamu sudah sadar?" tanya Rey
Perlahan Dian membuka mata, setelah benar - benar terbuka, Ia bisa melihat dengan jelas wajah Rey dan Saka.
"Kenapa kalian berada di sini?" tanya Dian lemah
"Aku menunggumu, Di. Akhirnya kamu sadar juga" sahur Rey
"Apa yang sakit, Di. Kepalamu pusing? Apa kamu mau minum?" cecar Saka
Dian hanya menggeleng, "Kalian pergi saja"
"Aku tidak akan pergi!"
"Aku tidak akan pergi!", ucap Rey dan Saka bersamaan
Dian menatap keduanya bergantian, "Pulanglah, Ka. Aku tidak mau lagi berhubungan denganmu. Mulai besok, kamu tidak perlu lagi datang ke kantor"
"M-maksud kamu apa, Di?"
"Kamu jelas belum tuli untuk mendengar apa yang Dian katakan! Dia mau kamu pergi!" sahut Rey ketus,
"Aku tidak bicara padamu!"
"Aku hanya menjelaskan kembali ucapan Diandra! Dia ingin kamu pergi dan kamu sudah di pecat dari pekerjaanmu!!"
Saka menggeleng, "Di... Aku meminta maaf atas apa yang Vika lakukan. Aku-"
"Pergilah, Ka. Jangan pernah temui aku lagi. Anggap saja kita tidak saling kenal sebelumnya"
"Aku nggak bisa, Di. Aku-"
"Kamu tuli, hah! Dian nggak mau melihat kamu lagi!" geram Rey
"Di ... Aku mohon"
Dian menatap Saka lekat, "Temui aku lagi kalau kamu sudah bercerai dengan Vika!"
Deg
/Smug//Smug/