Zhang Wei akhirnya memulai petualangannya di Benua Tengah, tanah asing yang penuh misteri dan kekuatan tak terduga. Tanpa sekutu dan tanpa petunjuk, ia harus bertahan di lingkungan yang lebih berbahaya dari sebelumnya.
Dengan tekad membara untuk membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan, Zhang Wei harus menghadapi musuh-musuh yang jauh lebih kuat, mengungkap rahasia yang tersembunyi di benua ini, dan melewati berbagai ujian hidup dan mati.
Di tempat di mana hukum rimba adalah segalanya, hanya mereka yang benar-benar kuat yang bisa bertahan. Akankah Zhang Wei mampu menaklukkan Benua Tengah dan mencapai puncak dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lian Xuhuan Kembali
Zhang Wei duduk bersila di tengah goa, cahaya remang-remang dari kristal alami yang menempel di dinding memberikan penerangan samar. Dia mengulurkan tangannya, dan seketika sebuah tanaman berwarna biru kehijauan muncul di hadapannya. Akar jiwa azure—tanaman roh tingkat 8 yang telah dia cari dengan susah payah. Urat-urat halus di sepanjang batangnya bersinar lembut, memancarkan energi yang begitu murni dan kuat.
Dia tidak ingin membuang waktu. Dengan beberapa gerakan jari, dia mulai membentuk sebuah formasi pengekstrak energi di tanah. Garis-garis emas muncul, membentuk lingkaran kompleks yang mengelilingi akar jiwa azure. Udara di dalam goa bergetar pelan, menandakan formasi mulai bekerja.
Zhang Wei menghunus pedangnya dari punggungnya. Senjata abu-abu gelap itu bergetar halus saat dia mengaktifkan bentuk kedua—pelahap embun. Aura tajam yang biasanya menyelimuti pedang itu berubah lebih tenang, seolah-olah menjadi jembatan untuk mengalirkan energi kehidupan.
Saat formasi mulai menarik esensi energi dari akar jiwa azure, Zhang Wei mengarahkan pedangnya tepat ke pusat energi tanaman itu. Perlahan-lahan, energi yang terkandung di dalamnya mulai mengalir ke dalam pedangnya, sebelum masuk ke tubuhnya.
Arus energi yang kuat merasuk ke dalam tubuhnya, begitu pekat dan liar hingga dia harus mengendalikan alirannya dengan sangat hati-hati. Sebagai tanaman roh tingkat 8, kekuatan yang tersimpan di dalam akar jiwa azure begitu besar. Jika dia ceroboh, alih-alih menyelamatkan masternya, dia justru bisa merusaknya.
Setetes demi setetes, energi jiwa murni meresap ke dalam dirinya. Zhang Wei merasakan tekanan yang luar biasa, tetapi dia tetap mempertahankan fokusnya. Matanya tertutup, napasnya teratur, dan setiap gerakan pedangnya begitu presisi. Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan sembarangan. Butuh waktu dan kesabaran.
Beberapa jam berlalu, keringat mulai membasahi dahinya, tetapi senyuman kecil muncul di wajahnya. Dia bisa merasakan sesuatu yang berubah.
Di dalam ruang jiwanya, cahaya biru keemasan mulai berkumpul. Perlahan-lahan, bayangan seorang pria muncul, sosok yang begitu dikenalnya.
Lian Xuhuan membuka matanya. Tatapannya tajam namun tenang, seolah baru bangun dari tidur panjang. Dia menatap Zhang Wei dengan penuh perhatian, sejenak terdiam sebelum akhirnya menghela napas panjang.
"Aku kembali," suaranya terdengar berat, tetapi tetap dipenuhi dengan keagungan seorang yang pernah berdiri di puncak dunia.
Zhang Wei membuka matanya dan tersenyum kecil. "Selamat datang kembali, Master."
Lian Xuhuan menatap sekeliling dengan tatapan samar. "Kau berhasil menemukan akar jiwa azure… Kau benar-benar tak pernah berhenti membuat kejutan."
Zhang Wei terkekeh ringan. "Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan."
Namun, di tempat lain, jauh dari goa tempat mereka berada, sesuatu terjadi.
Di sudut-sudut dunia, beberapa sosok yang tersembunyi dalam kegelapan mendadak membuka mata mereka. Mereka adalah para eksistensi yang jarang terusik oleh hal-hal duniawi, tetapi kali ini sesuatu menarik perhatian mereka.
Salah satu dari mereka, seorang pria dengan rambut perak yang memancarkan aura kuno, memandang ke arah langit dengan dahi sedikit berkerut. "Energi ini…"
Sementara itu, seorang wanita dengan jubah merah darah yang duduk di atas takhta batu mengerutkan alisnya. "Tidak mungkin…"
Di tempat lain, seorang pria tua yang sedang bermeditasi di dalam ruang tertutup tiba-tiba membuka matanya. Tatapannya penuh keraguan, lalu dia menghela napas pelan.
Mereka semua merasakan sesuatu yang familiar, sesuatu yang seharusnya tidak ada lagi di dunia ini. Namun, mereka segera mengenyahkan pikiran itu.
"Tidak mungkin… Orang itu sudah tiada ribuan tahun yang lalu."
Perasaan itu hanya sesaat, dan mereka kembali ke kesunyian masing-masing.
Di dalam goa, Zhang Wei sama sekali tidak menyadari bahwa keberhasilan kecilnya telah mengusik sosok-sosok yang berada jauh di luar jangkauannya saat ini.
***
Zhang Wei duduk bersandar di dinding goa, menatap tenang ke arah Lian Xuhuan yang baru saja kembali dalam wujud jiwanya. Wajah sang master masih memancarkan keagungan yang sama seperti sebelumnya, tetapi kini ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya—kebanggaan yang begitu jelas.
Lian Xuhuan mengamati muridnya dengan saksama, ekspresinya berubah sedikit ketika merasakan sesuatu yang tidak biasa. Tatapannya menyipit, lalu dengan nada penuh kepastian, dia berkata, "Zhang Wei, kau sudah menembus Martial Sovereign… bintang tiga?"
Zhang Wei mengangguk ringan. "Kurang lebih begitu, Master."
Lian Xuhuan terdiam sejenak, kemudian dia tersenyum kecil. "Hah… Kau benar-benar gila. Saat terakhir kali, kau masih di puncak Martial Ancestor. Itu pun sudah membuatmu menjadi monster di usiamu. Tapi sekarang… dalam waktu sesingkat itu, kau telah melangkah ke ranah yang bahkan banyak pendekar tak bisa capai seumur hidup mereka."
Ada rasa bangga yang tidak bisa disembunyikan dalam suaranya. Dia tahu betapa sulitnya melangkah dari Martial Ancestor ke Martial Sovereign. Itu bukan sekadar soal bakat—dibutuhkan fondasi yang luar biasa kuat, tekad baja, serta pengalaman hidup dan mati yang tak terhitung jumlahnya.
Namun, yang lebih mengejutkan bukan hanya ranah kultivasi Zhang Wei, melainkan fakta bahwa dia merasakan lingkungan yang asing. Energi dunia di sekitar mereka berbeda dari yang dia kenal.
Lian Xuhuan menyipitkan mata, lalu bertanya, "Kita tidak berada di Benua Selatan, bukan?"
Zhang Wei tersenyum tipis. "Tebakan Master benar. Kita sekarang berada di Benua Tengah."
Kali ini, Lian Xuhuan benar-benar terdiam. Matanya sedikit melebar, lalu dia menarik napas panjang.
"Jadi kau benar-benar menyeberangi Samudra Petaka?" Suaranya terdengar sedikit tak percaya.
Zhang Wei mengangkat bahu. "Kurang lebih begitu."
Lian Xuhuan menatapnya lama sebelum akhirnya terkekeh kecil. "Kau gila. Benar-benar gila. Kau masih berusia tujuh belas tahun, tapi kau sudah menyeberangi tempat yang bahkan para kultivator tingkat tinggi pun enggan untuk melintasinya. Tanpa aku di sisimu, tanpa ada seorang pun yang membimbingmu… kau berhasil melakukannya sendirian."
Ada kebanggaan yang begitu besar dalam suaranya, tetapi juga sedikit keterkejutan.
"Jadi, ceritakan padaku," lanjutnya, "Bagaimana kau bisa sampai ke sini?"
Zhang Wei menatap ke arah langit-langit goa, sejenak mengenang perjalanan panjang yang telah dia lalui.
"Aku tidak punya pilihan selain maju, Master. Setelah peristiwa di Benua Selatan, aku tahu tempat itu tidak lagi cocok bagiku. Banyak orang mengincarku, dan aku harus menjadi lebih kuat. Jadi aku mencari cara untuk melintasi lautan, meskipun semua orang mengatakan itu mustahil. Aku menemukan jalanku sendiri."
Dia kemudian menceritakan perjalanannya—bagaimana dia menghadapi badai dahsyat di Samudra Petaka, bertarung melawan monster laut yang bisa menelan kapal dalam sekali gigitan, serta bertahan dalam kondisi alam yang bahkan banyak orang anggap sebagai kuburan bagi para kultivator.
Lian Xuhuan mendengarkan dengan seksama, ekspresinya terus berubah seiring dengan cerita muridnya. Setiap detail yang Zhang Wei sebutkan semakin membuatnya menyadari bahwa anak ini benar-benar berbeda.
Saat Zhang Wei menyelesaikan ceritanya, Lian Xuhuan hanya bisa tersenyum lebar.
"Kau lebih dari sekadar murid berbakat," katanya, matanya dipenuhi kebanggaan yang sulit disembunyikan. "Saat aku pertama kali mengangkatmu sebagai muridku, aku tahu kau istimewa. Tapi aku tidak menyangka kau akan sejauh ini. Aku benar-benar tidak menyesal memilihmu sebagai penerusku."
Zhang Wei hanya tertawa kecil. "Master, bukankah sudah terlambat untuk menyesal?"
Lian Xuhuan menggelengkan kepala. "Tidak, bukan itu maksudku. Aku hanya… puas. Aku bangga melihat muridku melampaui semua batas yang pernah kupikirkan."
Zhang Wei tersenyum. "Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan, Master."
Lian Xuhuan memandangnya lama sebelum akhirnya menghela napas pelan. "Kau memang tidak pernah berubah."
Namun, dalam hati Lian Xuhuan, dia tahu bahwa perjalanan Zhang Wei masih jauh dari selesai. Benua Tengah adalah tempat yang penuh dengan bahaya dan misteri yang jauh lebih besar daripada Benua Selatan. Tetapi dengan kemampuan dan tekad yang dimiliki muridnya, dia tidak meragukan satu hal pun—Zhang Wei akan terus melangkah maju, tidak peduli rintangan apa yang menghadangnya.
up
ditunggu story line berikutnya.
Bravo!
Muantebz