(Warisan Mutiara Hitam Season 2)
Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".
Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.
Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Neraka di Kota Besi
BOOOOOM!
Gelombang api ungu dari "Putaran Naga Gila" Chen Kai meledak di tengah panggung pesta, menyapu kabut merah dan melemparkan para Penjaga Bayangan yang mendekat seperti boneka jerami. Meja-meja hancur, arak tumpah, dan daging panggang berhamburan.
Chen Kai tidak menunggu debu mereda. Dia memanfaatkan momentum putarannya untuk melompat.
Bukan ke arah gerbang utama yang dijaga ketat, melainkan lurus ke atas—menuju atap Rumah Tuan Kota.
"JANGAN BIARKAN DIA LOLOS!" raungan Jian Lie terdengar mengerikan, suaranya bergetar oleh amarah yang begitu pekat hingga terasa seperti tekanan fisik. "SIAPA PUN YANG MENGHALANGINYA DAPAT 100.000 BATU ROH! SIAPA PUN YANG MEMBUNUHNYA DAPAT 500.000!"
Lima ratus ribu.
Angka itu seperti mantra sihir hitam yang mengubah ketakutan menjadi kegilaan.
Ratusan tentara bayaran, pembunuh, dan penjahat di halaman bawah yang tadinya ragu-ragu karena kekuatan Chen Kai, kini mata mereka menyala merah karena keserakahan. Setengah juta Batu Roh adalah kekayaan yang cukup untuk membeli sebuah kota kecil atau sumber daya kultivasi seumur hidup!
"Bunuh dia!" "Dia ada di atap!" "Tembak dia!"
Puluhan senjata jarak jauh—panah, pisau lempar, dan bola api Qi—melesat ke arah sosok Chen Kai yang sedang berlari di bubungan atap.
Chen Kai tidak menoleh. Dia berlari dengan punggung membungkuk, Pedang Meteor Hitam di tangan kanannya digunakan untuk menangkis proyektil yang datang dari belakang tanpa melihat.
TING! TING! TRAANG!
"Yao, arah mana?!" teriak Chen Kai dalam hati.
"Barat Laut! Distrik Peleburan!" instruksi Kaisar Yao cepat. "Asap dan panas di sana akan mengacaukan Indra Spiritual Jian Lie. Jangan kembali ke penginapan!"
"Aku tahu!"
Chen Kai melompat dari atap mansion ke atap gudang di sebelahnya.
Tapi Jian Lie tidak akan membiarkannya pergi semudah itu.
"Mati kau, tikus!"
Dari halaman bawah, Jian Lie mengayunkan Pedang Emasnya ke atas. Dia tidak terbang (karena cederanya masih membatasi penggunaan Qi terbang yang boros), tapi dia melepaskan Tebasan Qi Pembangunan Fondasi.
SWUUUSHH!
Bilah cahaya emas raksasa sepanjang dua puluh meter membelah udara malam, memotong atap gudang tempat Chen Kai berpijak menjadi dua.
Chen Kai merasakan bahaya kematian. Dia menjatuhkan dirinya ke depan, berguling di udara tepat saat balok atap di bawahnya hancur menjadi serbuk kayu.
Dia mendarat di gang sempit di antara dua bangunan, berguling untuk meredam dampak, dan langsung berlari lagi.
"Kejar! Dia di gang sempit!" teriak para Penjaga Bayangan.
Pengejaran di jalanan Kota Perbatasan Besi dimulai.
Kota ini adalah labirin mimpi buruk. Gang-gangnya sempit, becek oleh minyak hitam, dan dipenuhi rongsokan logam tajam.
Chen Kai berlari seperti kilat hitam. Di depannya, sekelompok lima tentara bayaran (Tingkat Delapan) muncul, memblokir jalan.
"Kami dapat dia! Berhenti atau—"
Chen Kai tidak berhenti. Dia bahkan tidak melambat.
"Minggir."
Dia menabrak mereka.
BAM!
Bukan dengan pedang, tapi dengan bahu kirinya yang dilindungi Qi. Kekuatan fisik murni Chen Kai yang setara Pembangunan Fondasi menghantam barisan mereka seperti banteng gila.
Tiga orang terlempar ke dinding dengan tulang rusuk hancur. Dua sisanya ditebas oleh Pedang Meteor Hitam saat Chen Kai lewat.
SPLAT!
Darah muncrat ke dinding besi berkarat. Chen Kai terus berlari, meninggalkan mayat-mayat itu di belakang.
"Di sana! Di Distrik Peleburan!"
Suara gong peringatan kota mulai berbunyi. Seluruh Pos Perdagangan Besi kini bangun. Setiap penjaga kota, setiap preman yang ingin kaya, semuanya memburu satu orang.
Chen Kai berbelok tajam, masuk ke area pabrik.
Di sini, suhunya naik drastis. Cerobong-cerobong asap raksasa memuntahkan asap hitam pekat. Sungai-sungai kecil berisi limbah logam cair yang membara mengalir di selokan khusus.
"Panasnya bagus," kata Yao. "Ini menyamarkan auramu."
Tapi Jian Lie masih mengejar. Komandan Klan Jian itu melompat dari satu atap pabrik ke atap lain, mengabaikan rasa sakit di rusuknya, matanya terkunci pada punggung Chen Kai.
"Kau tidak bisa lari selamanya, Chen Kai!" teriak Jian Lie. "Kota ini dikurung! Gerbang ditutup! Kau terperangkap di dalam sangkar bersamaku!"
Chen Kai melihat ke depan. Jalan buntu.
Sebuah tungku peleburan raksasa setinggi tiga lantai menghalangi jalannya. Di kiri kanan adalah dinding pabrik yang tinggi dan licin.
Jian Lie mendarat di belakangnya, memblokir jalan keluar gang. Dua puluh Penjaga Bayangan elit muncul di atap-atap di sekelilingnya, mengarahkan busur panah.
Chen Kai berbalik perlahan, napasnya sedikit memburu. Dia terpojok.
Jian Lie tersenyum kejam, berjalan mendekat dengan pedang emasnya yang bersinar.
"Habis sudah lari-larinya," kata Jian Lie. "Serahkan Buah Jantung Naga itu, dan aku akan membunuhmu dengan cepat. Atau... aku bisa memotong kaki dan tanganmu dulu, lalu menyeretmu kembali ke altar di Lembah Tulang Naga."
Chen Kai menyeka keringat di dahinya. Dia menatap tungku raksasa di belakangnya, lalu menatap Jian Lie.
"Kau benar, Jian Lie," kata Chen Kai, suaranya tenang di tengah deru mesin pabrik. "Aku terperangkap di sini bersamamu."
Dia menyeringai di balik sisa-sisa topengnya yang retak.
"Tapi kau salah satu hal."
"Apa?"
"Aku tidak lari karena aku takut padamu," kata Chen Kai. "Aku lari karena aku mencari tempat yang mudah meledak."
Mata Jian Lie melebar. Dia melihat ke arah tungku raksasa di belakang Chen Kai. Ada pipa tekanan uap yang mendesis berbahaya di sana.
"TIDAK! HENTIKAN DIA!"
Chen Kai berbalik dan mengayunkan Pedang Meteor Hitamnya sekuat tenaga ke arah katup pengaman utama tungku peleburan itu.
"Teknik Pedang: Gunung Runtuh!"
KRAAAANG!
Katup besi setebal paha manusia itu hancur berkeping-keping.
Uap tekanan tinggi yang tertahan di dalam tungku—cukup untuk melelehkan baja—mencari jalan keluar seketika.
WUUUUUUUUUSSSSSHHHHHH!!!
Ledakan uap panas putih menyembur keluar dengan kekuatan bom.
"Lindungi diri!" teriak Jian Lie, menyilangkan tangannya menutupi wajah.
Ledakan uap itu menelan seluruh gang. Para Penjaga Bayangan di atap terlempar oleh gelombang kejut. Pandangan menjadi nol.
Jian Lie meraung, menahan panas dengan Qi pelindungnya. "Bocah gila! Kau akan membunuh dirimu sendiri!"
Saat uap mulai menipis, Jian Lie melihat ke tempat Chen Kai berdiri.
Kosong.
Tapi ada lubang besar di dinding pabrik di sebelah tungku—lubang yang dibuat bukan oleh ledakan, tapi oleh seseorang yang menerobos paksa di tengah kekacauan.
"Dia masuk ke dalam pabrik!"
Jian Lie mengejar masuk melalui lubang itu.
Namun, di dalam pabrik yang gelap dan penuh mesin itu, tidak ada jejak Chen Kai. Hanya ada suara mesin yang berisik dan bayangan yang bergerak-gerak.
Chen Kai telah menghilang.
Satu jam kemudian.
Di sebuah saluran pembuangan air tua di bawah Distrik Kumuh, jauh dari Distrik Peleburan.
Air limbah yang bau mengalir setinggi mata kaki. Tikus-tikus besar berlarian di pipa-pipa berkarat.
SPLASH.
Chen Kai mendarat di air kotor itu, turun dari lubang di atas. Dia terbatuk, memuntahkan sedikit darah. Punggungnya melepuh parah terkena uap panas tadi—bahkan Tulang Api-nya tidak bisa menahan ledakan uap jarak nol sepenuhnya.
"Kau benar-benar gila," komentar Kaisar Yao, nadanya antara marah dan kagum. "Meledakkan tungku peleburan? Kau bisa saja mati."
"Tapi aku lolos," kata Chen Kai, menyandar ke dinding saluran yang lembap. Dia meringis saat jubahnya bergesekan dengan luka bakarnya.
Dia merogoh cincin penyimpanannya dan mengeluarkan kotak kristal yang dia curi.
Di dalamnya, Buah Jantung Naga bersinar merah lembut, seolah mengejek kekacauan di atas sana.
"Kita dapat," bisik Chen Kai.
"Sekarang apa?" tanya Yao. "Seluruh kota memburumu. Kau tidak bisa kembali ke penginapan. Manajer Sun dan Xiao Mei mungkin aman karena penyamaran, tapi jika kau mendekat, kau akan membahayakan mereka."
"Aku tahu," kata Chen Kai. Dia menatap ke lorong gelap saluran pembuangan. "Aku harus bersembunyi di sini sementara waktu. Tempat ini menjijikkan, bau, dan beracun. Tempat yang sempurna karena Tuan Muda Jian Lie yang agung tidak akan pernah berpikir untuk mencari di sini."
"Dan..." Chen Kai menatap buah di tangannya. Matanya berkilat dengan tekad.
"Aku akan memakan ini sekarang."
"Di sini?!" Yao kaget. "Di selokan?!"
"Tempat terbaik untuk menjadi naga adalah dari lumpur," kata Chen Kai. "Aku butuh kekuatan untuk keluar dari kota ini. Aku butuh Pembangunan Fondasi."
Dia duduk bersila di atas sebuah batu kering di tengah aliran limbah.
"Jaga aku, Yao."
Chen Kai membuka kotak itu, mengambil buah merah yang berdenyut itu, dan menggigitnya.