"Mari kita bercerai, Di" ucap Saka
Diandra menatap Saka tidak percaya. Akhirnya kata itu keluar juga dari mulut suaminya. Hanya demi perempuan lain, Saka rela menceraikan dirinya. Apa yang kurang dengan dirinya hingga Saka sekejam itu padanya?
"Kamu pasti sudah tidak sabar untuk menikahi perempuan itu, kan?"
Saka menatap Diandra lekat, Jujur dia masih mencintai Diandra. Tapi kesalahan yang dia lakukan bersama Vika terlanjur membuahkan hasil. Sebagai pria sejati, tentu Saka harus bertanggung jawab.
"Vika hamil anakku. Bagaimanapun aku harus menikahinya"
"Kalian bahkan sudah sejauh itu? Kamu hebat, Mas. Tidak hanya menorehkan luka di hatiku, kamu juga menaburinya dengan garam. Kamu sungguh pria yang kejam!"
"Aku minta maaf" lirih Saka
Tidak ada yang bisa menggambarkan sehancur dan sekecewa apa Dian pada suaminya.
"Baik. Mari kita bercerai. Aku harap kamu bahagia dengan perempuan pilihanmu itu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"APA!!"
Vika dan Hastari sama - sama terkejut.
"Kamu jadi sopir di perusahaan Diandra?! Bagaimana bisa, Mas? Kamu mantan pemilik perusahaan besar. Bagaimana bisa sekarang kamu malah jadi sopir?"
"Ka, apa tidak ada pekerjaan lain yang bisa kamu dapatkan selain sopir?" kali ini Hastari yang bertanya
Saka menatap keduanya bergantian. "Aku sudah berusaha, Vik. Bun. Bahkan aku sudah sangat berusaha. Tapi semua kantor dan perusahaan menolakku. Hanya perusahaan milik Dian yang mau menerimaku, itupun hanya sebagai sopir"
"Mas, itu mustahil! Jangan - jangan ini hanya alasan kamu supaya bisa dekat dengan wanita itu, iya?" tuduh Vika
"Kenapa kamu malah menuduh suamimu seperti itu? Harusnya kamu percaya pada Saka. Bukan malah menuduhnya yang bukan - bukan!" kesal Hastari
"Bagaimana aku tidak curiga! Mas Saka bekerja di kantor mantan istrinya! Dan dia mengatakan bahwa hanya perusahaan Diandra yang menerimanya? Orang bodoh pun tidak akan percaya, Bun. Mas Saka itu orang berbakat! Dia hebat! Bagaimana bisa tidak ada satu pun perusahaan yang mau menerimanya? Itu sangat tidak masuk akal! Atau bisa jadi semua ini ulah Diandra. Dia sengaja membuat Mas Saka tidak di terima di tempat manapun dan membuat seolah - olah hanya perusahaannya yang mau menerima Mas Saka!"
"Bagaimana bisa kamu punya pikiran seperti itu?"
"Tentu saja karena Diandra ingin membalas dendam pada kita! Bunda tidak lupa kan, siapa yang membuat Mas Saka bangkrut?"
"Vik, sekarang bukan waktunya kita berdebat. Aku harus bekerja agar kita bisa melanjutkan hidup! Terlepas semua yang kamu katakan benar atau salah, aku tidak tahu. Tapi aku Aku harap kali ini kamu mau berbesar hati untuk meminta maaf pada Diandra!"
Vika memberenggut kesal, "Aku tidak mau!!" tolaknya keras
"Kalau kamu tidak mau meminta maaf pada Diandra, sebaiknya kamu saja yang mencari pekerjaan! Lagipula Saka bekerja juga untuk memenuhi kebutuhanmu yang hedon itu!"
"Kalau saja aku tidak hamil, tentu aku akan membantu Mas Saka mencari kerja!"
"Tidak kerja saja, kamu hanya memikirkan diri sendiri! Bagaimana kalau kamu bekerja!" cibir Hastari
"Sudah cukup! Sebaiknya sekarang kita istirahat. Kalau bisa sekalian berkemas. Besok akan ada orang yang melihat rumah ini"
"Jadi kita benar - benar pindah dari rumah ini, Mas?"
"Kalau saja kamu tidak berhutang! Kita tidak akan pindah!" celetuk Hastari
"Bunda se-"
"Cukup!! Istirahat sekarang!" Putus Saka tegas, "Jangan lupa besok untuk menjual perhiasan kamu, Vik!"
"Sayang banget Mas, kalau harus di jual!"
"Mau bagaimana lagi! Kita bisa membelinya lagi nanti kalau punya rezeki lebih"
Vika menghela nafas kasar, "Nggak apa - apa, kita bisa beli lagi lain waktu"
"Tumben pengertian!"
"Bun, jangan mulai. Saka sudah pusing" tegur Saka
"Bunda mau istirahat dulu. Jangan lupa Vik, besok kamu harus meminta maaf pada Diandra!"
"Ck... Harus gitu?" tanya Vika kesal
"Kalau kamu masih mau makan, ya harus lah!"
Hastari meninggalkan anak dan menantunya.
"Bunda itu selalu saja membuatku kesal!"
"Sudah, jangan di masukkan ke hati. Bunda sebenarnya baik kok"
"Bela saja terus Bunda kamu itu!"
"Sebaiknya kita istirahat sekarang. Masih banyak hal yang harus kita lakukan besok"
🍀🍀🍀
"Kamu sudah puas berdrama?" tanya Gama kesal
Dian tertawa pelan, "Jadi dia kekasihmu? Cih ... Paedofil!"
"Jangan sembarangan bicara! Aku hanya menganggap Pricilla seperti adikku sendiri!"
"Oh ya? Adik ya? Tapi sepertinya dia menyukaimu" ejek Dian
Gama berjalan ke arah Diandra, "Kenapa kalau dia menyukaiku? Kamu cemburu?"
Dian mematap Gama intens, jarak keduanya begitu dekat. Bahkan jika Dian sekali melangkah, hidung mereka akan saling menempel satu sama lain. Wanita cantik itu sengaja mendekatkan wajahnya di sebelah telinga Gama lalu berbisik
"Aku cemburu?" nafas Dian terasa menyapa telinganya, Gama sendiri mendadak canggung. Ini pertama kalinya dia sedekat ini dengan seorang perempuan selain Pricilla.
Kesadaran Gama kembali saat mendengar tawa Dian yang mengganggu telinganya. "Hahahah. Aku cemburu padamu? Astaga! Yang benar saja! Kita baru beberapa kali bertemu. Lagipula aku tidak menyukai seorang pria!"
Gama menatap Dian dengan alis terangkat sebelah? "Kamu tidak menyukai pria? Itu artinya, apa kamu penyuka sesama jenis?"
Bug
"Awwh!! Kenapa kamu memukulku?" protes Gama tak terima, ia mengusap perutnya yang baru saja di hadiahi pukulan oleh Dian
"Itu karena mulutmu yang sembarangan bicara! Aku bukan lesbian! Tapi aku membenci semua pria karena mereka selalu saja memberikan luka!!"
"Sepertinya kamu sudah sembuh! Kamu punya tenaga besar untuk memukulku! Sebaiknya kamu pulang sekarang!" cibir Gama
"Aku memang berniat untuk pulang. Sopirku sedang dalam perjalanan"
"Lalu kamu mau pulang dengan bajuku seperti itu?"
Dian menatap bajunya. Kaos kedodoran sebatas paha yang terlihat begitu menggoda.
"Kalau kamu tidak keberatan, aku akan meminjamnya"
"Kamu pulang di jemput sopir. Bagaimana mungkin kamu akan memakai pakaian seperti itu!"
"Lalu aku harus memakai apa?" tanya Dian kesal
"Tunggu di sini. Aku akan mencari baju di kamar Mamaku. Tapi sebelumnya kamu harus makan! Aku tidak di repotkan lagi olehmu!"
"Aku sudah makan! Tadi Bibi sudah mengantarnya ke kamar"
"Pantas saja tenagamu sudah pulih. Rupanya sudah makan!"
"Bukankah kita tidak boleh menolak rezeki"
"Ya sudah, tunggu sebentar!"
Dian mengangguk, Ia memilih kembali ke kamar Gama. Setelah masuk ke dalam kamar, Dian memperhatikan suasana kamar pria dingin itu. Tatanannya rapi untuk ukuran seorang pria. Warna catnya juga soft dan enak di pandang. Tidak ada pajangan yang berlebihan. Terasa nyaman bagi penghuninya.
"Sudah puas memandangi kamarku?" tanya Gama yang bersandar di pintu
"Kamarmu cukup nyaman untuk seorang pria"
Gama melangkah masuk kemudian memberikan baju ganti pada Dian.
"Aku anggap itu sebagai pujian!"
Wanita cantik berusia dua puluh delapan tahun itu segera mengganti pakaiannya. Dress selutut berwarna pink soft yang terasa pas di tubuhnya membuat penampilan Dian terlihat anggun.
"Aku akan mengembalikan baju ini nanti"
Gama menatap Diandra lekat.
"Kamu mendengarku?" tanya Dian
"T-tentu saja" jawab Gama gugup. "Oh ya, sopirmu sudah datang"
"Baiklah. Terima kasih atas bantuanmu hari ini. Aku tidak akan pernah melupakannya"
Pria itu hanya berdehem sebagai jawaban.
Gama mengantar Dian sampai di teras. "Sekali lagi terima kasih"
"Hm ... Semoga setelah ini tidak ada kejadian seperti ini lagi!"
Dian tersenyum lalu masuk ke dalam mobil. Perlahan tapi pasti, mobil yang di kendarainya mulai meninggalkan rumah Gama. Tatapan Dian kini tertuju pada rumah yang berada tepat di samping milik pria itu. Rumah mewah berlantai tiga yang terlihat begitu mewah. Jejeran mobil mahal juga memenuhi carport rumah tersebut.
Wanita cantik itu mengambil ponsel lalu menghubungi seseorang. [Cari tahu info tentang Gama Mahaditya! Aku mau semua detail informasi tentang dia!]
/Smug//Smug/