Wanita adalah makhluk paling rumit di dunia. Sangking rumitnya, pikiran, bahkan perkataannya bisa berubah seiring waktu.
Pada ulang tahun pernikahan pertama, Sandra melontarkan candaan ringan, mengatakan bila tak kunjung memiliki anak akan meminta Bastian menikah lagi.
Bastian tak menanggapi candaan Sandra sama sekali, hingga pada akhirnya di tahun ke sepuluh pernikahan. Hal yang tak diinginkan Sandra lantas terjadi. Ternyata, secara diam-diam Bastian menikah siri dengan sekretaris pribadinya bernama Laura dan sekarang tengah berbadan dua.
Apa yang akan dilakukan Sandra? Apa dia akan pergi atau memilih bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Satu Atap
Sambil beranjak dari sofa Bastian lantas berkata,"Laura tinggal bersama kita ya. Jika dipikir-pikir akan lebih enak jika kita tinggal satu atap, aku bisa memperhatikanmu dan Laura sekaligus, daripada harus bolak balik pergi ke rumah dan apartment Laura. Tidak apa-apa, kan Laura tinggal di sini?"
Gigi Sandra gemertak sesaat. Tampak berang karena Bastian telah melampaui batas. Kendati demikian, dia redam amarahnya sekarang dan hanya bisa melayangkan tatapan tajam.
"Apa kau kekurangan uang, Bas?" Sandra tak langsung menjawab, malah bertanya balik.
Pertanyaan yang diajukan Sandra, tentu saja menciptakan kerutan kuat di kening Bastian. "Apa maksudmu?"
"Aku heran, mengapa maduku itu sampai-sampai kau ajak tinggal di sini, makanya aku tanya apa kau kekurangan uang?"
Mengerti arah pembicaraan Sandra, Bastian nampak kesal. Terlebih tatapan Sandra seolah-olah merendahkannya sekarang. "Kau mengejekku?"
"Tidak, aku hanya bertanya."
"Maaf aku ikut campur, Nyonya. Aku cuma bilang kalau tengah malam kadang-kadang anakku minta dielus Bastian. Seperti tadi malam aku tidak bisa tidur sama sekali karena Bastian tidak ada di sampingku. Aku tinggal di sini ya, biar kita tambah dekat," timpal Laura dengan bibir menurun sedikit ke bawah.
Laura tengah berbohong. Alasan utamanya ingin tinggal seatap dengan Sandra agar rencananya dapat berjalan mulus. Tadi, dia sudah menyampaikan keluh kesahnya pada Bastian dan lelaki itu langsung menuruti permintaannya.
"Jadi, bagaimana San, tidak apa-apa kan Laura tinggal bersama kita?" kata Bastian lagi saat Sandra tak kunjung memberi jawaban.
Sandra mendengus, alih-alih membalas, dia malah melangkah cepat menuju kamar Aldo. Rutinitas selama ini yang sering dia lakukan.
Bastian terlihat panik. "Sandra!" panggilnya lalu melirik ke samping sekilas. "Aduh bagaimana ini."
"Bas, Nyonya Sandra marah ya samaku, sebaiknya aku pulang saja sekarang ya, aku tidak mau menganggu kalian," ucap Laura dengan mata mulai berkaca-kaca. Laura tengah mengeluarkan jurus andalannya.
"Jangan! Sandra tidak marah kok, mungkin karena capek jadinya dia tidak terima ada orang asing datang ke rumah, kau tenang aku akan membujuk Sandra. Sekarang ikutlah aku ke atas, aku akan mengantarmu ke kamarmu,"kata Bastian lalu melirik ke depan lagi, melihat Sandra sudah menghilang dari pandangannya sekarang.
Laura tersenyum lebar, kemudian mengikuti Bastian dan sampailah mereka di lantai dua.
"Kamarmu di sini, masuklah Laura. Beristirahatlah!" Bastian langsung membuka pintu kamar dan mempersilakan Laura masuk ke dalam.
Laura mengangguk kemudian melangkahkan kaki ke ruangan dengan pelan. "Bas, kamarmu di mana?" tanyanya sebelum benar-benar masuk.
Bastian menggerakkan kepala ke kanan sekilas sambil berkata," Di sana, kau tenang saja. Jika anak kita minta dielus, aku akan datang dengan cepat kemari."
Laura menengok keluar sejenak, melihat kamar Sandra dan Bastian satu lorong dengannya. Laura merasa senang karena tanpa bersusah payah rencananya akan berjalan dengan mulus.
"Baiklah, pergilah, aku mau merapikan pakaianku," balas Laura.
Bastian mengangguk samar lalu turun ke lantai satu hendak pergi menemui Sandra.
Sesampainya di bawah , tepatnya di ruang keluarga Sandra bercengkrama bersama Aldo. Bastian tanpa sadar mengulum senyum saat mendengar Sandra tertawa lepas bersama Aldo sekarang.
Sandra terlihat baik-baik saja padahal perasaannya remuk redam sekarang. Akan tetapi, tawa Sandra seketika menghilang, kedatangan Bastian membuat suasana mendadak sunyi. Berganti dengan hawa di sekitar terasa mencekam.
"Papa!" Melihat Bastian di sekitar, Aldo berlari cepat mendekati Bastian.
Bastian mengulas senyum lalu cepat-cepat menggendong Aldo. "Aldo sudah makan?"
Dengan semangat Aldo mengangguk. "Su—dah Pa!"
"Baguslah, ayo kita dekati Mama." Bastian menuntun Aldo berjalan ke arah Sandra. Di mana Sandra tak berniat sedikit pun beranjak dari sofa, sedari tadi duduk sambil menatap dingin Bastian.
"San, ayolah izinkan Laura tinggal di sini, jangan seperti anak kecil, aku janji akan membagi waktumu dengan Laura." Bastian langsung menyampaikan tujuannya bertemu Sandra. Aldo yang mendengar orang tuanya tengah berbicara, langsung duduk di samping Sandra sambil melirik pasangan suami istri itu dengan mata berkedip-kedip pelan.
Sandra tak segera memberi pendapat. Wanita bersurai panjang itu terdiam dengan kening berkerut kuat. Sandra sedang mempertimbangkan permintaan Bastian, hingga pada akhirnya dia membuka suara.
"Baiklah, Laura boleh tinggal di sini, aku mau bertemu dia sekarang, di mana Laura?" tanya Sandra, sambil menyungging senyum penuh arti.
Bastian tersenyum sumringah karena Sandra mau menerima Laura tinggal di rumah ini. "Laura ada di lantai dua, kamarnya ada di ujung lorong, dekat dengan kamar kita."
Sandra tersenyum lagi. Sebuah senyuman yang di baliknya menyimpan kemarahan yang mendalam. Bisa-bisanya Bastian menyuruh Laura tidur di lantai yang sama dengan mereka, tapi tidak apa-apa, Sandra tahu akal bulus Laura.
"Baiklah, aku ke atas dulu ya, kau temani Aldo bermain, kasihan dia dari kemarin mencarimu, kau tidak akan melupakan anak angkat kita, 'kan?" Sandra sedikit kesal pada Bastian karena akhir-akhir ini, suaminya itu sibuk dengan Laura.
"Tentu saja, pergilah, akur-akur lah dengan madumu." Tanpa menaruh curiga sedikit pun Bastian mengiyakan ucapan Sandra.
Sandra mengangguk. Bastian kembali menggendong Aldo dan mengajak anak angkatnya itu pergi ke ruang bermain.
Selepas kepergian Bastian dan Aldo. Sandra bergegas pergi ke lantai dua. Namun, baru saja melewati kamarnya, darah Sandra mulai naik saat melihat pintu kamarnya terbuka lebar.
Siapa yang berani masuk ke kamarnya? Yang diperbolehkan masuk hanyalah Aldo dan baby sitter, tapi masalahnya baby sitter Aldo sudah pulang sekarang. Bahkan asisten di rumah pun tidak berani menginjakkan kaki tanpa izin darinya terlebih dahulu.
Pintu memang sengaja tidak dikunci karena Aldo kadang-kadang main di kamar. Sandra menengok sebentar ke dalam, pupil matanya langsung melebar, melihat Laura tengah mengedarkan pandangan di ruangan dengan mata berbinar-binar.
Sandra mendengus kesal sejenak lalu melangkah pelan ke ruangan.
"Bagus ya tas-tas itu," celetuk Sandra dengan raut wajah datar. Membuat Laura terlonjak kaget.
Dengan cepat Laura mengalihkan pandangan lalu melempar senyum kikuk bak orang yang tidak merasa bersalah, karena sudah ketahuan masuk ke kamar, tanpa seizin sang pemilik ruangan.
"Hehe iya, aa maaf tadi aku mau ke bawah tapi aku melihat pintu ini terbuka, mau aku tutup tapi aku penasaran ada apa di dalam, ternyata kamar seseorang, apa ini kamar Nyonya dan Bastian?" ucap Laura. Melirik lagi ke lemari kaca di samping, di mana terdapat banyak tas-tas mahal berjejer dengan rapi, ada merk ch*nel, d*or, pr*d* dan masih banyak lagi.
Laura memang sengaja datang ke kamar Sandra ingin melihat suasana kamar Sandra dan Bastian. Laura amat kecewa, menyadari kamar yang di tempatinya tidak luas dan tidak bagus seperti kamar Sandra. Saat melihat isi kamar Sandra, banyak sekali dengan tas-tas mahal. Timbullah rasa iri di hati Laura dan keinginannya untuk menjadi istri Bastian satu-satunya semakin menggebu-gebu.
Sandra bersedekap di dada sambil memperhatikan Laura dari kepala sampai ke ujung kaki, dengan tatapan penuh cela.
"Kita hanya berdua saja di sini, perlihatkan saja wujud aslimu itu, ayolah, jangan terlalu sering bersandiwara, aku tidak suka orang-orang munafik sepertimu, perlu kau tahu wanita sepertimu tidak pantas memiliki tas-tas ini, pakaianmu saja tidak modis, mana cocok dengan tas ini," kata Sandra, sengaja mempermainkan perasaan Laura.
Karena memang benar pakaian yang dikenakan Laura jauh dari kata fashionable. Warna pakaian bahkan aksesoris di tubuhnya tidak menyatu sama sekali. Sandra memang lebih tahu mode fashion karena perusahaannya berfokus pada bidang tersebut. Di tambah lagi saat mengenyam pendidikan strata dua di London, Sandra mengambil jurusan fashion design.
Laura melototkan mata. Dadanya mulai bergemuruh kuat sekarang. "Apa maksud Nyonya?"
Melihat respon Laura, Sandra mulai muak! Matanya langsung mendelik ke atas sejenak.
"Apa kau ini tuli?! Sehingga aku harus mengulangi perkataanku, aku tahu tujuan kau ke sini! Ambillah Bastian, suruh dia ceraikan aku! Sudah, tidak usah kau berakting, aktingmu sangatlah jelek dan sebanding dengan hatimu yang juga busuk itu!" seru Sandra.
Plak! Laura sudah tidak tahan lagi. Tanpa pikir panjang melayangkan tamparan di pipi kanan Sandra dengan cepat.
"Kau berani denganku?! Dasar jalang!" Sandra melototkan mata lantas cepat-cepat menampar balik Laura.
Plak!!!
"Argh!"
madu yg km hadirkn itu pilihanmu bastian....
terima aja klo sandra mundur dri pda brtahan dgnmu.... laki2 g ada otak... hobi selingkuh...
wlopun kau kaya raya..... tpi bukan segalanya....
jgan nyesel y bastian dgn kpergian sandra dri hidupmu.... krna ketidaksetianmu dan jga keegoisanmu.....
mna ada km cinta dgn sandra tpi mmpu mnyakitinya trlalu dlm.... yg ada km itu suami kejam sprti pph sandra.... sama biadabnya sperti binatang.....
selamat bastian sbntar lgi yg km katakn mncintai laura akn trbukti.... mmpukah laura yg km cintai mngisi posisi sandra saat sandra mnjadi mantanmu...
haruskah mnunggu puluhan tahun lgi sandra untuk lepas dri smua pndritaannya??