Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka pertama
Disaat kebahagiaan hampir tercipta di mata semua orang, sepasang manik berwarna coklat terlihat sangat menyedihkan. Kaca-kaca yang melapisi manik itu terlihat siap tumpah jika kelopak matanya berkedip, sebisa mungkin wanita yang bernama Elisa Putri itu menahannya.
Kerongkongannya terasa tercekat menelan setiap liur yang terkumpul di mulutnya. Punggungnya di paksa untuk tetap kuat di saat ribuan anak panah serta tombak pesakitan terus menerus menghantam dadanya tanpa henti.
Siapa yang tak sakit? Di saat kedua matanya menyaksikan pernikahan pria yang amat dirinya cintai. Pengantin pria yang kini berdiri di atas pelaminan adalah suaminya, bersanding dengan seorang wanita mapan bergelar dokter yang mana usianya dua tahun di atas Elis.
Nama madu yang siap meracuni jiwa raga Elis bernama Aida Asyifa. Dialah istri idaman yang di pilihkan keluarga Arjuna Barata untuk menjadi istri kedua dari suaminya. Luka ini sangat parah sehingga Elis kesulitan untuk menyembunyikannya.
Yang paling membuat Elis sakit hati adalah Aida merupakan mantan kekasih Arjuna di masa lalu. Sehingga berbagai perasangka bermunculan di benaknya.
Ini adalah awal dari kehancuran rumah tangga yang ia bina selama 7 tahun lamanya. Elis mulai menghitung berapa waktu yang akan memporak porandakan kebahagiaannya.
Jika kalian bertanya penyebabnya, kemari Elis akan menjelaskannya.
Kesalahan yang tidak bisa di katakan kesalahan Elis adalah tidak bisa memberikan seorang penerus kepada keluarga Barata. Yaitu seorang putra, bukan karna Elis di vonis man dul, melainkan Elis belum di percayai Tuhan untuk memiliki seorang anak laki-laki. Ketiga anak Elis dan Arjuna berjenis kelamin perempuan. Sehingga keluarga Arjuna terutama ibunya terus menuntut seorang putra kepada Elis. Mereka menjalani berbagai macam program demi mendapatkan seorang putra nampaknya Tuhan masih belum berkenan mengabulkan keinginan mereka.
Dua tahun terakhir Elis melakukan program untuk mendapatkan seorang putra. Tapi hasilnya, dua kali Elis mengalami keguguran secara berturut-turut, dokter tak menyarankan Elis untuk hamil dalam waktu dekat, sehingga keluarga Arjuna mendesak Arjuna untuk menikah lagi.
Tekanan demi tekanan di terima oleh Elis tapi Elis masih bisa menerimanya dengan sabar selagi suaminya masih memperlakukannya dengan baik. Namun yang sangat memporak porandakan perasaannya adalah ketika Arjuna mengatakan akan menikah lagi sungguh hari itu adalah hari di mana cinta pria itu tengah Elis pertimbangkan.
Elis membuang pandangan kala suaminya menatap ke arahnya, ia segera berlalu meninggalkan ballroom menuju ke arah toilet. Elis perlu mencabut serta menghempaskan tombak dan anak panah beracun yang menancap di dadanya.
Elis menangis mengunci toilet dan menangis sejadi-jadinya meluapkan emosi yang ia pendam beberapa saat yang lalu.
"Kau tega Mas. Kau benar-benar tega. Aku sudah memohon serta berjanji akan memberikanmu seorang putra asalkan kau mau membatalkan pernikahanmu. Tapi apa yang terjadi? aku seakan menyaksikan penghianatan dengan label halal yang kau lakukan. Ini tak adil Mas, tapi apa dayaku hati ini terlalu mencintaimu. Doaku hanya satu menginginkan kau mendzalimiku agar aku tidak merasa bersalah saat tak lagi mencintaimu." Elis menatap wajah sendunya di pantulan cermin.
Wajah cantik yang tadi di make up oleh make up artis kini tak berbentuk, maskara yang luntur mengotori matanya. Rambutnya yang tertata rapihpun kini sudah tak berbentuk.
"Tuhan, lantas siapa yang bisa ku salahkan? Diriku sendiri? Atau takdirku." Elis kembali terisak.
Ia mengingat profil Aida yang merupakan seorang dokter kandungan. Kariernya cemerlang juga ia berasal dari keluarga yang baik. Aida juga berhijab tergambar sangat shaliha, pria mana yang bisa menampik kecantikannya.
Elis kembali menatap pantulan dirinya. "Aku juga cantik, tapi karirku tidak sebagus Aida. Keluargaku juga tak tau siapa. Aku hanya anak pungut dari seorang karyawan pabrik. Lantas apa yang bisa ku banggakan?"
Apa yang terjadi malam ini membuat Elis merasa iri. Sungguh Elis sanhat iri, tujuh tahun silam Arjuna menikahinya di kantor urusan agama, tanpa pesta atau apapun. Elis yang sudah hidup sebatang karapun tidak menuntut apa-apa menurutnya yang penting pernikahan mereka sah di mata hukum dan agama. Orang-orang di kantor Arjunapun tidak ada yang tau jika dirinya merupakan istri dari seorang wakil direktur perusahaannya. Semua itu atas permintaan ibu Arjuna entahlah alasannya apa.
Setelah puas menangis Elis mencuci wajahnya dan merapikan rambutnya. Ia akan pulang kerumahnya, mungkin tidur lebih baik untuk dirinya lakukan saat ini.
Elis membuka pintu kamar mandi, namun sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang. "Maafkan aku." ucapan berat itu terdengar tulus di telinga Elis, suaranya juga bergetar mungkin Arjuna merasa bersalah.
Elis membatu. Ia tau yang memeluknya adalah Arjuna suaminya. Elis hanya tersenyum kecut, tak ingin ia terlihat lemah di hadapan suaminya. Elis melepas pelukan Arjuna dan segera berlalu tanpa mengucapkan satu patah katapun.
Meskipun pesta besar itu belum usai, Elis tak ingin menapkan wajahnya di acara terkutuk itu, Elis juga mulai menghitung mundur berapa lama dirinya mampu bertahan dalam kolam poli gami yang Arjuna ciptakan untuknya.
Sesampainya Elis di rumah dirinya segera mengunjungi kamar ketiga putrinya Rose, jasmine, dan Valery. Putri yang paling besar namanya Rose berumur 6 tahun, yangkedua bernama Jasmine umurnya 4 tahun. Dan si bungsu bernama Valery berumur ... Astagha besok Valeri ulang tahun yang kedua. Hebat sekali, tahun ini Papanya menghadiahkan Mama baru untuk putri bungsunya. "Semoga kalian tetap bahagia apapun yang terjadi."
Elis mengecup kening ketiga putrinya bergantian dirinya pergi ke kamarnya sendiri. Menguncinya, meraung dalam kegelapan. Membayangkan pria yang ia cintai menghabiskan malam dengan madunya sungguh membuat Elis merasa tak berguna. Ingin rasanya Elis menyayat urat nadinya jika saja ketiga makhluk tak membutuhkannya. Atau Elis ingin menggantung lehernya tralis tangga sebagai kado untuk Arjuna.
Elis bangun, secara perlahan menghampiri kamar mandi, membersihkan diri juga mengambil air wudhu. Elis bukanlah muslimah yang amat taat, tapi selama dirinya hidup sebagai hamba ia tak pernah lalai mengerjakan lima waktu. Ia juga cukup berbakti sebagai seorang istri. Elis tak pernah mengeluh apa lagi menolak keinginan siaminyanya. Elis istri yang patuh yang selalu meminta ijin atas apapun kepada Arjuna. Sebagai bentuk dan kecintaannya terhadap sang suami dirinya selalu menyiapkan apapun untuk suaminya menggunakan tangannya sendiri khusus untuk suaminya meskipun di rumahnya terdapat beberapa pelayan.
Dua rakaat Elis tunaikan di keheningan malam. Bait-bait suci Elis lantunkan dengan suara selembut beledu dengan air mata yang tak hentinya mengalir.
Sudah pukul dua pagi, tapi kantuknya tak juga datang. Sehingga Elis membuka laci di nakasnya untuk mengambil pil tidur. Ia mengkondumsi pil itu sejak seminggu terakhir, tepat saat Arjuna mengatakan akan menikah lagi. Ya Arjuna bukan meminta ijin untuk menikah lagi. Melainkan mengatakan saja.
Elis sudah memohon serta berlutut dengan airmata sebagai senjatanya namun Arjuna tak menanggapinya. Pria itu mengabaikan permohonan Elis dan lebih memilih meninggalkan istrinya seorang diri. Dan hal itu merupakan luka pertama yang di berikan Arjuna untuknya.