Arunika Nrityabhumi adalah gadis cantik berusia dua puluh tujuh tahun. Ia berprofesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit besar yang ada di kotanya.
Gadis cantik itu sedang di paksa menikah oleh papanya melalu perjodohan yang di buat oleh sang papa. Akhirnya, ia pun memilih untuk melakukan tugas pengabdian di sebuah desa terpencil untuk menghindari perjodohan itu.
Abimanyu Rakasiwi adalah seorang pria tampan berusia dua puluh delapan tahun yang digadang - gadang menjadi penerus kepala desa yang masih menganut sistem trah atau keturunan. Ia sendiri adalah pria yang cerdas, santun dan ramah. Abi, sempat bekerja di kota sebelum diminta pulang oleh keluarganya guna meneruskan jabatan bapaknya sebagai Kepala Desa.
Bagaimana interaksi antara Abi dan Runi?
Akankah keduanya menjalin hubungan spesial?
Bisakah Runi menghindari perjodohan dan mampukah Abi mengemban tugas turun temurun yang di wariskan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Abi si Pembuat Shock
"Lho, gak istirahat, dek?" Tanya Abi saat Runi menunggunya di teras.
Abi tadi pamit keluar untuk mengangkat telfon dari Adit yang mengabarkan bahwa pembangunan irigasi terpaksa di tunda karena bendungan yang sengaja di buat untuk membendung aliran sungai, bocor.
"Ya Mas itu, kenapa kok gak istirahat? Emang gak capek abis jalan jauh? Malah asyik ngobrol." Omel Runi.
"Kenapa to, sayang? Kesel, merasa di abaikan?" Goda Abi melihat raut wajah Runi.
"Gak tuh!" Jawab Runi.
"Kita jajan yuk? Sajenmu kurang ya? Mau beli apa, sayang?" Bujuk Abi.
"Gak mau, Mas. Mas istirahat saja, itu kamar tamunya udah aku siapin. Ke apartemen nanti malam saja, habis makan malam." Kata Runi.
Gadis itu hendak masuk ke dalam rumah, namun Abi menahan tangannya.
"Dek, sini bicara dulu sama Mas. Ada apa?" Tanya Abi yang peka dengan kesewotan gadisnya. Ia mengajak Runi duduk di teras.
"Mas itu istirahat dulu. Lihat tu, kantung mata sudah sebesar harapanku. Di perjalanan kerja, sampai sini asyik ngobrol, setelah makan masih lanjut lagi. Papa dan yang lain juga, bukannya di suruh istirahat dulu tamunya! Nanti kalau Mas sakit, gimana? Apapun alasannya, kurang istirahat itu gak baik, organ tubuh kita juga perlu istirahat loh, Mas." Omel Runi panjang lebar.
"Njih, sayangku. Ampun, njih. (Sudah, ya). Jangan kesal lagi. Setelah ini, Mas istirahat kok. Sayang mau beli sesuatu, yuk Mas belikan." Bujuk Abi.
"Gak mau, Mas istirahat saja, ayo. Aku antar ke kamar. Nanti mas ucul (lepas) lagi kalau gak di kawal." Ajak Runi, menarik tangan Abi.
Abi hanya bisa pasrah, tak ingin membuat Runi khawatir. Memang benar, beberapa hari ini Abi kurang istirahat karena pekerjaannya yang padat.
"Loh, mau kemana, dek?" Tanya papa Runi saat melihat Runi menarik tangan Abi.
"Mau nyuruh Mas Abi istirahat dulu, pa. Dia ini beberapa hari kurang istirahat karna banyak kerjaan. Ditambah nemenin aku pulang. Tuh, kantung matanya saja udah besar, matanya mulai merah." Jawab Runi panjang.
Sementara Abi hanya bisa tersenyum canggung pada keluarga kekasihnya karena mendengar omelan Runi yang mengkhawatirkannya.
"O iya, silahkan kalau gitu istirahat dulu di kamar tamu, nak Abi." Ujar papa Runi yang tersadar kalau Abi belum istirahat.
"Maaf ya nak Abi, Runi kalau bicara memang suka ketus dan ceplas ceplos." imbuh papa Runi.
"Gak apa - apa pa, Abi mengerti. Abi izin istirahat dulu pa, bang, om, pakde, semuanya." Jawab Abi.
Setelah mengantar Abi ke kamar tamu, Runi pun beristirahat di kamarnya. Tak lupa, ia menyita semua gadget Abi, agar pria itu benar - benar beristirahat.
Tindakannya memang terlihat tidak sopan, tapi semua ia lakukan demi Abi, agar bisa beristirahat. Karena ia mendapat aduan dari calon ibu mertuanya, yang bilang kalau tiga hari terakhir ini Abi hanya tidur 1-2 jam tiap harinya.
****************
"Mas Abi..."
"Dalem, dek."
"Aduh, seadem ubin masjid jawabannya." Goda salah satu kerabat Runi.
Sore itu, Abi sedang mengobrol santai bersama sepupu juga beberapa kerabat Runi di teras rumah.
"Selembut kain sutra." Timpal yang lain.
"Kak Runi gak melting, di jawab gitu tiap hari?"
Mereka saling bersahut - sahutan menggoda Runi dan Abi. Membuat wajah Runi langsung memerah, sementara Abi hanya bisa terkekeh menanggapi.
"Mama Hanum, Papa Aryo, calon mantu modelan gini jangan sampe kelepas!" Seru salah satu sepupu Runi saat melihat kedua orang tua Runi hendak keluar dari rumah.
"Emangnya kenapa, Ris?" mama Hanum menanggapi sepupu seusia Runi yang bernama Haris.
"Kalo dek Runi yang manggil, jawabnya adem banget! Lebih adem dari ubin masjid malah." Kekehnya.
"Kak Haris, Bisa - bisanya!" Seru Runi mengancam dengan kepalan tangannya. Sementara Abi hanya mampu tersenyum sembari menggaruk pelipisnya yang tak gatal.
"Hahahaha ada - ada aja kamu, Ris." jawab mama Hanum.
"Ayo Mas, dek, berangkat sekarang." Ajak mama Hanum.
Mereka berempat akan melihat gedung yang akan di gunakan untuk acara ngunduh mantu, tiga hari setelah ijab qobul dan resepsi di rumah mempelai wanita.
"Iya, ma." Abi segera berdiri dan mengambil mobil untuk mengantar Runi dan kedua orang tuanya.
Di perjalanan, mereka berempat nampak mengobrol santai, lebih tepatnya mendengarkan obrolan papa Aryo dan Abi.
"The best sih Mas Abi, gak butuh waktu tiga hari. Hanya beberapa jam aja, udah bisa akrab dengan papa." Batin Runi girang.
Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di gedung yang mereka sewa. Vendor yang akan menghandle acara ngunduh mantu pun sudah berada di sana bersama Bayu. Mereka segera bergabung untuk mengikuti meeting terakhir bersama vendor acara.
"Mas Abi.."
"Dalem, dek." jawaban lembut Abi yang membuat mama Hanum dan papa Aryo saling tatap dan tersenyum simpul.
"Ayo kita ke butik dulu. Mama, papa nanti pulang sama abang." Ajak Runi.
"Gitu? Yasudah ayo." Jawab Abi.
Mereka berpamitan pada papa Aryo, mama Hanum dan bang Bayu terlebih dulu sebelum pergi. Jarak yang di tempuh pun sangat singkat, hanya perlu lima menit perjalanan dari gedung yang mereka kunjungi tadi.
Runi langsung mencoba kebaya lengkap dengan roknya ketika tiba di sana. Kebaya dengan model melayu yang nampak pas di tubuh Runi. Taburan payet, menambah kesan mewah dan elegan dari kebaya pesanan Runi itu.
"Maa syaa Allah, cantiknya." Abi tersenyum melihat gadis cantik yang sedang mematut diri di depan cermin bersama sang desainer.
"Gimana, Mas?" Tanya Runi.
"Cantik!" Jawab Abi cepat.
"Gercep banget jawabnya!" Kekeh Runi.
Setelah mencoba kebayanya, Kini Runi beralih mencari kemeja batik untuk Abi yang senada dengan warna kebayanya. Baby blue adalah warna yang di pilih Runi dan kakak juga adik dari mempelai wanita.
"Mas..."
"Dalem, sayang."
"Coba lihat yang ini deh, kayaknya bagus di pake Mas." Ujar Runi dengan sebuah kemeja batik di tangannya.
"Kalau menurutmu bagus, Mas coba." Jawab Abi sembari meraih baju di tangan Runi.
"Pasrah banget sih, Mas. Berpendapat gitu lho!" Protes Runi.
"Mas manut pilihan njenengan mawon, sayang. (Mas nurut pilihanmu saja, sayang.)" Jawab Abi.
"Duh, punya lakik kok nurut banget!" Lirih Runi yang membuat Abi gemas.
"Gemes banget, jadi pingin gigit." Bisik Abi.
"Harusnya aku yang ngomong gitu, Mas." Gelak Runi.
"Nih sekalian coba dua ini juga." imbuh Runi.
Abi menurut saja. Ia kemudian masuk ke ruang ganti, dan mencoba pakaiannya. Sementara Runi menunggu di sofa untuk mengomentari penampilan Abi.
"Mas Abi, coba jas ini juga deh. Tadi papa pesan Mas suruh coba jas untuk acara unduh mantu." Cicit Runi setelah menemukan batik baby blue yang cocok untuk Abi.
Lagi - lagi, Abi pun menurut dan mencoba apa yang di minta Runi tanpa protes. Setelah selesai, Runi segera menuju ke kasir untuk membayar semua baju, termasuk kemeja dan jas Abi, papa Aryo juga kebaya mama Hanum.
"Mas saja yang bayar, dek." Pinta Abi.
"Jangan, Mas. Papa udah transfer uang ke aku, kok. Ini gak sedikit loh, Mas" Tolak Runi.
Terang saja Runi menolak, karena untuk seragam keluarga ini, mereka sampai menghabiskan budget hampir lima belas juta rupiah.
"Dek, Mas gak mau di bantah kali ini." Tegas Abi yang memandang ke arah Runi. Pandangan yang tegas dan cukup untuk membuat Arunika tunduk tak membantah.
"Karepmu, Mas. (Semaumu, Mas.)" Pasrah Runi pada akhirnya.
Abi mengeluarkan black card miliknya. Tentu saja, Runi sampai melongo dan tak berkedip saat melihat Abi mengeluarkan Black card.
"Ya Allah, siapa sebenarnya pacarku ini? Manusia dari mana dia sebenarnya?." Lirih Runi.
Ia selalu saja di buat shock oleh seorang Abimanyu yang selama ini selalu tampil sederhana.