Menjadi aktris baru, nyatanya membuat kehidupan Launa Elliza Arkana jungkir balik. Menjadi pemeran utama dalam project series kesukaannya, ternyata membuat Launa justru bertemu pria gila yang hendak melec*hkannya.
Untung saja Launa diselamatkan oleh Barra Malik Utama, sutradara yang merupakan pria yang diam-diam terobsesi padanya, karena dirinya mirip mantan pacar sang sutradara.
Alih-alih diselamatkan dan aman seutuhnya, Launa justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Barra, hingga ia terperosok ke dalam jurang penyesalan.
Bukan karena Barra menyebalkan, tapi karena ia masih terikat cinta dengan sahabat lamanya yaitu Danu.
“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam, anggap tidak pernah terjadi dan berhenti mengejarku, karena aku bukan dia!” ~Launa Elliza
“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja.” ~ Barra Malik Utama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erma Sulistia Ningsih Damopolii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 12 Dendam
Apa? Jadi Bara menodaimu?” Terdengar suara berat seseorang dari ambang pintu kamar mandi, hingga membuat mereka sama-sama terperanjat.
“Danu?”
“Iva cepat bungkus tubuh Launa menggunakan handuk, dia pasti kedinginan.” Titah Danu yang langsung ditanggapi anggukkan oleh Iva.
Iva pun segera menyodorkan handuk itu ke arah Danu dan Danu langsung melilitkan handuk itu ke tubuh Launa.
Kini mereka bertiga sudah ada di kamar Iva dengan Launa yang duduk di tepi tempat tidur lalu Danu pun sibuk mengeringkan rambut Launa.
Perhatian Danu kali ini membuat Launa tertegun. Danu belum berubah, perhatiannya masih sama, dan Launa bisa menangkap ketulusan dari mata Danu namun ia sangsi apa itu ketulusan cinta atau sahabat.
Usai dengan kegiatannya, Danu berlutut di depan Launa dengan tangan yang terkepal kuat. Matanya terpejam dengan rahang yang sudah mengeras.
“Dan?”
“Maafkan aku Na, semalam aku tidak berhasil mengejar mobil pria yang sudah membawamu.”
“Apa? Jadi kamu melihatku di bawa seorang pria?”
“Iya, dan ternyata dugaanku benar, orang itu adalah Bara.” Jawab Danu berusaha menahan amarah namun sulit. Amarah sudah terlanjur membakar dirinya.
“Aku minta maaf, maafkan aku. Jika saja aku berhasil menyelamatkanmu, mungkin itu tidak akan terjadi, lelaki itu tidak akan berbuat kurang ajar padamu. Dia tidak akan memperkos*mu_”
“Aku tidak diperkos* Dan.” Timpal Launa hingga Danu menatap lekat matanya.
“Aku dijebak, pak Garry menyuruh orang memasukkan obat perang*ang di minumanku. Dia hampir melec*hkanku namun pak Bara menyelamatkanku. Andai kamu yang menemukanku, pasti kamu juga akan melakukan hal yang sama.” Jelas Launa hingga tangan Danu semakin terkepal. Jujur saja Launa tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia hanya berspekulasi demi melindungi Danu agar tidak terlibat. Tanpa ia sadari, spekulasinya benar.
“Andai aku yang menemukanmu, aku akan mengendalikan diri dan tidak mungkin memanfaatkan kesempatan itu Na. Aku harus membunuhnya!”
“Danu jangan!” Cegah dua wanita itu bersamaan hingga Danu kembali menatap mereka bergantian.
“Kenapa?” Tanya Danu menatap tajam dua sahabatnya itu tatkala niatnya dihalangi.
“Kalian membelanya?”
Mendapat pertanyaan seperti itu mereka menggeleng cepat, terutama Launa, dia takut andai kebenarannya terungkap dan ternyata dia yang mau, akan sangat mungkin bahwa nantinya dia yang akan malu dan tidak punya muka lagi di hadapan Danu.
“Aku hanya tidak ingin kamu terlibat hukum karena menghajarnya.” Ucap Launa beralasan walau tidak salah sepenuhnya. Hal itu yang juga menjadi momok yang ditakuti Launa. Tidak ingin melihat Danu di penjara.
Lantas Danu pun merengkuh tubuh Launa. Sembari mengusap pelan punggung Launa, pria itu mendongak demi menahan air matanya yang tiba-tiba memberontak ingin keluar.
“Apa kamu ingat sedikit saja lanjutan dari potongan kejadian semalam?” Tanya Danu lembut namun Launa menggeleng pelan.
Danu pun perlahan melepas pelukannya dan menatap lekat Launa.
“Katakan di mana alamatnya? Juga alamat laki-laki laknat yang berniat menodaimu di toilet.”
“Untuk apa Dan? Aku tidak ingin kamu terlibat masalah besar.”
“Terus kamu akan diam saja? Kamu sudah ternoda Launa, mereka harus menerima akibat dari perbuatan mereka!”
“Lalu apa Danu? Memintanya menikahiku?”
“Menikahimu pun terlalu mudah untuknya Na.”
“Lalu apa? Kamu mau memenjarakannya? Aku saja ragu apakah dia salah sepenuhnya atau tidak. Intinya dia sudah menyelematkanku.”
“Launa dengar! Aku laki-laki dan aku tau jalan pikiran laki-laki. Seandainya memang dia tidak punya niat apa-apa padamu, pasti dia akan berusaha menghindarimu dan tidak akan tergoda sedikit pun. Bukannya malah memanfaatkan keadaan, kalau seperti itu kejadiannya bukan kah dia memang mengincarmu? Paham sampai sini?”
Launa terdiam, sedangkan Iva, mencoba mencerna maksud perkataan Danu dan berpikir, apakah benar yang dikatakan Danu? Barra memang berniat mengincar Launa sehingga dia mau meladeni birahi saudaranya itu.
“Tidak mungkin Dan.”
“Jangan naif Na. Sudah lebih baik, kamu serahkan semuanya padaku.”
Launa menghela napas panjang dan kali ini menyerahkan segalanya pada Danu. “Terserah kamu Dan, tapi aku mohon, tolong jangan melampaui batas.”
Mendapat lampu hijau dari Launa, Danu mulai menata rencana, dan bersiap untuk menemui Barra empat mata namun langkahnya terhenti kala Iva memanggilnya.
“Ada apa lagi?”
“Dan jangan!”
“Apa maksudmu? Kamu membela orang yang sudah menodai saudaramu?” Tanya Danu menatap heran Iva yang justru membela orang luar.
“Bukan, aku hanya takut kamu hilang kendali dan berakhir masuk penjara.”
“Va.” Panggil Danu lembut seraya memegang kedua pundak wanita itu.
“Percayakan semuanya padaku. Kamu tidak usah khawatir, aku tidak mungkin melakukan tindakan yang merugikan diriku.”
“Percuma juga aku mencegahnya, takutnya mereka curiga. Bisa-bisa, perasaanku untuk pak Bara akan terkuak.”
****
“Ada apa pak?” Tanya Nadia begitu ia dan Garry memenuhi panggilan Barra.
“Masih punya muka ya kalian menginjakkan kaki di sini?” Ketus Barra namun Garry dan Nadia hanya bergeming.
“Garry?”
“Iya Bar.”
“Mulai hari ini kamu saya pecat.”
“Apa? Tapi Bar, aku masih tunangannya Jovita_”
“Kamu tuli atau bagaimana? Kamu tidak paham apa yang aku bicarakan semalam? Pertunangan kalian batal karena saya tidak sudi menjadi wali nikah kalian.”
“Bukan kah yang lebih berhak memutuskan pertunangan kami itu Jovita?”
“Masih berani menjawab ya kamu?”
“Maaf Bar tapi_”
“Dan kamu Nadia!” Ujar Barra hingga yang dipanggil pun mengangkat wajahnya yang sejak tadi menunduk.
“Mulai sekarang, kamu sudah bukan bagian dari projectku lagi. Kamu saya berhentikan!” Tegas Barra hingga Nadia sontak berlutut.
“Pak maafkan saya pak, tolong jangan putuskan kontrak kita. Saya benar-benar membutuhkan pekerjaan ini, tolong maafkan saya pak. Saya meminta maaf sebesar-besarnya.” Mohon Nadia namun Barra sama sekali tidak mengindahkan permohonan wanita itu.
“Tindakanmu itu sangat kriminal, dan saya tidak sudi mempekeejakan wanita licik seperti kamu!”
“Pak, tolong lah pak, kalau bukan karena permintaan pak Garry_”
Plak!!
Belum selesai kalimat Nadia, tamparan Garry kini melayang di pipinya.
“Jangan bawa-bawa namaku! Kamu yang menawarkan diri padaku dan meminta pekerjaan itu.”
“Tapi itu tidak diberikan secara cuma-cuma, kamu juga menikmati tubuhku_”
“Tutup mulut kotormu itu Nadia!”
“Stop kalian!” Sentak Barra sembari mematikan ponselnya.
“Jangan bertengkar di sini! Sebaiknya kalian enyah dari ruangaku!” Sentak Bara namun keduanya masih bergeming.
Karena tak ada pergerakkan dari keduanya, Barra menelepon security dan meminta mereka menyeret dua orang itu dari hadapannya. Baik Nadia maupun Garry sama-sama memberontak. Namun security itu terus menyeret mereka. Tatapan dendam dari Garry ia layangkan, entah apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
“Awas saja kamu Barra! Berani-beraninya kau menghancurkan karirku! Aku akan membalasmu, aku akan memutar balikkan fakta di depan Jovita agar adikmu lebih memepercayaiku dibanding dirimu!” Gumam Garry kembali menyusun strategi demi menyelamatkan karirnya.
Di saat dua security itu hendak keluar, tanpa sengaja mereka berpapasan dengan seorang pria yang juga kini tengah menatap tajam mereka.
sorry tak skip..