Bagaimana rasanya kalau kamu mencintai seseorang yang tidak pernah menganggapmu ada, padahal kamu mencintainya dengan sangat tulus. Kecantikan Ara tidak bisa membuat hati Revan luluh.
Ara Anastasia selama beberapa bulan ini tanpa lelah mengejar cinta seorang Most Wanted sekaligus ketua OSIS di sekolahnya SMA Negeri Harapan 1 bernama Revan Prayoga. Tetapi sayangnya Revan sudah mempunyai gadis yang ia sukai bernama Angel.
Usaha Ara untuk bisa mendapatkan cinta Revan sia-sia ketika pria itu menyuruhnya berhenti mengejarnya. Ara yang merasa kalah dengan perasaannya sendiri akhirnya mengabulkan permintaan Revan dan mulai menjauh.
Tetapi setelah Ara menjauhi Revan selama beberapa waktu membuat cowok itu uring-uringan tidak jelas. Angel sang kekasih turut menjadi korban kekesalannya hanya karena Revan melihat Ara berpelukan dengan salah satu cowok populer dan sahabat baiknya sendiri.
"Gue bisa gila Ra, kalau Lo terus bersikap kayak gini!"
"Emang sikap Gue kenapa Van? ada yang salah?" Tanya Ara menaikkan sebelah alisnya.
"Jangan jauhin Gue dan jangan deket sama cowok lain!" Ara tertawa sinis.
"Lo lupa Van, Bukannya Lo sendiri yang nyuruh Gue buat ngejauhin Lo?"
Skakmatt! Revan tidak bisa menjawab.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Navizaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 ( Harus move on )
Happy Reading.
Revan pulang ke rumah setelah mengantarkan Angel. Putra pertama Sandi dan Aulia itu masuk ke dalam rumah dengan wajah yang kusut. Seharusnya cowok itu merasa senang karena dia telah di terima oleh Angel dan sekarang menjadi kekasihnya, gadis yang sudah menjadi incarannya sejak kelas 10, bahkan Revan baru berani melakukan pendekatan setelah beberapa bulan ini, tapi entah kenapa sekarang hatinya merasa tidak tenang, rasa bersalah menyelimutinya saat ini. Apalagi dengan ucapan kedua sahabatnya Romi dan Vero yang membuatnya semakin kacau. Romi dan Vero menyalahkan Revan karena telah mempermalukan Ara di depan umum, dan hal itu membuat kedua sahabatnya kecewa.
"Ah, kenapa aku harus merasa bersalah, aku tidak merasa berbuat salah pada siapapun," gumam Revan.
Malam hari di kediaman Sandi.
“Bang, pinjem laptopnya donk?” seru Raka dari luar kamar Revan.
“Bang Revan, please, Gue butuh banget laptopnya buat malam ini!”
Tidak ada jawaban. Padahal Raka tahu kalau Revan masuk ke dalam kamarnya setelah makan malam. Sekali lagi Raka menggedor pintu itu. “Woi bang! masa jam segini udah tidur!!”
Revan di dalam kamar hanya diam saja, cowok jangkung itu sedang berada di balkon kamarnya dan menerawang jauh. Sebenarnya Revan mendengar teriakan Raka sejak tadi, tapi Revan lebih memilih mengabaikan karena pikirannya sedang kalut dan tidak ingin di ganggu. Raka Prayoga adalah adik kedua Revan, usianya terpaut dua tahun darinya.
Raka memiliki sifat yang bertolak belakang dengan sang kakak, kalau Revan memiliki sifat yang angkuh dan dingin, Raka sebaliknya yang begitu ramah dan mudah bergaul. Putra kedua Sandi itu juga sangat tampan dan suka tebar pesona. Meskipun begitu Raka belum berani berpacaran, tapi kalau teman ceweknya ada banyak sehingga ada yang mengatakan kalau Raka cowok playboy.
Karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang kakak, akhirnya Raka memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Revan dan melihat kakaknya ada di balkon.
"Bang Revan!" panggil Raka. Putra pertama Sandi itu hanya diam saja. Hati dan pikirannya masih kacau. Entah kenapa di otaknya sekarang hanya berseliweran kata-kata bernada kecewa dari kedua sahabatnya Romi dan Vero.
“Arrgg!! Apa sih salah Gue? Kenapa semuanya pada nyalahin Gue gara-gara cewek itu! Memangnya apa yang spesial dari Ara, sampai Romi dan Vero ngebelain cewek itu terus!!!” Raka mengernyit mendengar teriakan dari kakaknya. Cowok yang masih duduk di bangku kelas 9 SMP itu memutuskan masuk ke dalam dan berjalan menghampiri Revan.
"Lo kenapa bang? Lo baik-baik aja kan?" Revan menoleh ketika menyadari Raka berada di belakangnya.
"Kapan Lo masuk?" tanya Revan datar.
"Barusan Gue masuk, Abang di panggil diem aja, ya udah Gue mutusin masuk, eh tiba-tiba malah denger abang teriak gak jelas, kalau lagi ada masalah itu jangan di pendam Bang, apalagi cuma berteriak kaya gitu, gak ada masalah yang cuma di teriakin bisa langsung selesai!" Revan menghela nafas kasar.
"Tau apa Lo anak kecil, gak usah sok ceramahin!" ucap Revan. Kemudian pria jangkung itu memutusan untuk masuk ke dalam.
"Pada intinya kita harus hadapi dan jangan menghindari masalah, ya udah Gue pinjam laptopnmya dulu ya, bang." Seru Raka berlari keluar sambil membawa laptop milik Revan.
###
Disebuah kamar bernuansa pink dan putih, terlihat Ara sedang menangis meraung sambil menutupi wajahnya dengan bantal. Rasa sesak dan perih yang menghujam jantungnya benar-benar membuatnya tersiksa. Sia-sia sudah selama ini dia berusaha merebut hati Revan yang ternyata hanya menganggapnya sebagai pengganggu. Padahal Ara benar-benar tulus padanya. Dua hari ini Ara meratapi keadaanya yang terpuruk.
"Revan, kenapa Lo tega banget sama Gue? kenapa Lo gak mau buat nyoba buka hati Lo ke Gue? apa sih kekurangan Gue Van! wajah Gue juga gak kalah cantik sama si Angel! Hiks!!"
Rasanya sudah cukup lelah Ara berjuang selama ini, mungkin memang sudah saatnya dia untuk move on dan menghapus rasa cintanya untuk sang ketua OSIS.
Ara mengingat kembali kata-kata Revan yang menyuruhnya untuk menjauh, bagi Revan selama ini, Ara adalah benalu dalam hidupnya. Mungkin mereka memang tidak ditakdirkan untuk bersama. "Baiklah, mulai sekarang Gue akan menjauh dari Lo, Van. Mungkin selama ini Gue selalu bikin hidup Lo susah, kalau memang Lo udah bahagia dengan pilihan Lo, Gue juga ikut bahagia. Gue akan turuti permintaan Lo dan gak akan pernah muncul di depan Lo lagi!!"
Drrrtt!
Ponsel Ara di atas meja belajar berdering. Gadis itu bangkit sambil mengusap air mata di wajahnya dan berjalan ke arah meja belajar untuk melihat siapa yang meneleponnya.
"Halo, Ta."
"Ra, gimana keadaan Lo?" tanya Nita di sebrang telepon khawatir.
"Gue gak baik, Ta."
"Ra, udah jangan tangisi cowok brengsek kaya Revan, dia itu cowok gak tau diri yang gak patut Lo tangisi! lupain dia, masa depan Lo lebih penting dari pada sia-sia ngejar cowok yang gak pernah nganggep Lo ada, kita masih muda dan mulai sekarang lebih baik mikirin hal penting dari pada mengejar cinta yang selalu bikin Lo tersiksa, buktiin ke mereka kalau Lo itu hebat. Lo bisa ngalahin mereka, Lo bisa cerdas, pintar smart." Ara nampak terdiam mendengar nasihat dari sahabat baiknya itu.
Ya, benar yang di katakan Nita bahwa selama ini Ara sibuk mengejar cinta Revan dari pada mikir pelajaran sekolah. Ara seakan tidak peduli dengan nilai mata pelajarannya yang semakin merosot tajam seperti prosotan. Tapi semuanya tetap sia-sia tanpa menyisakan apa-apa, yang ada malah sekarang Ara semakin merasakan sakit yang luar biasa.
"lo bener, Ta. Gue selama ini telah menyia-nyiakan waktu berharga Gue buat orang yang gak pernah nganggep Gue ada, seharusnya Gue sadar sejak Gue jadi gila karena ngejar cinta Revan, nilai Gue selalu buruk. Seharusnya yang Gue kejar itu cita-cita bukn cinta. Mulai saat ini Gue janji sama Lo dan diri Gue sendiri untuk berubah. Setelah ini gak akan ada Ara yang bodoh lagi, Gue mau lebih fokus untuk sekolah!"
"Cakep, nah gitu donk, Ra. Itu baru keren, masalah cowok gak perlu di pikir. Tuhan udah nyiapin jodoh yang baik buat Lo kok!"
###
Pagi ini Ara berjalan masuk ke kelasnya dengan senyum lebar, meskipun semua orang masih melihatnya dengan tatapan yang aneh atas kejadian di lapangan waktu itu, Ara tidak memperdulikannya.
Tiba-tiba senyum di wajahnya luntur seketika, Ara menatap pemandangan yang membuat hatinya perih. Dari arah depan terlihat Revan dan Angel terlihat berjalan sambil bergandengan tangan mesra. Jujur hati Ara memang belum terbiasa melihat pemandangan seperti itu. "Ara, kalau kamu tidak kuat, jangan di lihat, abaikan saja mereka!" batin gadis itu.
Akhirnya Ara hanya bisa mengalihkan pandangan agar tidak membuatnya sakit hati. Rasanya masih belum siap dan malas bertemu dengan kedua orang tersebut.
Beberapa hari kemudian.
"Ara Anastasia! kenapa semua nilai kamu hancur begini? kamu itu niat sekolah gak sih?" Ara memperhatikan kertas ulangannya dengan nilai yang sangat buruk.
"Maaf Pak, saya juga gak tahu kenapa nilainya bisa jelek semua," guru itu mendesah kasar.
"Pokoknya saya tidak mau tahu, kamu harus ikut remidi! kalau tidak, kamu tidak akan saya naikkan kelas."
"Jangan donk, pak!"
Parah kali Cere cuma Krena masalah yg sbenarnya gaada😭 rill miss komunikasi+salah paham ini sampe kandas prnikahaan🤦