Gadis Buta Di Sarang Mafia

"Maaf jika Tuan Damian lama menungguku." Ucap Selina.

Saat ini, Tuan Damian bahkan tidak bisa berkata-kata. Selina begitu cantik dengan pakaian dan aksesoris itu. Wajah nya tanpa cela.

Perpaduan antara Mama dan Papa nya. Kulit putih bersih dan wajah mulus terawat. Mana mungkin Demian tidak tergoda.

Bukan. Bukan karena Selina cantik. Masih banyak wanita cantik yang ada di sekeliling Tuan Damian. Tapi, ia tidak tertarik.

Wajah Selina begitu dingin dan tanpa senyuman. Hal itu lah yang membuat Tuan Damian tak bisa berkedip saat melihat nya.

"Ayo kita berangkat."

Tuan Damian memegang tangan Selina agar ia tidak terjatuh. Wanita itu, walaupun berusaha untuk biasa saja, tapi tidak bisa membuat jantung nya berhenti berdetak.

Ada apa dengan Taun Damian? Mengapa jantung Selina tidak bisa berhenti hanya karena tangan nya di pegang.

Wangi ini, seperti tidak asing di indera penciuman Selina. Tapi,, ah sudahlah.

"Kita akan ke rumah keluarga ku. Nanti, biar aku yang akan bicara. Kau diam saja."

"Kenapa saya harus diam, Tuan Damian?"

"Karena... Hmm,,,"

"Tidak apa kalau anda tidak bisa menjawab. Saya mengerti."

Lagi-lagi Damian merasa seperti Pria yang tak ada harga diri nya di depan Selina. Biasa nya, ia akan di kejar-kejar oleh banyak wanita.

Tapi ini, ia bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan dari seorang wanita buta yang baru beberapa hari lalu ia kenal.

Ia sering salah tingkah di hadapan Selina. Bahkan setiap kali ia ingin bicara, ia harus mencari kata-kata yang baik untuk ia ucapkan.

"Selina, kita telah sampai."

"Baik. Oh ya Tuan Damian, apakah saya wanita pertama atau ada wanita lainnya yang pernah anda bawa ke rumah keluarga anda?"

"Kamu yang pertama, Selina."

"Baik."

"Hanya itu saja? Kenapa kau tidak bisa menghargai jerih payah ku."

"Aku harus berkata apa lagi, Tuan Damian?"

"Tidak ada. Ayo kita turun. Kau membuat ku kesal. Harus nya kau berterima kasih pada ku. Karena kau menjadi satu-satunya wanita yang ku ajak bertemu dengan keluarga besar ku."

"Baik, terima kasih Tuan Damian."

"Huf,, kau benar-benar ya Selina!"

Tuan Damian menghembuskan nafas nya kasar. Ia tidak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh Selina.

"Damian, kau pulang nak? Ah, sudah berapa lama kau tidak pulang ke rumah mu. Ayo kita masuk."

Seorang wanita paruh baya mempersilahkan mereka masuk. Namun, tidak ada yang membahas Selina.

"Apakah dia wanita yang berhasil memenangkan hati mu?" Tanya salah satu wanita yang ada di rumah itu.

"Bukan. Dia adalah wanita yang menang malam itu."

"Tapi, selama ini kau tidak pernah membawa wanita-wanita itu. Dan kenapa malah kau membawa wanita buta."

"Itu urusan ku."

"Damian, di antara semua saudara mu. Hanya kau yang menjadi yang terpilih. Kau tidak bisa sembarangan memilih calon Ibu bagi penerus mu. Bagaimana wanita buta ini bisa membesarkan anak-anak mu nanti."

"Bu, aku memiliki banyak asisten rumah tangga. Ada juga chef yang aku pekerjakan. bukan itu saja, tukang kebun, tukang bersih-bersih, bahkan aku juga memiliki tukang lainnya. Jadi, apa yang Ibu khawatirkan?"

"Damian, ini berbeda. Wanita itu tidak bisa melihat. Bagaimana nanti jika anak-anak mu,,"

"Bu, Selina mengalami kecelakaan yang menyebabkan mata nya buta. Bukan karena keturunan. Dan ya, mencari keturunan itu menggunakan sesuatu yang ada di bawah sini. Bukan menggunakan mata."

"Damian! Mengapa kau bicara seperti itu!"

"Sudah lah Bu. Aku ingin bertemu dengan nenek. kalau Ibu tidak mau menyambut kami, yasudah lah."

Damian pun membawa Selina pergi ke suatu tempat. Selina tidak tahu di bawa kemana dan ia hanya mengikuti Damian saja.

Tercium aroma yang sangat membuat Selina tenang. Aroma bunga mawar yang tumbuh beraneka ragam di halaman rumah itu.

"Apa kabar, nek."

Seorang wanita tua melihat ke arah Pria yang saat ini menggandeng seorang wanita di samping nya.

"Damian, akhirnya kau menemukan bidadari ini." Ucap nenek nya Damian sambil tersenyum.

"Nenek bisa aja. Kenal kan. Nama nya,,"

"Selina. Nama nya Selina, bukan?"

"Nenek tahu?"

"Tentu saja. Apa yang tidak nenek tahu. Selina, sini sayang. Selamat datang di keluarga Owen. Owen adalah nama kakek buyut nya Damian.

Beliau lah satu-satunya pendiri organisasi Naga kembar yang saat ini di pegang oleh Damian."

"Iya, nek."

"Apa kau tahu Selina, nenek sudah menyukai mu saat pertama kali melihat mu di atas panggung sandiwara itu."

Deg.

Selina begitu terkejut saat mendengar apa yang dikatakan oleh nenek nya Damian. Ia benar-benar tidak menyangka, jika banyak penonton yang hadir.

"Nek, aku."

"Tidak apa. Nenek sudah tahu alasan kau berada di sana. Sabar lah Selina, nenek akan mencari dokter terbaik untuk menyembuhkan mata mu."

"Nek,,"

"Iya anak cantik."

"Bolehkah Selina memeluk nenek?"

"Tentu saja."

Selina pun memeluk Nenek nya Damian dengan erat. Ia seperti mendapatkan kekuatan dari kata-kata itu.

Selina tidak menyangka, setelah kesulitan nya. Ia masih di pertemukan dengan orang-orang yang menyayangi nya.

"Nek, semoga nenek sehat dan panjang umur."

"Ya. Tentu saja. Damian, apa Ibu mu baik-baik saja?"

"Tidak. Ibu marah kali ini."

"Ah, biarkan saja dia. Apa kau tahu, wanita yang di utus oleh Ibu mu, adalah wanita yang mencelakai Selina."

Damian tidak terkejut lagi. Ia pasti sudah tahu. Dari dulu, Ibu nya itu memang sudah mengatur semua nya.

Mana pernah di sangka, Damian malah memilih wanita buta yang tak jelas asal usul nya. Wanita buta yang tidak memiliki kekuatan dan harta.

"Wanita itu dan seluruh keluarga nya telah aku habisi. Aku tak suka wanita itu menghancurkan ruang makan ku, nek."

"Iya. Nenek tahu. sudah lah. Tak perlu lagi kau pikirkan hal itu. Jadi, kapan kalian akan menikah?"

"Menikah? Apakah aku harus menikah, nek?"

"Tentu saja kau harus menikah supaya memiliki penerus."

"Jika ingin memiliki penerus, itu gampang , nek. bukan kah tanpa menikah juga bisa!"

Puk

Kepala Damian di timpuk oleh Neneknya. entah mengapa Cucu nya itu selalu saja bicara sembarangan tanpa memikirkan apa yang sudah ia katakan.

"Kalau bicara jangan sembarangan. nenek tidak mau memiliki cucu yang lahir diluar nikah. Cucu itu harus sah dan jelas. supaya di kemudian hari ia tidak akan terkena sial."

"Itu hanya lah mitos, Nek. Nenek selalu saja mempercayai hal-hal yang seperti itu."

"Itu bukan mitos. sudah banyak kejadian yang seperti itu. kesalahan orang tua di masa lalu maka akan diterima oleh anaknya di masa yang akan datang."

"Aah, terserah nenek saja lah. Ayo Selina, kita pergi saja. Yang penting mereka sudah melihat wajah mu."

"Kalian mau pergi ke mana? Kalian tidak boleh kemana-mana sampai makan malam nanti."

"Tapi, nek."

"Tidak ada tapi-tapi."

Dan akhirnya mereka berdua pun tidak bisa langsung pulang dan harus menunggu makan malam bersama keluarga nya Damian.