NovelToon NovelToon
Bu Fitri Guru Terbaik

Bu Fitri Guru Terbaik

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Bullying di Tempat Kerja / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir / Keluarga / Karir
Popularitas:930
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Fitriyani Nurjannah adalah seorang guru honorer selama 15 tahun di SMA 2 namun ia tak pernah menyerah untuk memberikan dedikasi yang luar biasa untuk anak didiknya. Satu persatu masalah menerpa bu Fitri di sekolah tempat ia mengajar, apakah pada akhirnya bu Fitri akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang Dari Rumah Sakit

Di dalam ruang kelas X C, Bu Vivi sudah berdiri dengan tatapan tajam dan wajah garang. Ia datang lebih awal dari biasanya, membuat anak-anak yang baru memasuki kelas terkejut. Mereka tidak menyangka Bu Vivi sudah datang duluan, padahal mereka belum sempat mengganti pakaian olahraga mereka.

Anak-anak X C yang masih memakai seragam olahraga, berjalan masuk kelas dengan langkah ragu. Mereka tahu, Bu Vivi tidak akan senang melihat mereka belum mengganti pakaian.

"Kalian ini bagaimana, sih?" bentak Bu Vivi dengan suara keras. "Kenapa belum ganti baju? Ini sudah jam pelajaran saya!"

Anak-anak X C hanya bisa menunduk, tidak berani menatap Bu Vivi. Mereka takut dengan guru matematika yang terkenal galak dan tidak kenal ampun itu.

"Kalian semua, cepat ganti baju sekarang!" perintah Bu Vivi dengan suara lantang. "Saya beri waktu 5 menit. Kalau tidak, nilai kalian semua nol!"

Anak-anak X C pun langsung berlarian menuju kamar mandi untuk berganti pakaian. Mereka tidak ingin membuat Bu Vivi marah dan mendapatkan nilai nol.

Suasana kelas menjadi gaduh dan berisik. Anak-anak X C saling berebut kamar mandi untuk berganti pakaian. Mereka takut terlambat dan mendapatkan hukuman dari Bu Vivi.

Setelah 5 menit berlalu, anak-anak X C kembali ke kelas dengan tergesa-gesa. Mereka sudah memakai seragam sekolah, namun rambut mereka masih basah dan berantakan.

"Sudah selesai?" tanya Bu Vivi dengan tatapan sinis.

"Sudah, Bu," jawab anak-anak X C serentak.

"Baiklah," kata Bu Vivi. "Kalau begitu, mari kita mulai pelajaran hari ini."

Bu Vivi kemudian menulis soal matematika di papan tulis. Soal tersebut cukup sulit dan membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang materi yang telah diajarkan.

"Siapa yang bisa mengerjakan soal ini?" tantang Bu Vivi.

Anak-anak X C saling lirik satu sama lain. Mereka semua merasa tidak mampu mengerjakan soal tersebut.

"Ayo, jangan diam saja!" desak Bu Vivi. "Cepat maju ke depan dan kerjakan soal ini!"

Dengan ragu-ragu, seorang siswa mengangkat tangannya. Ia memberanikan diri untuk maju ke depan, meskipun ia tahu soal ini sangat sulit.

"Nah, ini baru anak pintar!" puji Bu Vivi dengan nada sinis. "Silakan kerjakan soal ini di depan kelas!"

Siswa tersebut berjalan ke depan kelas dengan langkah gemetar. Ia menatap soal di papan tulis dengan bingung. Ia tidak tahu harus mulai dari mana.

"Ayo, cepat kerjakan!" bentak Bu Vivi. "Jangan buang-buang waktu saya!"

Siswa tersebut mencoba mengerjakan soal tersebut, namun ia tetap saja tidak bisa. Ia merasa semakin bodoh dan tidak berguna.

"Bagaimana? Tidak bisa, kan?" sindir Bu Vivi dengan nada merendahkan. "Kalian ini memang tidak ada yang pintar!"

Siswa tersebut hanya bisa menunduk dan menahan air matanya. Ia merasa sangat malu dan kecewa.

Bu Vivi kemudian menjelaskan cara mengerjakan soal tersebut dengan tak sabar. Ia berusaha untuk membuat anak-anak X C mengerti, meskipun ia tetap terlihat galak dan tidak ramah.

****

Fitri sedang berada di rumahnya hari ini. Ia sudah meminta izin untuk tidak mengajar karena ingin menjemput suaminya, Dito, dari rumah sakit. Setelah beberapa hari dirawat, akhirnya Dito diperbolehkan pulang. Fitri tentu saja sangat senang. Ia sudah tidak sabar ingin membawa suaminya kembali ke rumah dan merawatnya di sana.

Namun, kebahagiaan Fitri tidak dirasakan oleh Junaida, ibu mertuanya. Junaida memang tidak pernah menyukai Fitri. Di matanya, Fitri selalu salah. Apa pun yang dilakukan Fitri, selalu saja ada celah untuk Junaida mengkritik dan merendahkannya.

"Kamu ini bagaimana, sih?" kata Junaida dengan nada sinis saat melihat Fitri bersiap-siap untuk pergi. "Anak saya sakit saja masih sempat-sempatnya keluar rumah. Dasar tidak bertanggung jawab!"

Fitri menghela napas panjang. Ia sudah terbiasa dengan sikap mertuanya yang selalu sinis dan merendahkannya. "Bu, saya hanya ingin menjemput Mas Dito," jawab Fitri dengan tenang. "Dokter sudah mengizinkan dia pulang."

"Alasan saja kamu!" balas Junaida dengan ketus. "Kamu itu memang selalu mencari alasan untuk tidak ada di rumah. Dasar menantu tidak berguna!"

Fitri berusaha untuk tidak terpancing emosi. Ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan mertuanya. "Saya permisi dulu, Bu," kata Fitri sambil meninggalkan Junaida. Ia tidak ingin berdebat dengan mertuanya yang tidak pernah mau mengerti keadaannya.

Junaida masih menatap Fitri dengan tatapan sinis. Ia merasa Fitri adalah menantu yang tidak berguna dan hanya membawa sial bagi keluarganya. "Lihat saja nanti," gumam Junaida dalam hati. "Aku akan mencari cara untuk membuatmu menyesal."

Fitri berjalan menuju rumah sakit dengan hati sedih. Ia tidak menyangka bahwa mertuanya akan bersikap sekejam itu padanya. Ia hanya bisa berdoa agar ia selalu diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi segala cobaan.

****

Dalam perjalanan dari rumah sakit menuju rumah, Dito mengamati Fitri yang terlihat melamun. Wajahnya menunjukkan gurat-gurat kelelahan dan pikiran yang jauh. Dito, yang merasa khawatir dengan kondisi istrinya, mencoba untuk mengajaknya berbicara.

"Sayang, kamu kenapa melamun saja dari tadi?" tanya Dito lembut, sambil menggenggam tangan Fitri.

Fitri tersentak dari lamunannya dan menoleh ke arah Dito. Ia tersenyum, mencoba menyembunyikan apa yang sebenarnya ia rasakan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku hanya sedikit lelah," jawabnya dengan nada yang dibuat-buat ceria.

Dito menatap Fitri dengan tatapan penuh selidik. Ia tahu betul bahwa istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu. "Kamu bohong, Sayang," kata Dito dengan suara lembut namun tegas. "Aku tahu ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan."

Fitri terdiam sejenak. Ia ragu apakah harus menceritakan kejadian yang baru saja ia alami di rumah sakit kepada Dito. Ia tidak ingin membuat suaminya itu semakin khawatir.

"Aku benar-benar tidak apa-apa, Mas," kata Fitri lagi, masih berusaha menyembunyikan perasaannya. "Kamu tidak perlu khawatir."

Dito menghela napas panjang. Ia tahu Fitri tidak ingin membebani pikirannya dengan masalah yang sedang ia hadapi. Namun, ia juga tidak ingin istrinya itu terus memendam perasaan sendiri.

"Sayang, aku ini suamimu," kata Dito dengan suara lembut. "Aku tahu kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Ceritalah padaku, apapun itu. Aku akan selalu ada untukmu."

Fitri menatap Dito dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak bisa lagi menyembunyikan perasaannya. Air matanya mulai menetes.

"Tadi... tadi Ibu mertua..." kata Fitri dengan suara bergetar. Ia tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

Dito mengerti apa yang ingin dikatakan Fitri. Ia tahu ibunya memang tidak pernah menyukai Fitri. Ia selalu bersikap sinis dan merendahkan istrinya itu.

"Ibu mertua kenapa?" tanya Dito dengan nada khawatir.

Fitri mengangguk pelan. Ia kemudian menceritakan kejadian yang baru saja ia alami di rumah sakit. Ia menceritakan bagaimana ibu mertuanya terus saja bersikap sinis dan merendahkannya, bahkan ketika ia sedang mengkhawatirkan Dito.

Dito mendengarkan cerita Fitri dengan hati sedih dan marah. Ia tidak habis pikir mengapa ibunya begitu membenci Fitri.

"Maafkan Ibu, Sayang," kata Dito dengan suara lirih. "Aku akan bicara dengannya nanti."

Fitri mengangguk dan mengusap air matanya. Ia tidak ingin Dito memperburuk hubungannya dengan sang ibu. Ia hanya ingin suaminya itu segera pulih dan kembali ke rumah.

"Sudahlah, Mas," kata Fitri. "Aku tidak mau memperpanjang masalah ini. Yang penting sekarang kita sudah pulang dan bisa istirahat di rumah."

Dito memeluk Fitri erat. Ia tahu, istrinya itu sangat kuat dan sabar. Ia berjanji akan selalu ada untuk Fitri, apapun yang terjadi.

1
Nusa thotz
aku tidak akan pernah kembali....copy paste?
Mika Su
kasihan kena omel guru galak
Mika Su
aku suka banget karena ceritanya beda sama yang lain
Serena Muna: makasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!