Dewasa🌶🌶🌶
"Apa? Pacaran sama Om? Nggak mau, ah! Aku sukanya sama anak Om, bukan bapaknya!"
—Violet Diyanara Shantika—
"Kalau kamu pacaran sama saya, kamu bakalan bisa dapetin anak saya juga, plus semua harta yang saya miliki,"
—William Alexander Grayson—
*
*
Niat hati kasih air jampi-jampi biar anaknya kepelet, eh malah bapaknya yang mepet!
Begitulah nasib Violet, mahasiswi yang jatuh cinta diam-diam pada Evander William Grayson, sang kakak tingkat ganteng nan populer. Setelah bertahun-tahun cintanya tak berbalas, Violet memutuskan mengambil jalan pintas, yaitu dengan membeli air jampi-jampi dari internet!
Sialnya, bukan Evan yang meminum air itu, melainkan malah bapaknya, William, si duda hot yang kaya raya!
Kini William tak hanya tergila-gila pada Violet, tapi juga ngotot menjadikannya pacar!
Violet pun dihadapkan dengan dua pilihan: Tetap berusaha mengejar cinta Evan, atau menyerah pada pesona sang duda hot?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Jangan Dekat-Dekat
Pagi-pagi sekali, Evan baru membuka mata saat mendengar suara seseorang membersihkan lantai di luar kamarnya. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba memastikan apakah ia tidak salah dengar. Papa? Tapi rasanya mustahil.
Perlahan, ia bangkit dari tempat tidur, membuka pintu kamar, dan mengintip ke luar. Namun, yang ia lihat membuatnya terkejut.
"Violet?"
Sosok perempuan itu berdiri di ruang tengah, membeku di tempat begitu mendengar namanya dipanggil. Mata mereka bertemu.
Hening.
Di saat yang sama, William keluar dari kamarnya dan langsung menepuk keningnya. Sial! Bagaimana bisa ia lupa kalau setiap pagi adalah jadwal Violet membersihkan apartemennya?
"Benar Violet, kan?" Evan akhirnya buka suara, ekspresinya masih bingung. "Kamu ngapain di sini?"
Violet menelan ludah, mulutnya terasa kaku untuk menjawab. Memang kemarin dia bilang pada William kalau akan melupakan Evan, tapi tetap saja, berdiri di hadapan pria itu secara langsung membuatnya gugup.
"A-aku..."
"Dia..." William buru-buru menyela. "Papa suruh bersih-bersih apartemen."
Evan menatap William, makin bingung. "Apa? Sejak kapan?"
"Baru beberapa hari yang lalu," jawab William.
Evan langsung terbelalak. "Ya ampun! Bisa-bisanya Papa nyuruh Violet bersih-bersih?!
"Hei, dia sendiri yang minta!" Bantah William. "Iya kan Purple?"
Violet buru-buru mengangguk. "Iya, Kak."
Yah, ucapan William tidak sepenuhnya salah. Memang awalnya William yang menyuruh Violet melakukan itu demi membayar hutang, tapi untuk selanjutnya Violet sendirilah yang berinisiatif karena dia merasa tidak sanggup membayar dalam bentuk uang.
"Ya ampun, gimana bisa kamu bersih-bersih dengan tangan sekecil ini, Violet? Apa kamu tidak capek?" Evan tiba-tiba meraih tangan Violet dengan wajah khawatir, membuat Violet membeku dan William sontak terbelalak.
"Astaga, kamu masih sakit, kan? Ayo, cepat masuk kamar!" William buru-buru melepaskan pegangan Evan dari Violet dan menyeret putranya ke dalam kamar. Sementara itu, Violet tetap terpaku di tempatnya, masih tidak percaya dengan yang barusan terjadi.
Di dalam kamar, Evan masih belum bisa menerima apa yang baru saja terjadi.
"Papa, kenapa nggak bilang kalau Violet kerja di sini?" tanyanya dengan tatapan penuh protes.
"Kenapa Papa harus bilang?" William balik bertanya dengan nada ketus.
"Ya nggak apa-apa, Pa. Kalau aku tahu, aku mending nginep aja di rumah Papa biar bisa ketemu dia terus,"
William mengangkat sebelah alis. "Ya ampun, anak ini. Kayanya kemarin masih frustrasi gara-gara pacarmu selingkuh sama sahabatmu, sekarang sudah bisa melirik cewek lain?"
Bibir Evan mengerucut. "Jangan bahas-bahas itu lagi dong, Pa. Itu nyakitin hati aku tahu..."
William langsung menutup mulutnya, merasa bersalah. "Ya, maaf. Papa cuma heran aja sama kamu. Sudahlah, kamu tidur lagi aja. Nggak usah keluar-keluar."
"Yah, Pa, aku masih pengen ngobrol sama Violet. Lagian kan aku juga baru bangun Pa."
"Istirahat kata Papa," ujar William tegas.
"Tapi aku lapar, Pa," rengek Evan.
"Nanti Papa bawain makanan ke kamar. Udah, jangan ke mana-mana," tegas William.
Evan hanya bisa menghela napas panjang, pasrah.
William pun keluar dari kamar dan langsung tersentak saat mendapati Violet berdiri di luar dengan wajah cemas.
"Astaga! Kamu ngagetin saya aja sih, Purple!"
"Hehe, maaf, Om," Violet nyengir. "Ngomong-ngomong, Kak Evan kenapa, Om?" tanyanya sambil melirik ke arah kamar Evan.
"Kenapa nanya-nanya?" William menyipitkan mata. "Bukannya kemarin kamu udah janji nggak bakal ngejar dia lagi?"
"Yaelah, Om. Aku cuma nanya doang. Masa nggak boleh, sih?"
"Nggak, Nggak boleh." William memutar badan Violet dan mulai mendorongnya menjauh. "Dengar ya, anak saya lagi sakit. Jadi saya sarankan kamu jangan dekat-dekat."
Violet mengernyit. "Emangnya sakit apa sih, Om?"
William terdiam sejenak untuk berpikir. Jangan sampai aku bilang kalau Evan baru saja putus sama pacarnya, bisa-bisa dia malah kesenangan dan mengejar Evan lagi. Huh, aku nggak akan membiarkan itu terjadi.
"Dia bawa penyakit menular," kata William asal. "Sakitnya bisa nular kalau kamu berdiri dalam jarak sepuluh meter."
Violet langsung mundur selangkah. "Serius, Om?"
William menganggukkan kepala, berusaha terlihat meyakinkan.
"Tapi kan Om juga tadi deket-deket sama Kak Evan. Berarti Om ketularan dong?"
"Saya udah divaksin," jawab William cepat.
Violet menyipitkan mata curiga. "Om cuma bohongin aku, kan?"
"Udah, pokoknya mulai besok, sampai waktu yang nggak bisa saya tentukan, kamu nggak boleh datang ke sini." William buru-buru mengalihkan topik.
"Lah, kenapa, Om?"
"Ya saya nggak mau kamu ketularan," ujar William santai.
"Kan aku bisa pakai masker?"
"Udah, nurut aja. Bandel amat, sih," gerutu William.
"Tapi kalau aku nggak kerja, utang aku nggak bakal lunas-lunas, Om."
"Ya ampun, Purple. Nggak kerja beberapa hari juga nggak akan ngaruh ke utang kamu kali... Ini dua ratus juta, loh. Kalau kerjaan kamu sekarang dihitung pakai gaji OB, butuh berapa tahun coba buat lunas?"
"Ya daripada nggak sama sekali, kan?" sahut Violet enteng.
William menghela napas. "Ya udah. Kalau kamu bersikeras, mulai besok kamu bersih-bersih di kantor saya aja."
Violet terbelalak. "Hah? Serius, Om? Tapi emang boleh, ya? Nanti aku dimarahin sama atasan Om, lagi."
"Saya itu atasan di kantor saya. Nggak ada yang lebih atas dari saya," ujar William, sedikit membanggakan diri.
Violet terperangah. "Wah, ternyata Om keren juga, ya?"
"Baru tahu?" William melipat tangan di dada, penuh percaya diri. "Udah, besok saya jemput kamu. Sekarang, saya antar kamu pulang."
Violet mencibir. "Aku nggak boleh ketemu Kak Evan dulu gitu, Om?"
"Nggak boleh!"
ngakak brutal ya allah
"mertuaku, mantan musuh bebuyutan ku..
atau
"mertuaku, besty SMA ku?
kalau sempat tau, habis kau om jadi dendeng balado..🤣🤣🤣
dia jujur gak tu depan bapak nya si cowok..😭😭