Serpihan Luka Rosana

Pusing sudah pasti Vegas rasakan sekarang karena dia pun baru tau bahwa rasa cinta seperti yang Zoya gambarkan tadi, sangking tidak pernah nya jatuh cinta sama wanita. membuat Vegas goblok tidak ketolongan sehingga dia tidak tau bahwa perasaan ini adalah cinta, dalam hati terus menekan kan bahwa ini hanya penasaran saja.

Penasaran dengan bentuk yang ada di dalam sana, sebab benda tersebut sangat lah kenyal sekali. sudah melihat foto foto tapi malah kian penasaran saja jadi nya, membayangkan apa yang menempel erat pada nya kemarin itu bentuk nya juga begini, otak Vegas penuh dengan hal hal seperti itu belakangan ini.

Dalam hati berulang kali mengutuk diri sendiri dengan mengatakan bahwa dia adalah orang yang sangat mesum, tak lebih baik dari Wiliam atau Andri yang sangat gila akan wanita. namun hati nya yang lain juga menyangkal bahwa itu hal yang wajar untuk di pikirkan seorang laki laki, malah kalau tidak pernah memikirkan masalah itu nanti jadi melenceng pula.

Untuk membenarkan soal pikiran nya, Vegas memanggil Lim agar masuk kedalam ruangan nya untuk di ajak rundingan. sebab setau nya Lim juga tidak pernah pacaran, jadi mungkin saja pikiran mereka akan sama, maka nya lebih baik di panggil dan bertanya langsung pada orang nya.

"Anda memanggil ku, Tuan?" Lim masuk menemui Vegas.

"Hari ini aku ingin bicara sebagai teman mu saja, kau tidak perlu bersikap sopan." Vegas mengajak Lim duduk.

"Apa yang mengganggu pikiran mu?" Lim juga langsung bersikap santai.

"Soal masalah laki laki." jawab Vegas menuangkan wine kegelas.

"Kenapa dengan laki laki mu? apa dia tidak bisa tegang!" seru Lim kaget juga.

"Bicara apa kau ini?!" sengit Vegas menatap Lim tajam.

"Itu lah kenapa aku menyaran kan mu untuk mencoba pacaran dengan Gilsa, agar kau bisa tau hubungan kekasih itu seperti apa! lihat kan sekarang kau punya masalah dengan kelaki lakian mu." Lim malah merambat kemana mana.

"Bukan masalah itu, Lim!" bentak Vegas emosi juga lama lama.

Yang di bentak langsung diam karena masih bingung juga, padahal tadi dia sendiri yang bilang kalau dia mau bicara soal laki laki. jadi Lim langsung berpikir kesana, ternyata malah salah terka dan bos nya malah naik darah di buat Lim.

Vegas duduk di sofa sambil merokok karena masih bingung juga untuk mulai dari mana saat bertanya pada Lim, sebab asisten nya ini suka salah tanggap tidak karuan, yang di bicarakan A tapi dia malah lari ke B sehingga Vegas emosi yang ada melihat tingkah Lim.

"Apa kau pernah membayangkan milik wanita?" Vegas bertanya sambil menatap Lim.

BYUUUR.

"Apa apaan kau ini, Lim!" bentak Vegas karena di sembur wine.

"Kau yang apa apaan, Vegas! bisa kau bertanya seperti itu padaku." teriak Lim sangat kaget.

"Ya kan aku cuma tanya saja, kau tinggal jawab apa pernah." Vegas mengambil sapu tangan mengusap wajah nya.

"Ternyata kau juga sama dengan mereka, hanya di bungkus lebih kalem saja." Lim berdecak kesal.

"Jangan samakan aku dengan mereka!" sentak Vegas, dia paling anti di samakan dengan Wiliam.

"Otak mu itu, apa kau selalu membayangkan para gadis yang ada di sini? atau jangan jangan kau membayangkan punya Zoya!" pekik Lim.

"LIM!"

Setelah di bentak baru Lim diam karena Vegas sudah sangat marah, entah apa yang merasuki otak Vegas ini sehingga dia malah bertanya begitu pada asisten nya. tentu saja Lim akan langsung menyamakan dia dengan Wiliam, toh mereka juga anak dan Papa sehingga sudah pasti punya kesamaan.

"Kau membayangkan punya siapa dan apa nya yang kau bayangkan?" Lim bertanya pelan.

"Rosana."

"Kan! apa ku bilang dari awal, jangan cari urusan dengan dia karena dia cantik." Lim meninggi lagi.

"Apa sih kau ini?" Vegas membuang muka kesal.

"Fiks kau jatuh cinta pada dia, bekas adik mu itu." celetuk Lim.

"Kau kenapa sih kok kayak enggak suka aku sama dia, naksir kau ya sama Rosana?" tuding Vegas.

"Banyak wanita yang perlu ku taksir!" sinis Lim.

Vegas menarik nafas karena Lim memang sejak awal sudah mengatakan bahwa dia jangan cari urusan dengan Rosana, sekarang malah hampir benar karena Vegas malah tertarik dengan benda kenyal milik nya Rosana.

Bayangan punggung mulus saat Vegas mengobati nya dulu juga melintas dalam benak nya, seperti ini lah mungkin rasa nya jatuh cinta. sedangkan Lim melarang nya jatuh cinta dulu agar misi menghancurkan Wiliam berhasil, bila sambil jatuh cinta nanti malah susah.

...****************...

Rosana mengintai di balik tembok yang tinggi, sekarang dia ikut di ajak oleh Vegas bersama anggota lain untuk sebuah pertemuan penting yang melibatkan banyak mafia. sebab ketua nya langsung datang dan mereka bisa di bilang sedang rapat, dalam dunia mafia pun ada tingkatan nya juga sehingga yang lebih tinggi maka akan lebih di hormati.

"Apa ini kali pertama mu?" tanya Kenzo menatap Rosana.

"Iya." angguk Rosana karena dia tau Kenzo adalah anak buah Vegas juga.

"Santai saja, aku dulu saat pertama kali juga sangat tegang." ucap Kenzo lirih.

"Baik, mohon bantuan nya bila aku melakukan kesalahan." pinta Rosana pelan.

"Misi ini kelihatan nya saja anteng dan aman, padahal ini sangat bahaya karena banyak mafia yang bertemu." Kenzo membuka cerita.

"Banyak sekali yang datang, apa ada kemungkinan akan perang?" tanya Rosana menatap orang yang berlalu lalang.

"Bisa saja, sebab mungkin saja ada pengkhianat yang ingin untung lebih besar." jawab Kenzo pula.

Rosana mengangguk paham sembari mata nya menatap waspada pada setiap orang yang datang, Amara juga ada di sana dan dia berada dalam anggota tingkat dua. beda dengan Rosana yang masih tingkat tiga, anak buah tingkat dua dan tiga tidak boleh saling bicara atau ngobrol tentang apa pun itu, kecuali yang tingkat satu.

"Perhatikan setiap gerakan tangan, mata harus lebih cepat dari pada tangan." Kenzo memberikan arahan pada wanita cantik yang mungil ini.

"Kebanyakan tidak membawa senjata, atau mereka menyembunyikan di tempat lain?" Rosana memperhatikan anak buah dari tim lain.

"Itu pekerjaan mu untuk menemukan di mana mereka menyembunyikan senjata nya." Kenzo ingin mengetes Rosana.

"Yang laki laki pasti di balik jas, para wanita hanya ada satu tempat yang mereka punya! apa di balik celana itu?" Rosana menatap Kenzo.

Kenzo mengedipkan mata sembari mengangguk, karena mereka memang membawa senjata di balik celana cargo yang tebal. bila tidak jeli maka tak akan tau bahwa itu senjata, hanya yang jeli saja yang paham.