📢📢📢WELCOME DI AREA BENGEK NGAKAK GULING-GULING 😂😂😂
Jesi yang sudah terbiasa dengan kehidupan bagai sultan, harus kehilangan semua fasilitas itu karena ayahnya yang ingin membuatnya menjadi mandiri. Dalam sekejap ia menjadi seorang mahasiswi magang, dan dihadapkan dengan team leader yang ganteng tapi sayangnya galak.
"kalo aja lo itu bukan pembimbing magang gue, ogah banget dah gue nurut gini. Ini namanya eksploitasi tenaga karyawan."
"Aku tau, aku itu cantik dan menarik. nggak usah segitunya ngeliatinnya. Ntar Bapak naksir." Jesika Mulia Rahayu.
"Cantik dan menarik emang iya, tapi otaknya nothing. Naksir sama bocah seperti kamu itu impossible." Ramadhan Darmawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
everything gonna be okay
Jesi pasrah mengikuti Rama dan Raka keluar dari divisinya. Dia sadar betul kesalahan yang ia buat amatlah fatal. Tak habis pikir kenapa masih salah? Padahal sudah berulang kali ia periksa dan memastikan nominal yang ia tulis sesuai dengan berkas yang diberikan mba Dina. Jesi yang biasanya tetap bisa tertawa meskipun berulang kali kena teguran kali ini tak bisa. Dia bahkan tak mampu mengangkat kepala hanya untuk sekedar melihat orang yang berjalan di depannya. Kali ini ia hanya bisa berjalan menunduk sambil melihat dua pasang sepatu yang berjalan di depannya. Salah, salah dan salah lagi, kali ini mentalnya benar-benar kena.
“Udah sih Aqua gelas gue yang cantik, imut, manis jangan murung gitu. Jadi nggak seger tau liatnya.” Raka mundur dan berjalan sejajar dengan Jesi, tangan kanannya merangkul bahu Jesi yang pasrah saja. Teman bosnya itu memang suka sekali merangkul dirinya, biasanya Jesi akan segera menepis jauh-jauh tangan Raka, tapi kali ini dia hanya diam. Jika boleh jujur saat ini bukan hanya rangkulan tapi ia juga butuh pelukan untuk menenangkan dirinya. Bukan pelukan dari Raka, pelukan ibu tentunya. Pelukan penuh kasih sayang yang memberikan ketenangan dan kekuatan jika semua akan baik-baik saja.
“Senyumnya mana coba kakak mau lihat? senyum indonesia... senyum pepsodent...” Raka masih saja meledeknya.
“Udah biasa kan kena semprot kenapa sekarang jadi baper sih? biasanya juga masih bisa ketawa. Ayo Smile. Everything gonna be okay!” lanjutnya.
Jesi hanya mengangguk dan senyum dengan terpaksa.
“Nasib aku gimana, Kak? Apa iya aku bakal dibalikin ke kampus?” tanya Jesi lirih. Mendengar ucapan managernya tadi benar-benar membuat dirinya takut, bagaimana jika ia dikembalikan ke kampus? Tentu akan berakibat buruk pada nilai yang akan ia peroleh, ditambah lagi mencari tempat magang baru tak mudah. Apalagi tanpa campur tangan koneksi ayahnya, huh dunia memang kejam pada rakyat jelata.
“Nasib kamu ditangan ditangan dia tuh. Baik-baikin itu si Bos.” Balas Raka.
Jesi menelan ludah, kerongkongannya mendadak terasa kering mendengar ucapan Raka, baik-baikin Rama? Hal mustahil yang mungkin ia lakukan. Selama ini saja dirinya selalu mendapat semprotan dari bos yang irit bicara itu. mau dibaiki-baikin gimana caranya coba?
“Pak Rama saya jangan dibalikin ke kampus yah, please.” Jesi memohon dengan memelas.
Di depan sana Rama tersenyum mendengar Jesi memanggilnya dengan sebutan itu. semua karyawan memanggilnya dengan sebutan Darmawan, tapi si Jas Jus memang selalu beda pikirnya.
“Ikut ke ruangan saya.” Ucapnya singkat.
Tiba di lantai sepuluh begitu keluar lift dengan cepat Jesi mengikuti Rama masuk ke dalam ruangan. Ia bahkan hanya bisa melambaikan tangan menjawab sapaan Naura yang duduk di mejanya.
“Pak untuk yang kesalahan yang tadi saya benar-benar minta maaf. Jujur saya tidak tau kenapa nilainya jadi tidak tepat karena saya sudah menulisnya dengan teliti dan hati-hati. Bahkan saya memeriksanya berulang kali sebelum di cetak. Saya mohon jangan kembalikan saya ke kampus.” Tanpa menunggu lama Jesi langsung to the poin pada inti masalah. Dia benar-benar tak mau jika harus mencari tempat magang baru.
“Saya tidak pernah bilang akan mengembalikan kamu ke kampus.” Jawab Rama.
“Tapi mulai sekarang tugas kamu akan berubah, bukan lagi di divisi keuangan. Terlalu riskan menempatkan kamu di sana. meskipun divisi itu sesuai dengan jurusan kuliah yang kamu ambil tapi nyatanya kinerjamu tidak mumpuni di sana dan hanya membuat anggota tim yang lain kerepotan.” Lanjutnya dengan menatap tajam Jesi.
Tak ada perlawanan dari Jesi, dia sadar jika selama ini dibandingkan dengan Dini yang sama-sama anak magang di divisi keuangan maupun dengan anak-anak lain yang beda divisi, dirinya memang yang paling sering melakukan kesalahan. bahkan satu kantor hampir semuanya tahu hingga julukan gadis biang masalah disandangnya.
“Meskipun tadi saya bilang jika kesalahan hari ini bukan murni hanya kesalahan kamu saja, bukan berarti saya membela kamu. Jangan sampai kamu kepedean dan mengira saya membela kamu karena paras cantik yang selalu kamu agul-agulkan itu. Meskipun kesalahan tadi dianggap kesalahan satu divisi yang terlalu teledor karena tak memeriksa ulang hasil kerja anak magang tapi jika hal itu sering terjadi akan menjadi beban bagi anggota divisi yang lain. Maka dari itu, mulai besok kamu tidak perlu lagi bekerja di divisi keuangan!” ucap Rama penuh penekanan.
“Ya, Pak. Saya tau, sepertinya kata-kata bapak yang bilang otak saya nothing itu benar adanya. Saya sadar diri kok. saya terima ditempatkan dimana saja.” jawab Jesi dengan kalimat manis dan pasrah, di saat seperti ini dirinya harus rela dibilang apa pun yang penting tak di tendang dari perusahaan.
“Bagus kalo begitu. Ingat yang saya ucapkan tadi, manusia berbuat salah itu wajar. Belajar, perbaiki dan jangan diulangi.” Ucap Rama.
“Tapi kalo sudah di kasih tau masih diulangi saja namanya kurang ajar dan minta dihajar.” Imbuhnya dengan tegas.
Bukannya fokus dengan kalimat yang ucapkan, Jesi justru fokus pada wajah si pembicara. Wajah tampan itu ternyata kian terlihat keren saat sedang berbicara tegas.
“lagi marah-marah aja cakep, apalagi kalo lagi baik yah.” Batin Jesi.
“Jangan cuma diem dan ngeliatin saya! Jawab kamu paham nggak?” kesal Rama karena Jesi hanya menatapnya sambil tersenyum nggak jelas.
“Hm iya. Iya ngerti, paham pak. Siap laksanakan!” Jawab Jesi asal. Yang penting iya-iya aja lah.
“Wajahmu mengalihkan konsentrasiku, Karam.” Batin Jesi sambil terus melihat wajah Rama yang menatapnya tajam.
“Jadi bisa dong si Aqua gelas ini pindah ke divisi gue, Wan?” Melihat suasana yang sudah mencair Raka ikut berbicara.
“Wah... beneran bisa aku masuk ke divisi kak Raka?” Tanya Jesi antusias, sumpah demi apapun dia akan sangat senang jika bisa satu divisi dengan Raka. Tak apalah di sebut aqua gelas yang penting punya senior yang menyenangkan, tak seperti mba Dina. Judes dan selalu menyalahkan.
“Ih aku mau banget satu divisi sama kak Raka. Mau banget kak.” Ulangnya semangat seolah mendapat kemerdekaan atas tekanan senior selama ini.
“Pokoknya lo satu divisi sama gue auto bahagia, nggak bakal kena semprot lagi kalo punya senior kayak gue. Bakalan gue bimbing sepenuh hati.” Ucap Raka.
“Oh Kak Raka... aku padamu... kamu paling the best makasih kak Raka.” Ucap Jesi girang, dia menghampiri Raka yang duduk di sofa untuk melakukan tos.
“Yeee satu divisi sama Karak.” Imbuhnya.
“Siapa bilang kamu saya pindahkan ke divisi Raka?” ucapan Rama seketika membuat pesta kembang api yang sedang menyala di hatinya mendadak padam.
“Terus aku pindah ke divisi apa, pak?” tanya Jesi.
“Tidak ke divisi manapun!”
“Mulai besok kamu membantu Naura. Kamu jadi asisten sekretaris saya. Semuanya akan dijelaskan oleh Naura, pekerjaan utama sekretaris pun akan tetap dilakukan olehnya. Kamu cukup mengikuti saya saat rapat atau pertemuan-pertemuan penting sebagai notulen. Saya rasa itu pekerjaan yang paling cocok dan minim resiko karena saya bisa membimbing kamu secara langsung.” Pungkas Rama.
“What?” teriak Jesi karena terkejut akan tugas barunya.
“Kenapa kamu tidak suka?” tanya Rama.
“Tidak, Pak. Saya suka sekali. Saya merasa sangat bangga bisa bekerja langsung dibawah instruksi bapak. Sungguh kebanggaan yang teramat besar.” Jawab Jesi diakhiri dengan senyuman.
“Kalo gitu saya mau langsung ketemu mba Naura aja,Pak. Permisi.” Imbuhnya.
Jesi berjalan pelan keluar ruangan dengan lesu, “ini sih namanya keluar dari kandang kucing masuk ke kandang macan. Bebas dari mba Dina tapi bakal sering di semprot sama si Karam. Hiks.” Gumamnya.
.
.
.
biasakan tampol itu jempol, love sama tinggalin komen supaya neng Jesi makin semangat nulisnya.
ayo ajak temen, kakak, adik, mamah, papa, pacar, suami, istri, selingkuhan sama tetangga buat baca kisah Jas Jus dan Karam.
terimakasih untuk dukungannya selama ini. komentar kalian bener-bener moodboster buat aku nulis.
lope lope calangeyooo cemuah ❤️❤️