Alina, seorang gadis lugu yang dijebak kemudian dijual kepada seorang laki-laki yang tidak ia kenali, oleh sahabatnya sendiri.
Hanya karena kesalahan pahaman yang begitu sepele, Imelda, sahabat yang sudah seperti saudaranya itu, menawarkan keperawanan Alina ke sebuah situs online dan akhirnya dibeli oleh seorang laki-laki misterius.
Hingga akhirnya kemalangan bertubi-tubi menghampiri Alina. Ia dinyatakan positif hamil dan seluruh orang mulai mempertanyakan siapa ayah dari bayi yang sedang ia kandung.
Sedangkan Alina sendiri tidak tahu siapa ayah dari bayinya. Karena di malam naas itu ia dalam keadaan tidak sadarkan diri akibat pengaruh obat bius yang diberikan oleh Imelda.
Bagaimana perjuangan seorang Alina mempertahankan kehamilannya ditengah cemoohan seluruh warga. Dan apakah dia berhasil menemukan lelaki misterius yang merupakan ayah kandung dari bayinya?
Yukk ... ikutin ceritanya hanya di My Baby's Daddy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Imelda Vs Bu Nadia
Sementara itu di pasar.
Bu Nadia baru saja selesai membeli bahan-bahan untuk membuat nasi uduk besok pagi. Dengan wajah semringah, Bu Nadia berjalan menuju kediamannya.
Ketika di tengah-tengah perjalanan, Bu Nadia bertemu dengan Imelda yang sedang menunggu Chandra di depan sebuah ATM. Gadis itu masih asik memainkan ponselnya sembari menunggu Chandra yang sedang melakukan penarikan uang tunai.
Bu Nadia tersenyum seraya menghampiri Imelda. Ia sama sekali tidak tahu bahwa hubungan Alina dan Imelda sedang ada masalah. Bu Nadia menepuk pundak Imelda dengan lembut seraya menyapa gadis itu.
"Nak Imelda, kamu sedang apa disini?"
Sontak saja Imelda menoleh kepada Bu Nadia. Ia memasang wajah masam setelah mengetahui bahwa yang sedang mengajaknya bicara adalah Bu Nadia, Ibunya Alina.
"Bu Nadia?"
"Oh ya, Mel. Ibu cuma ingin berterima kasih karena Nak Imelda sudah bersedia membantu Ibu. Dan Ibu minta maaf karena Ibu tidak bisa secepatnya mengembalikan uang Nak Imelda yang sudah Ibu gunakan," ucap Bu Nadia dengan wajah sedih menatap Imelda.
Imelda menautkan kedua alisnya. Ia tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh Bu Nadia barusan.
"Maksud Bu Nadia apa, ya? Aku tidak mengerti," tanya Imelda.
"Uang yang Nak Imelda pinjamkan kepada Alina. Yang kami gunakan untuk membayar biaya Rumah Sakit," jelas Bu Nadia sambil tersenyum.
Sontak saja Imelda tergelak setelah mendengar penuturan Bu Nadia. Ia merasa sangat lucu karena Alina membohongi Ibunya dengan mengatakan bahwa uang itu ia dapatkan dari dirinya.
"Jadi, Alina bilang pada Ibu bahwa uang itu ia dapatkan dariku. Ya ampun, lucu sekali!" ucap Imelda sambil tergelak.
Bu Nadia nampak kebingungan melihat reaksi Imelda saat itu.
"Dengar baik-baik ya, Bu Nadia. Alina itu tidak sepolos kelihatannya. Jadi, aku sarankan padamu untuk tidak terlalu mempercayai ucapannya. Lagipula kenapa Bu Nadia yakin bahwa aku punya uang sebanyak itu? Aku masih sekolah, Bu. Jadi mustahil lah aku punya uang sebanyak itu," tutur Imelda.
"Apa maksudmu, Imelda?" tanya Bu Nadia yang mulai sedikit kesal melihat ekspresi gadis itu.
"Benar, Bu Nadia ingin tahu kebenarannya? Tapi, jangan salahkan aku jika nanti penyakit Bu Nadia kambuh lagi," sahut Imelda, masih dengan senyuman menyebalkannya itu.
"Katakan, Imelda." Bu Nadia mempersiapkan dirinya apapun yang akan dikatakan oleh Imelda setelah ini.
"Baiklah kalau begitu. Asal Bu Nadia tahu bahwa aku maupun Ibuku tidak pernah meminjamkan uang kepada Alina. Dan apa Bu Nadia ingin tahu dari mana Alina mendapatkan uang itu?" Imelda menyeringai.
Bu Nadia menganggukkan kepalanya dengan perlahan walaupun saat itu hatinya sudah terasa panas dan sesak.
"Alina mendapatkan uang itu dari om-om yang sudah membeli keperawanannya," sahut Imelda sambil tersenyum sinis menatap Bu Nadia.
Tangan Bu Nadia refleks terangkat kemudian mendaratkan sebuah tamparan di pipi Imelda.
Plaakkk!
"Beraninya kamu bilang Alina seperti itu! Tidak mungkin, tidak mungkin Alina melakukan hal itu, Imelda. Sebaiknya jaga mulutmu!" kesal Bu Nadia dengan wajah memerah menatap Imelda.
Imelda sontak menjerit ketika tangan Bu Nadia mendarat di pipinya. Ia mengelus pipinya yang sakit sambil meringis. Tepat di saat itu Chandra datang dan segera memeluk Imelda.
"Apa yang Anda lakukan, Hah?! Berani-beraninya Anda memukul kekasih saya! Memangnya siapa Anda?!" teriak Chandra yang kesal karena Bu Nadia sudah berani menyakiti kekasihnya.
"Dia pantas mendapatkannya karena mulutnya begitu kasar dan menjijikkan! Bisa-bisanya dia bilang bahwa Alina menjual diri, jangan-jangan dia yang seperti itu!" jawab Bu Nadia dengan penuh emosi.
Chandra tersenyum sinis. "Oh, jadi Anda Ibunya Alina. Pantas saja! Asal Anda tahu, ya! Apa yang dikatakan oleh Imelda adalah benar, Alina hanyalah seorang gadis murahan yang sudah mengobral keperawanannya kepada Om-Om dan kami punya buktinya jika Anda tidak percaya," sahut Chandra.
"A-apa?!" pekik Bu Nadia dengan tubuh gemetar.
Chandra meminjam ponsel Imelda kemudian memperlihatkan video yang terjadi di hotel. Video Alina dengan pakaian seksi sedang dibopong oleh om-om berperut buncit dan kepala yang hampir plontos itu ke atas tempat tidur.
Tubuh Bu Nadia bergetar hebat dan air matanya pun jatuh berderai di antara kedua pipinya. "Alina ..." lirihnya.
Setelah mengambil ponselnya kembali, Chandra dan Imelda pergi begitu saja tanpa mempedulikan Bu Nadia yang masih shok setelah mengetahui kebenaran itu.
Dengan tergopoh-gopoh, Bu Nadia melangkahkan kakinya kembali. Bahkan ia tidak sadar bahwa barang-barangnya ada yang tercecer di jalan.
Beruntung ada seseorang yang merasa kasihan kemudian membantu Bu Nadia. Orang itu bahkan bersedia mengantarkan Bu Nadia kembali ke rumahnya dengan menggunakan motor miliknya.
Bu Nadia begitu shok, bahkan ia tidak sanggup berkata-kata lagi. Tubuhnya terasa lemas dan kepalanya terasa tegang dan ia yakin saat ini tekanan darahnya pun kembali naik.
...***...