Gadis manis bernama Rania Baskara, usia 17 tahun. Baskara sendiri diambil dari nama belakang Putra Baskara yang tak lain adalah Ayah angkatnya sendiri.
Rania ditolong oleh Putra, ketika masih berusia 8 tahun. Putra yang notabenenya sebagai Polisi yang menjadi seorang ajudan telah mengabdi pada Jendral bernama Agung sedari ia masih muda.
Semenjak itu, Rania diasuh dan dibesarkan langsung oleh tangan Putra sendiri.
Hingga Rania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan manis.
Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh pada diri Rania terhadap Putra, begitu juga Putra merasakan hal yang sama, namun ia tidak ingin mengakuinya..
Bagaimana kelanjutannya? ikuti kisahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ah, Jangan!
"Ya sudah, hari ini aku free. Aku luangkan waktuku khusus untukmu." Ucap Putra.
Siska tampak berpikir sejenak.
"Serius? Hari ini kamu free dan waktumu full untukku?" Siska memastikan kembali kepada Putra.
Putra mengangguk tanda mengiyakan.
"Kalau begitu, aku ingin kita berhubungan! Aku ingin segera mempunyai anak darimu." Jawab Siska dengan penuh semangat.
Sontak, Putra terkejut dengan permintaan Siska.
Putra berpikir sejenak.
"Hmm.. Sepertinya kalau itu aku belum bisa." Jawab Putra sekenanya.
Siska mengerutkan dahinya.
"Lho, kenapa tidak bisa? Bukankah kita sudah menikah? Jadi, fine-fine saja dong jika kita melakukannya. Kamu ini sangat aneh, Putra! Atau jangan-jangan kamu ini gay ya? Sehingga tidak tertarik dengan wanita?" Jawab Siska sekaligus merendahkan Putra.
(Apa-apaan Siska bilang seperti itu kepadaku? Tidak mungkin aku melakukannya dengan Siska. Aku tidak ingin melakukannya selain dengan Rania. Tubuhku hanya milik Rania)
Batinnya dalam hati.
"Mengapa tidak dijawab? Benar kamu gay dan tidak tertarik dengan wanita?" Tegas Siska kembali.
"Tidak Siska! Aku tidak seperti itu. Jangan bicara sembarangan kamu!" Sentak Putra.
Siska melengos kesal.
"Lalu, jika tidak. Buktikan lah, agar aku tidak mengira bahwa kamu ini seorang gay!" Sahut Siska.
"Aku bukan gay! Aku pria normal!" Putra mempertegas kembali.
"Okay, sebelum kamu membuktikannya kepadaku. Maka, aku belum bisa percaya padamu." Ucap Siska seraya bangkit dari ranjangnya.
Ia kemudian berjalan menuju toilet dan membersihkan tubuhnya.
Putra tampak menahan emosi dengan ucapan Siska yang menyudutkan dirinya dan mengira bahwa ia adalah seorang gay.
Tatapannya tajam, rahangnya mengetat dengan tangan mengepal keras.
***
"Kalian ini bodoh atau bagaimana? Mengapa sampai bisa kehilangan jejak Putra dan Rania?" Ucap Jendral dengan amarahnya tatkala melakukan panggilan melalui group.
"Mohon maaf Jendral, kami akan segera kembali untuk mencarinya kembali." Sahut salah satu Briptu.
"Aku tidak mau mendengar alasan apapun dari kalian!" Sentak Jendral kepada para anak buahnya.
Suasana menjadi hening tatkala seorang Jendral telah marah dan sangat emosi.
"Segera lanjutkan!" Imbuhnya memberikan tugas kepada para Briptu dan Bripda.
"Baik, Jendral. Laksanakan!"
***
"Diana, maafkan aku telah terlewat batas seperti ini. Sekali lagi maafkan aku. Aku pasti akan bertanggungjawab atas apa yang telah aku perbuat kepadamu." Ucap Dicky menggenggam erat jemari tangan Diana.
Diana yang duduk berhadapan dengan Dicky tampak merespon dengan senyuman.
"Tidak apa-apa, Kak. Sudah jalannya seperti ini. Mungkin, kita dipersatukan dengan cara seperti ini." Jawab Diana dengan lapang dada.
Justru memang itu yang ia harapkan, agar ia bisa terus bersama dengan Dicky.
Sejak pandangan pertamanya bertemu dengan Dicky, membuat Diana jatuh hati padanya.
Makanya, Diana sengaja memasrahkan dirinya agar bisa meraih Dicky walau dengan cara yang kurang baik.
Untung saja, Dicky orang yang baik. Walau telah melakukan kesalahan, namun kesalahan yang telah membawanya mereka bersatu.
"Cepat atau lambat, aku akan meminta izin kepada Komandan Putra untuk segera menikahimu. Aku tidak ingin muncul kabar berita yang kurang baik di luar sana nantinya." Ucap Dicky dengan sungguh-sungguh.
Diana kembali melemparkan senyumannya.
"Iya, Kak. Aku percaya itu." Jawab Diana dengan cepat menyambar b*bir Dicky.
Dicky terkejut dengan perlakuan yang diberikan Diana kepadanya. Namun, ia pun terhanyut dengan lum*tan Diana. Kini, ia membalasnya dengan penuh kesadaran tanpa adanya obat perangsang dan segala macamnya.
Keduanya berpagut dengan gairah yang membara. Hingga mereka melakukan kembali hubungan panasnya.
Entah kesekian kalinya, keduanya menikmati hubungan asmara tersebut. Tidak peduli dengan status mereka yang belum melangsungkan ikatan pernikahan.
***
Malam hari, suasana rumah tampak sepi. Seluruh pelayan dan ajudan Putra tampak tengah beristirahat.
Bahkan, Dicky juga belum kunjung kembali ke rumah.
Nampaknya, ia terhanyut akan permainan bersama dengan Diana.
Siska masuk kedalam kamar dengan membawakan secangkir kopi panas untuk Putra yang sedang berada di meja kerjanya.
Sudah seharian ini, akhirnya Siska dan Putra saling berdiam-diaman tanpa mengucap sepatah katapun.
Hingga pada akhirnya, Siska berniat untuk berbaikan kepada Putra. Walau sebenarnya ia kesal dengan Putra karena dirinya telah di tolak untuk berhubungan suami isteri.
Terpaksa, Siska melakukannya dengan cara ekstrem. Karena, Putra selalu menolaknya.
Membuat Siska menjadi geram dan memendam rasa kesal yang begitu dalam.
"Putra! Ini kopi aku buatkan untukmu. Biar kamu bisa fokus bekerja." Siska mendekati Putra yang berada di meja kerjanya.
Putra menoleh kearah Siska.
"Thanks, Siska." Jawab Putra.
"Ya sudah, aku izin tidur duluan ya. Kamu jangan sampai larut malam. Jaga kondisi kamu!" Pesan Siska pada Putra.
Putra mengangguk perlahan, ia menyadari bahwa Siska ingin mengajak berbaikan tanpa Putra curiga sedikitpun.
Sebelum Siska naik ke atas ranjangnya, ia sempat mengganti pakaian nya menjadi pakaian yang lebih tipis dan menggoda.
Putra hanya melihat sekilas pergerakan yang dilakukan oleh Siska. Ia menyesap kopi yang telah dibuatkan oleh Siska.
Siskapun telah naik di atas ranjang dengan membaringkan tubuhnya dan menyelimuti dirinya dengan selimut tebal.
Namun, matanya tidak benar-benar terpejam.
Ia terus memantau reaksi dari Putra.
Putra terus menyesap kopi buatan Siska yang ia rasakan lumayan nikmat.
Selang lima menit kemudian, tubuhnya mulai bereaksi dan merasakan ada sesuatu yang berbeda.
"Uh, aku kenapa nih?" Gumam Putra lirih.
(Ah, bagaimana ini? Rania jauh disana. Mengapa hasratku tiba-tiba muncul tidak tertahankan? Apa yang harus aku lakukan? Ini sangat tidak bisa tertahankan. Tidak mungkin aku melakukannya dengan Siska. Aku sudah berjanji pada diriku untuk tidak sedikitpun menyentuh tubuh Siska, kecuali dengan Rania saja)
Batinnya mulai bergemuruh.
Dari kejauhan, Siska masih terus memperhatikan gelagat Putra yang sepertinya sudah mulai berubah.
(Yes, sepertinya sudah mulai bereaksi. Ayo, Putra. Kita harus segera melakukannya. Bagaimana bisa kita menikah tapi tidak melakukannya)
Batin Siska dengan tidak sabar ingin segera diserang oleh Putra.
Putra sesekali melihat ke arah Siska yang ia lihat telah terpejam. Padahal sebenarnya, Siska tidak sama sekali terpejam. Hanya berpura-pura saja.
(Ya Tuhan, bagaimanakah ini? Aku sungguh tidak tahan sekali. Mengapa tubuhku tiba-tiba bergairah dengan hasrat yang tidak tertahankan. Uhhhh..)
Batin Putra kembali.
Ia kemudian bangkit dari posisi duduknya dan berjalan menuju ranjangnya.
Tanpa berpikir panjang lagi, Putra naik ke atas ranjang dan mendekati tubuh Siska.
Putra tidak sabar telah membuka dengan asal selimut yang menutupi tubuh Siska dan membuangnya ke lantai.
Akal sehatnya sudah tidak bisa digunakan dengan baik. Nafsu telah mengalahkannya secara garis besar.
Putra menyentuh pundak Siska mencium pundak Siska dengan lembut.
Ia memperhatikan tubuh Siska yang dibalut dengan pakaian sangat tipis dan menggoda imannya.
"Siska, apakah kamu sudah tidur?" Bisiknya dengan napas yang memburu.
Sangat terasa bagian bawahnya keras dan tegang seperti ada yang ingin menghirup udara bebas dan minta untuk dilepas sesegera mungkin.
Siska menggeliat dan mengerjapkan matanya.
"Hmm.. Ada apa, Putra?" Jawab Siska dengan membalikan tubuhnya menghadap pada Putra.
Putra menangkupkan kedua tangannya pada kedua rahang Siska.
Ia memandang Siska dengan penuh permohonan dan harapan.
"Siska, tolong aku, Siska! Aku mohon segera. Aku sudah tidak tahan sekali!"
Rania ikuti apa kata hatimu ... lepaskan masalalu dan tata kembli masa depan mu dgn mmbuka hatimu buat seseorg yg bsa terima kmu apa ada nya..
tetap semangat dan buang perlahan perasaanmu tentang putra...
masalalu biar lah berlalu .masa depan sedang menanti mu... yg sudah terjadi buat lah mnjdi pembelajaran buat kmu .
klw jodoh tak akan kemana Rania... pasti akan terima kmu apa ada nya...
semngt Rania ..
jdi lah tman baik buat Rania iptu... tmnin dia disaat dia terpuruk krna kenyataan putra.jgn lah kmu pergi krna mngetahui knyataan tentang Rania...
Rania .. kmu hrs smngt .. dan hrs bhgia... hrs bsa mnjdi diri sndri ... jgn mw di atur ma kuasa jendral agung itu