Lin Yan merupakan anak dari ketua sekte Linyu yang tak dianggap di dalam sektenya sendiri setelah kedua orang tuanya meninggal, berbekal kalung leluhur pemberian sang ayah semasa masih hidup, Lin Yan mulai melakukan perjalanan untuk menjadi kuat dengan bantuan kekuatan rahasia yang tersembunyi di dalam kalung leluhur miliknya, bagaimana keseruan cerita ini ikuti terus ya alur ceritanya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lazuardi aqbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lin Yan vs 5 Cultivator
5 cultivator yang saat ini tengah melayang di udara cukup terkejut dengan kehadiran Lin Yan yang keluar dari dalam lubang, dan salah seorang dari cultivator itu kemudian berkata.
"Serahkan harta karun dari dasar lubang yang telah kau dapatkan," ucapnya.
Lin Yan yang saat ini telah dikelilingi oleh 5 cultivator kemudian berpikir sejenak, di dalam fikiran Lin Yan bagaimana dia harus menjauhkan semua cultivator itu dari lubang, agar mereka semua tak mengganggu jendral Rugo dalam melakukan kultivasi penyerapan energi dari leluhurnya.
"Bagaimana aku bisa menyerahkan harta karun yang kalian inginkan sementara aku tak memilikinya, ada baiknya kalian tak mempertanyakan hal itu padaku dan lebih baik kalian semua mencari harta karun yang menyebar di dalam prasasti langit, daripada kalian mengharapkan sesuatu yang sia-sia dariku," jawab Lin Yan.
"Kau jangan berbohong kepada kami berlima, karena kami bisa merasakan energi yang sangat kuat dari dasar lubang sebelumnya, dan tentu saja setelah kau keluar dari dasar lubang maka energi yang sangat kuat itu pastilah telah berada di tanganmu.
Serahkan segera kepada kami semua yang kau dapatkan dari dasar lubang, sebelum kami berlima mengambil tindakan tegas kepadamu," timpal cultivator yang lainnya dengan tatapan mata yang ingin menelan Lin Yan hidup-hidup.
Lin Yan sangat yakin jika saat ini kelima cultivator yang mengelilinginya sudah tak bisa lagi diajak berbicara baik-baik, sehingga Lin Yan memutuskan untuk segera pergi meninggalkan tempat itu.
Dengan tehnik meringankan tubuh yang mumpuni, Lin Yan kemudian melesat pergi meninggalkan ke lima cultivator yang mengelilinginya.
Melihat Lin Yan melarikan diri tentu saja meyakinkan kelima cultivator bahwa Lin Yan telah menemukan harta karun di dasar lobang, dan hal itu membuat kelima cultivator dengan segera mengejarnya.
Lin Yan terus melesat cepat untuk dapat menghilangkan jejak dari kelima cultivator yang mengejarnya, karna Lin Yan tau untuk menghadapi kelima cultivator itu secara bersamaan bukanlah hal yang mudah, mengingat dua orang diantara kelima cultivator telah berada di ranah alam Neder puncak, walaupun tiga cultivator lainnya masih berada di alam jiwa dan roh.
Keinginan Lin Yan untuk dapat menghilangkan jejak sama sekali tak dapat dilakukan nya, karena dua cultivator yang berada di alam neder berhasil menghadang langkahnya, yang tentu saja membuat Lin Yan mau tidak mau harus melakukan pertarungan dengan kelima cultivator yang mengejarnya.
Lin Yan kemudian mengeluarkan tombak petaka guntur untuk melakukan pertarungan, karena Lin Yan sadar dalam menghadapi kelima cultivator itu Lin Yan harus mengeluarkan seluruh kemampuannya.
Kini di hadapan Lin Yan telah berdiri 5 orang cultivator dengan masing-masing telah memegang sebilah pedang di dalam genggaman tangannya, salah seorang cultivator kemudian berkata kepada keempat cultivator lainnya.
"Aku tak menginginkan harta karun yang didapatkan anak muda itu di dasar lubang, yang aku inginkan adalah senjata yang dipegangnya," ucap nya.
"Matamu memang sangat bagus menilai benda-benda yang memiliki kekuatan hebat di dalamnya, tombak di tangan anak muda itu memang memiliki energi membunuh yang sangat kuat, dan tentu saja siapa diantara kita yang duluan membunuh anak itu maka dialah yang akan mendapatkan tombak di tangannya," timpal yang lainnya yang juga menginginkan tombak petaka guntur di tangan Lin Yan.
Lin Yan yang mendengar percakapan di antara ke lima cultivator yang begitu meremehkannya, membuat Lin Yan kemudian mengacungkan tombak petaka guntur sambil berkata.
"Aku bukanlah sesuatu yang bisa kalian remehkan, majulah kalian semua biar aku membungkam mulut besar kalian berlima," tantang Lin Yan.
Mendengar perkataan itu kelima cultivator secara bersama-sama langsung menyerang kearah Lin Yan, yang membuat pertarungan pun terjadi di antara mereka.
Dengan tombak petaka guntur yang berada di tangannya, Lin Yan memilih untuk mengarahkan serangannya ke arah ketiga cultivator yang memiliki kemampuan di bawahnya, yang tentu saja mendapatkan serangan mendadak dari Lin Yan membuat ketiga cultivator di alam jiwa dan roh sangat terkejut, hingga pada akhirnya salah seorang dari ketiganya terhempas ke hamparan pasir akibat terkena tendangan keras dari Lin Yan.
Sesaat cultivator itu memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya, hingga pada akhirnya dia pun meregang nyawa.
Melihat salah seorang kawannya telah mati tentu saja membuat keempatnya menjadi murka, dua cultivator yang berada di alam neder puncak tak tinggal diam, diapun langsung menebaskan pedangnya hingga pada akhirnya dua gelombang sinar berbentuk bulan sabit menuju ke arah Lin Yan.
Lin Yan sadar jika saat ini tak ada lagi kesempatan baginya untuk menghindar selain menangkis serangan itu, membuatnya segera menusukkan tombaknya ke depan sambil melepaskan teknik tombak pemecah gunung.
Bayangan tombak raksasa kini saling beradu dengan dua sinar berbentuk bulan sabit, yang membuat ledakan energi pun terjadi seketika itu juga.
Pasir yang berada di tempat itu berterbangan ke udara hingga menutup pemandangan, Lin Yan yang mengeluarkan seluruh kemampuannya saat melepaskan teknik tombak pemecah gunung, pada akhirnya terhempas ke belakang dan bergulingan di atas permukaan pasir.
Lin Yan kemudian memuntahkan seteguk darah segar dari dalam mulutnya, yang menandakan keadaannya saat ini tak baik-baik saja.
Sementara itu hal yang sama pun terjadi di kubu lawan, dua cultivator yang beradu kekuatan dengan Lin Yan pada akhirnya terhempas ke belakang dan bergulingan di atas permukaan pasir, hingga pada akhirnya mereka berdua pun memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya.
Kedua cultivator itu seakan tak percaya mengetahui anak muda yang menjadi lawan tarungnya, mampu membuat mereka berdua terluka dalam.
"Bagaimana bisa dia membuat kita menjadi seperti ini sementara kekuatannya masih berada di alam Neder awal, sementara kita berdua telah berada di ranah alam Neder puncak," ucap salah seorang cultivator sambil memegang dadanya yang terasa sakit.
"Aku juga tak habis pikir bagaimana bisa kemampuan yang dimilikinya bisa melukai kita berdua," jawab yang lainnya.
Di sisi lain dua cultivator yang melihat kedua seniornya telah tumbang ke tanah dan melihat Lin Yan saat ini telah terluka dalam, tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk segera membunuh Lin Yan.
Mereka berdua dengan cepat menyerang kearah Lin Yan dengan tebasan pedang, namun belum sempat pedang itu mengenai sasarannya tiba-tiba saja sebuah gelombang energi yang sangat kuat telah menghempaskan mereka berdua.
Tampak kini seorang laki-laki bertubuh kekar telah berada di dekat Lin Yan, dia tak lain adalah jenderal Rugo yang telah berhasil melakukan kultivasi mendapatkan warisan dari leluhurnya.
"Kakak pertama kau beristirahatlah terlebih dahulu, biar aku yang akan menghadapi mereka semua," ucap jendral Rugo.
Lin Yan menatap ke arah jenderal Rugo sambil menganggukkan kepalanya, sedetik kemudian Lin Yan menelan sebuah pil obat dan segera melakukan kultivasi pemulihan diri.
Ke empat cultivator yang sebelumnya begitu bersemangat membunuh Lin Yan, kini wajah mereka semua menjadi begitu ketakutan saat mengetahui orang yang datang membantu Lin Yan, merupakan seorang cultivator yang telah berada di ranah alam saint puncak.
"Tuan..., sebelumnya kita tak pernah saling bermusuhan dan kuharap tuan tak ikut campur dalam masalah kami dan pemuda itu," ucap salah seorang dari empat cultivator.
"Ha.., ha..., tak ikut campur kata kalian?, kalian semua telah melukai tuan mudaku dan tentu saja hal itu harus kalian bayar dengan nyawa kalian berempat," ucap jendral Rugo.
Kepanikan seketika itu juga melanda keempat cultivator, mereka semua tak menyangka jika anak muda yang mereka remehkan sebelumnya ternyata memiliki pengikut yang sangat kuat, yang tentu saja hal itu membuat keempatnya ingin segera melarikan diri dari tempat itu.
Apa yang ada di dalam pikiran keempat cultivator telah terbaca oleh jenderal Rugo, yang membuat sang jenderal tak menginginkan mereka berempat dapat melarikan diri, hingga melepaskan serangan mematikan ke arah ke empatnya.
Tak memakan waktu lama, keempat cultivator pada akhirnya binasa di tangan jendral Rugo.
Jendral Rugo kemudian mengarahkan telapak tangannya ke arah keempat cultivator yang telah mati, yang membuat semua energi yang masih tersisa di dalam tubuh ke empat cultivator terserap masuk ke dalam tubuh jenderal Rugo.
"Sangat sia sia jika aku tak menyerap energi di tubuh kalian semua, karena energi dari tubuh kalian dapat meningkatkan kekuatanku," ucap jendral Rugo sambil memandang ke arah mayat ke empat cultivator yang kini telah berubah menjadi tengkorak berbalut kulit, karena sebenarnya daging dan darah mereka semua telah dimakan oleh kekuatan melahap yang dimiliki jendral Rugo, yang didapatkannya dari warisan leluhur raja harimau darah.
Bersambung