NovelToon NovelToon
CINTA Di Ujung PISAU

CINTA Di Ujung PISAU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Rmaa

Elina Widiastuti, dengan rambut sehitam malam yang terurai lembut membingkai wajahnya yang cantik jelita, bukanlah putri seorang bangsawan. Ia hidup sederhana di sebuah rumah kecil yang catnya mulai terkelupas, bersama adik perempuannya, Sophia, yang masih belia, dan kedua orang tuanya. Kehidupan mereka, yang tadinya dipenuhi tawa riang, kini diselimuti bayang-bayang ketakutan. Ketakutan yang berasal dari sosok lelaki yang menyebut dirinya ayah, namun perilakunya jauh dari kata seorang ayah.

Elina pun terjebak di pernikahan tanpa dilandasi rasa cinta, ia pun mendapatkan perlakuan kasar dari orang orang terdekatnya.

bagaimana kelanjutannya?

silahkan membaca dan semoga suka dengan ceritanya.

mohon dukung aku dan beri suportnya karena ini novel pertama aku.
jangan lupa like, komen dan favorit yah 😊
kunjungan kalian sangat berarti buat aku. see you

selamat membaca


see you 😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Rmaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Elizabeth Steele, ibunda Axel, CEO Steele Corporation, berdiri tegak di depan pintu ruang rapat. Riasannya elegan, namun sorot matanya menyimpan kegelisahan yang tak terselubung. Usia paruh baya tak mampu meredupkan kecantikannya, tetapi hari ini, kecantikan itu dibayangi oleh rasa penasaran yang membara. Ia ingin sekali bertemu dengan Elina, gadis yang telah menyelamatkan nyawa Axel, putranya yang dingin dan tak pernah peduli.

Sean, asisten pribadi Axel, sibuk mencatat poin-poin penting dalam rapat. Ketukan pintu yang tertahan tak mampu menembus konsentrasi Sean. Elizabeth mengetuk lagi, kali ini lebih keras.

"Sean!" Suara Elizabeth tegas, menggema di balik pintu.

Sean mengangkat kepala, alisnya bertaut. Ia mengenal suara itu. Elizabeth Steele, wanita yang mampu membuat CEO sekalipun bertekuk lutut. Namun, rapat ini sangat penting. Investasi besar sedang dipertaruhkan.

"Maaf, Ny. Steele," jawab Sean melalui pintu, suaranya formal.

"Rapat ini sangat tertutup. Bisakah Anda menunggu sebentar?"

Elizabeth mendesah pelan. Kesabarannya menipis. Axel, putranya yang dingin dan selalu sibuk, tak pernah sekalipun menyinggung tentang Gadis penyelamat itu. Rasa penasaran Elizabeth semakin membuncah. Ia harus bertemu gadis malang itu, bukan hanya untuk berterima kasih, tetapi juga untuk memahami gadis itu yang telah menyelamatkan nyawa anaknya.

"Sean, ini bukan masalah yang bisa ditunda," kata Elizabeth, suaranya sedikit meninggi.

"Ini tentang gadis malang itu. Aku harus bertemu dengannya."

Sean ragu. Ia tahu Elizabeth tak akan main-main. Namun, ia juga tak bisa seenaknya mengganggu rapat penting. Ia melirik sekilas ke arah Axel, yang sedang serius menatap layar presentasi.

"Baiklah, Ny. Steele," kata Sean akhirnya, berdiri dari kursinya. Ia tahu ia harus mengalah.

"Saya akan keluar sebentar. Tapi, tolong jangan lama-lama."

Sean membuka pintu, dan Elizabeth langsung masuk tanpa permisi. Tatapan tajamnya langsung tertuju pada Axel. Axel, yang terganggu, mengerutkan kening.

"Ada apa, mom?" tanyanya, suaranya terdengar sedikit tidak sabar.

Ia berjalan cepat ke arah Axel

"Antarkan aku ke rumah sakit sekarang,Aku harus bertemu gadis itu. "

Axel mengangguk patuh. Ia merasakan aura kegelisahan yang kuat dari Elizabeth. Ini bukan sekadar kunjungan biasa. Ini tentang rasa penasaran seorang ibu terhadap gadis yang telah menyelamatkan nyawa putranya yang dingin dan tak pernah peduli. Axel mengalah.

.

.

Mobil mewah Axel berhenti di depan rumah sakit. Elizabeth melangkah keluar, didampingi Axel. Rasa penasaran dan kegelisahan masih memenuhi hatinya, namun kini bercampur dengan sedikit kehangatan. Kehadiran Axel di sisinya, meskipun tanpa banyak kata, memberikan sedikit ketenangan. Ia tahu Axel jarang menunjukkan perhatian, apalagi mengantarnya kemana pun. Ini sudah menunjukkan sesuatu.

Mereka berjalan menuju sebuah ruangan, dan di sana, mereka mendapati Ryan, sahabat Axel, berdiri dengan wajah cemas. Elizabeth sudah mengenal Ryan sejak lama. Persahabatan Axel dan Ryan begitu erat, hingga Elizabeth menganggap Ryan seperti anaknya sendiri. Namun, kehadiran Ryan di sini, di dekat Elina, tetap menimbulkan pertanyaan.

Elizabeth mempercepat langkahnya. Saat berpapasan dengan Ryan, ia langsung bertanya, "Ryan? Apa yang kau lakukan di sini?"

Ryan terkejut, lalu tersenyum canggung.

"Mommy," sapa Ryan, menggunakan panggilan akrab yang sama seperti Axel.

"Saya… saya hanya menjenguk Elina"

Elizabeth mengangguk, memahami kedekatan mereka. Namun, rasa penasarannya belum terpuaskan.

 "Bagaimana kau mengenal gadis itu, Ryan?" tanyanya, suaranya tetap lembut namun tegas.

Ryan tampak ragu sejenak, lalu menjelaskan,

"Elina… Elina bekerja di restoran saya. Dia… dia karyawan saya."

Penjelasan Ryan masih terasa kurang memuaskan bagi Elizabeth. Ada sesuatu yang disembunyikan, ia yakin akan hal itu. Tatapannya beralih ke Axel, yang kini menatapnya dengan ekspresi sulit diartikan. Ketiga orang itu berdiri di depan pintu ruangan Elina, diliputi oleh ketegangan dan misteri yang terselubung. Apakah penjelasan Ryan itu seluruh kebenarannya? Ataukah ada rahasia lain yang tersembunyi di balik hubungan mereka? Elizabeth merasakan sebuah firasat buruk, namun kini, rasa penasarannya bercampur dengan kekhawatiran akan keselamatan Elina dan rahasia yang mungkin tersimpan di balik semua ini.

Pintu ruangan terbuka, memperlihatkan Elina terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya masih pucat, namun ada secercah kekuatan dalam matanya. Di sampingnya, Sophia, adik Elina, duduk setia menemani, tangannya menggenggam tangan Elina. Keduanya menoleh ke arah pintu, tatapan mereka tertuju pada Ryan dan Axel yang berdiri di ambang pintu. Di belakang mereka, Elizabeth berdiri dengan senyum lembut, namun matanya menyimpan kekhawatiran. Ini adalah pertemuan pertama Elizabeth dengan Elina dan Sophia.

Elina dan Sophia saling bertukar pandang, bingung. Mereka belum pernah bertemu dengan wanita yang berdiri di belakang Axel dan Ryan itu. Siapakah wanita itu? Dan apa hubungannya dengan Axel dan Ryan? Berbagai pertanyaan muncul dalam benak mereka.

Elizabeth melangkah maju, senyumnya semakin hangat.

"Selamat siang" sapa Elizabeth lembut. "

"saya mommy nya Axel. Maaf, ini pertemuan pertama kita." Elizabeth menambahkan kalimat terakhir dengan nada sedikit canggung.

Elina dan Sophia terkejut.

"mommy Axel?"

Wanita yang anggun di hadapan mereka ini adalah ibu dari CEO Steele Corporation yang terkenal dingin dan tak kenal ampun itu? Mereka saling bertukar pandang, keheranan tergambar jelas di wajah mereka.

Elizabeth mendekati ranjang Elina, matanya penuh dengan rasa simpati.

"Saya mohon maaf atas sikap Axel yang dingin dan cuek," kata Elizabeth, suaranya terdengar tulus.

"Dia… dia tidak pandai mengungkapkan rasa terima kasihnya. Namun, percayalah, kami sangat berterima kasih atas apa yang telah kau lakukan untuknya.dan saya ingin sekali berterima kasih secara langsung."

Elizabeth kemudian menunduk sedikit, tatapannya tertuju pada Elina.

"Bolehkah saya tahu, oh iya namamu Elina?. bagaimana kabar keluarga Anda?" tanyanya lembut.

"Siapa yang merawatmu selama ini?" berbagai pertanyaan ia lontarkan pada Elina.

Elina terdiam sejenak, matanya berkaca-kaca.

"Kami... kami yatim, nyonya," jawab Elina lirih. "Ibu kami meninggal tiga bulan yang lalu. Ayah kami... setelah kejadian itu, ia pergi entah ke mana. Kami tidak tahu keberadaannya sampai sekarang."

Sophia mengangguk, matanya juga berkaca-kaca.

"Kami tinggal berdua saja setelah mama kami meninggal," tambah Sophia, suaranya bergetar.

"Kami berusaha sekuat tenaga untuk bertahan hudup."sambung Sophia lagi

Elizabeth tertegun. Ia tidak menyangka bahwa Elina dan Sophia mengalami kesedihan yang begitu berat. Rasa simpati dan kekagumannya semakin besar.

"Maafkan aku.," kata Elizabeth, suaranya sedikit bergetar.

"Aku tidak tahu… aku tidak pernah bertanya." Elizabeth merasakan simpati yang mendalam kepada kedua gadis itu. Kehilangan orang tua, ditambah dengan kesulitan ekonomi, membuat Elizabeth semakin ingin membantu mereka.

Elizabeth kemudian mengulurkan tangannya, "Perkenalkan, saya Elizabeth Steele.kalian boleh memanggil saya Ibu Elizabeth."

Elina dan Sophia saling bertukar pandang, lalu mengangguk. Mereka menerima uluran tangan Elizabeth dengan rasa hormat. "Elina," jawab Elina, suaranya masih sedikit bergetar.

"Sophia," jawab Sophia, matanya berkaca-kaca.

Elizabeth tersenyum lembut,

"Senang bertemu kalian, Elina, Sophia. Semoga kalian cepat pulih."

.

.

.

lanjut yah

See you 😍

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!