NovelToon NovelToon
Aku? Jadi Suami Pengganti?

Aku? Jadi Suami Pengganti?

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nur dzakiyah

ig: nrz.kiya

Farel Aldebaran, cowok yang lebih suka hidup semaunya, tiba-tiba harus menggantikan posisi kakak kembarnya yang sudah meninggal untuk menikahi Yena Syakila Gunawan. Wanita yang sudah dijodohkan dengan kakaknya sejak bayi. Kalau ada yang bisa bikin Farel kaget dan bingung, ya inilah dia! Pernikahan yang enggak pernah dia inginkan, tapi terpaksa harus dijalani karena hukuman dari ayahnya.

Tapi, siapa sangka kalau pernikahan ini malah penuh dengan kekonyolan? Yuk, saksikan perjalanan mereka!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6: Aturan Baru di Malam Pertama

Yena berjalan di sebelahnya dengan langkah santai, tangannya memegang ujung roknya agar tidak tersandung. Dia melirik suaminya dengan senyum kecil yang ditahan, mencoba tidak terganggu oleh suara Farel yang terus membombardir udara.

“Terus, Yena, lo liat tadi Ayah gimana? Dingin banget, kan? Udah kayak bos mafia lagi bagi-bagi tugas sama anak buahnya. Gue? Anak buah? Hello? Gue ini Farel, anak kedua yang harusnya nggak diikut campur'in dalam masalah warisan tanggung jawab keluarga!”

Yena mengangkat alis, tapi tidak menjawab. Dia hanya mendengarkan, membiarkan Farel melampiaskan kekesalannya.

“Dan lo tau yang paling nyebelin? Gue kan udah bilang, gue nggak cocok kerja kantoran! Tapi Ayah? Ah, nggak peduli. ‘Besok kerja, besok kerja.’ Ini kan hidup gue, kenapa harus diatur kayak gini?”

Yena akhirnya menghela napas panjang, tapi masih tetap diam. Dalam hatinya, dia tidak bisa tidak membandingkan Farel dengan Faris, kakak kembarnya.

Faris, yang sudah meninggal sebulan lalu, selalu dikenal sebagai pria yang dewasa, penuh tanggung jawab, dan perfeksionis. Setiap tindakannya selalu terencana, setiap keputusannya penuh perhitungan. Faris adalah tipe pria yang akan membawa setrika portable bahkan untuk perjalanan singkat, hanya untuk memastikan kemejanya tetap licin sempurna.

Sedangkan Farel...

Yena melirik suaminya. Farel sedang berjalan dengan langkah malas, dasinya yang sudah lepas melilit di tangan seperti tali jemuran, dan rambutnya kembali berantakan meskipun baru saja dirapikan sebelum makan malam. Dia benar-benar kebalikan dari Faris dalam segala hal.

Farel adalah pria yang hidup semaunya. Tantrum seperti anak kecil, selalu punya cara kocak untuk menghindari tanggung jawab, dan lebih memilih kebebasan daripada disiplin. Bahkan, Yena curiga, jika ada daftar hal yang Farel bisa lakukan dengan baik, daftarnya akan kosong.

Namun, di balik semua kekurangannya, ada sesuatu yang membuat Yena tidak bisa marah. Mungkin itu karena kejujuran Farel dalam bersikap, meski seringkali tidak dewasa, tapi setidaknya dia tidak berpura-pura menjadi seseorang yang bukan dirinya.

“Yena, lo denger nggak sih?” suara Farel tiba-tiba memecahkan lamunan Yena.

“Hah? Apa?” tanya Yena, sedikit terkejut.

“Ya itu, gue bilang, hidup gue ini kayak sinetron murahan. Gue disuruh nikah sama lo, sekarang disuruh kerja. Gue ini apa? Pemeran utama yang nggak punya pilihan?” Farel berhenti berjalan, menatap Yena dengan tatapan dramatis.

Yena akhirnya tidak tahan lagi dan tertawa kecil. “Farel, lo tuh bener-bener beda banget sama Kak Faris.”

Farel mengerutkan dahi. “Beda gimana? Maksud lo Faris lebih keren dari gue?”

“Ya... Faris itu dewasa, penuh tanggung jawab, perfeksionis, dan nggak pernah ngeluh,” jawab Yena jujur.

Farel mendengus. “Ah, itu justru masalahnya. Faris terlalu sempurna. Lo tau nggak, jadi orang sempurna itu capek, makanya dia cuma bisa hidup segitu doang.”

Yena melotot, terkejut dengan kalimat Farel yang sangat tidak sensitif. “Farel! Jangan ngomong sembarangan soal almarhum Kak Faris!”

Farel mengangkat tangan, mencoba membela diri. “Eh, maksud gue bukan gitu. Maksud gue, gue ini lebih realistis, lebih manusiawi. Gue nggak pura-pura jadi orang yang sempurna. Gue ini apa adanya. Lo tau kan? The real Farel!”

Yena menatap Farel dengan tatapan setengah kesal, setengah bingung. Tapi pada akhirnya, dia hanya menggelengkan kepala dan melanjutkan langkahnya.

“Ya udah, Farel. Apa pun alasan lo, yang penting besok lo kerja,” kata Yena sambil berjalan mendahului Farel.

“Kerja? Gue? Yena, lo tau nggak, gue ini seniman. Gue harus dibiarkan bebas!” Farel berteriak, tapi tidak mendapatkan respons.

Mereka akhirnya sampai di depan kamar pengantin. Yena membuka pintu dan masuk terlebih dahulu, sementara Farel masih berdiri di luar, menatap langit-langit dengan wajah penuh penderitaan.

“Ya Tuhan, kenapa gue? Kenapa gue yang harus jadi suami pengganti?” gumamnya sebelum akhirnya masuk ke kamar dengan langkah berat.

Kamar pengantin itu sunyi, hanya terdengar suara click click click dari game yang dimainkan Farel di ponselnya. Dia duduk bersandar di kepala ranjang dengan wajah serius, seolah sedang memimpin perang dunia maya.

Di sisi lain, Yena sudah bersiap untuk tidur. Dia mengenakan piyama pendek berbahan satin berwarna pastel yang membuat kulitnya terlihat bersih dan lembut. Rambutnya diikat seadanya, menambah kesan santai tapi tetap memesona. Dengan gerakan perlahan, Yena naik ke tempat tidur, membaringkan tubuhnya tepat di sebelah Farel.

Farel, yang awalnya fokus pada layar ponselnya, tiba-tiba terpaku. Matanya menangkap kaki jenjang Yena yang terbuka karena minimnya panjang piyama itu. Dia langsung melongo.

“Eh, eh, eh!” serunya, buru-buru meletakkan ponsel ke samping. Dengan gerakan panik, dia menarik selimut tebal dan menutupi tubuh Yena.

Yena menoleh dengan alis terangkat. “Apa sih, Farel?”

Farel menunjuk ke arah Yena, tepatnya ke piyama yang dia pakai, dengan wajah yang mulai memerah.

“Lo nggak salah pilih baju tidur, kan?”

Yena mengerutkan dahi, bingung. “Kenapa? Ini kan baju tidur biasa.”

“Biasa dari Hongkong!” Farel memekik pelan, memastikan suaranya tidak sampai terdengar ke luar kamar. “Lo itu cewek, istri gue, ngerti nggak? Dan lo pake baju kayak gitu di depan gue? Gue kan pria normal, Yen!”

Yena menahan senyum geli. “Terus kenapa? Kan lo suami gue sekarang.”

“Justru itu masalahnya!” Farel berkata dengan nada lebih dramatis, menunjuk dirinya sendiri. “Gue ini Farel, pria normal dengan jiwa muda dan... ya lo tau lah! Gue nggak bisa lihat yang kayak begini terus santai-santai aja!”

Yena hanya menggelengkan kepala sambil terkekeh. “Lo lebay banget sih.”

“Lebay apanya? Lo pikir gue robot apa?” Farel mengacak rambutnya sendiri, lalu menatap Yena serius. “Mulai malam ini, gue bikin aturan baru. No pakaian seksi di depan gue, titik.”

Yena duduk tegak, melipat tangan di depan dada dengan wajah menantang. “Oh ya? Dan siapa lo buat bikin aturan kayak gitu?”

“Gue? Gue suami lo! Itu cukup alasan, kan?” Farel menjawab dengan penuh percaya diri, meski nadanya terdengar sedikit gugup.

Yena memutar mata, lalu kembali membaringkan dirinya dengan santai. “Terserah lo, Farel. Tapi gue tetap tidur pakai ini. Lagian, ini cuma baju tidur biasa.”

“Biasa? Yen, lo harus ngerti, gue nggak mau kejadian yang nggak-nggak. Lo tau kan, gue ini tipe orang yang impulsif. Dan gue nggak mau tanggung jawab lebih besar karena lo pake baju kayak gitu,” ucap Farel sambil memegangi kepalanya, seperti orang yang sedang stres berat.

Yena menatapnya sambil tersenyum kecil. “Farel, lo takut apa sih?”

“Takut apa?” Farel membalas dengan nada tinggi. “Takut lo bikin gue lupa diri! Gue ini udah cukup susah jadi suami pengganti, jangan tambah beban mental gue, Yen.”

“Beban mental?” Yena tertawa kecil. “Lo lucu banget sih, Farel.”

“Yen, ini serius!” Farel berkata lagi, nadanya tegas meski wajahnya jelas menunjukkan rasa gugup. “Kalau lo nggak mau ganti baju, at least jangan duduk atau tidur deket-deket gue!”

“Farel, kasur ini cuma satu, mau tidur di mana lagi gue?” Yena balas sambil tersenyum jahil.

Farel mendengus, mengalihkan pandangan sambil meraih ponselnya lagi. “Ya udah, tapi inget! Gue serius soal aturan ini. Jangan bikin gue... lo tau lah...”

“Tau apa?” Yena bertanya, pura-pura polos.

“Ya, lo tau,” Farel bergumam, mukanya semakin merah. “Astagfirullah, Yen, udah tidur sana, gue mau fokus main game.”

Yena akhirnya menyerah, kembali berbaring sambil menutupi dirinya dengan selimut yang tadi dipaksakan Farel. Namun, senyumnya tetap merekah.

Di sisi lain, Farel berusaha kembali ke gamenya, tapi otaknya terus mengulang pemandangan kaki jenjang Yena dan baju tidur yang terlalu minim itu. Dia menghela napas panjang sambil menatap langit-langit.

1
Angel Ine
semangat terus, ceritanya gak berhenti bikin ngakak, selalu mendukung karya k.thor
Angel Ine
Lanjut terus k.thor semangat dalam berkarya
Ana
Pokonya baca semua karya kakak, bisa jadi inspiratif yg baik, karya yg ini tema beda tapi tdk jauh banget dri ciri khas kakak,, ngakak abiss jg bacanya
El
Mampir lagi.. seperti biasa karya kakak luar biasa, apa lgi kali ini tema berbeda..
El
Bener" yee nih farelll...🤦🏻‍♀️😂
Ddek Aish
ada2 aja grup anak spesial. kirain anak disabilitas yang spesial taunya 😂😂😂
ᏦᎨᎽᎯ~: hahaha.. 🤣🥰
total 1 replies
Agnan
Kocak sih ini, keren.. keren..
ᏦᎨᎽᎯ~: terima kasih kak, atas dukungannya dan komen positifnya🥰🫶🏻🦭
total 1 replies
PuputMega Shelviana SuJanii
bahasanya kurang ngena thor, masa ank ngomong nya gue2 k ayahnya, giliran ayahnya jh bz sopan pakex saya
ᏦᎨᎽᎯ~: wajar sih kak, melihat sifat farel ya gtulah.. adapnya kurang🤣 jdi mon maap klw krng nyaman🙏🏻 tp terima kasih udh baca🫶🏻
total 1 replies
Ddek Aish
mampir lagi
ᏦᎨᎽᎯ~: terima kasih ya kak, atas dukung setiap karyaku, bakal semakin semngt nihhh🥰🫶🏻🦭
total 1 replies
Agnan
Haha Kocak si farel😂😂
ᏦᎨᎽᎯ~: beh gercep ya, tenkyu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!