Fakultas peternakan x Fakultas Hukum
Nyambung nggak jelas ngak Nyambung bangetkan, bau sapi sama tumpukan undang-undang, jelas tidak memiliki kesamaan sama sekali. Tapi bagaimana jika terjalin asmara di dalam perbedaan besar itu, seperti Calista Almaira dan Evan Galenio.
Si pawang sapi dan Arjuna hukum yang menjalin hubungan dengan dasar rasa tanggung jawab karena Evan adalah pelaku tabrak lari kucing kesayangan Calista.
Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.
"Nggak usah ngomong macen-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.
"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu!"
Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.
Evan mengangguk pasti.
"Hidupin joni lagi bisa?"
"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mini date
Hari-hari yang sibuk, penuh dengan pengerjaan praktikum dan laporan yang harus diselesaikan, membuat Calista dan Evan jarang atau bahkan hampir tidak bisa bertemu. Evan juga melupakan rencana untuk membuntuti Calista ke kosnya.
Sudah satu minggu lebih mereka hanya berkomunikasi lewat chat. Evan merasa bersalah membiarkan Calista merasa kesepian, karena tujuannya berpacaran dengan Calista adalah untuk menghiburnya dari rasa duka atas rasa kehilangan kucing kesayangannya.
Maka hari ini selesai kuliah lebih awal, Evan memutuskan untuk Calista ke suatu tempat. Lebih tepatnya Evan mengajak kemanapun Calista mau. Pria berkemeja coklat dengan celana bahan itu mulai menyalakan motor, jaket yang ia paka tadi pagi sudah tersampir di tubuh mungil Calista. Untuk kedua kalinya Evan memakaikan jaketnya pada Calista.
"Mau kemana?" tanya Evan saat motor Evan sudah membawa mereka keluar dari gerbang kampus.
"Mau nge-date, pokoknya mau habisin waktu sama Epan!" jawab Calista penuh semangat.
Evan tersenyum tipis dan menambah kecepatan motornya, calista yang sedikit tersentak tak ayal mengeratkan pegangannya di pinggang Evan.
"Pelan-pelan Epan!" pekik Calista yang sedikit merasa takut karen Evan melajukan motornya lebih dari biasanya. Evan hanya tertawa dibalik helm full-face yang ia pakai.
Jalanan yang cukup ramai membuat Evan memelankan laju motornya. Calista merasa lega dan perlahan ia juga mengendurkan tangan yang tanpa sengaja memeluk erat Evan, tangan Calista kembali ke posisi semula berpegangan pada tepian kemeja di pinggang Evan.
"Mampir ke mini market dulu ya!" pinta Calista yang langsung di angguki Evan.
Evan pun membelokkan motornya ke sebuah mini market, Calista segera turun dan berlari kecil masuk ke minimarket setelah melepaskan helmnya.
"Nggak usah lari Ca," ujar Evan pada aroma Vanila parfum Calista yang tertinggal, karena si empunya sudah melesat menjauh. Evan hanya bisa menggeleng pelan, ia melepaskan hem milinya lalu meletakkannya di atas motor bersama punya Calista.
Evan melangkah kemana Calista pergi dengan langkah santai. Seperti anak kecil, Calista sangat bersemangat memilih beberapa barang, sementara Evan hanya mengambil dua minuman dingin. Setelah merasa cukup Calista bergegas ke kasir untk membayar belanjaannya.
"Totalnya Rp 102.500 kakak," ucap si kasir setelah menghitung belanjaan Calista.
Saat akan mengeluarkan dompet dari saku, calista terhenti saat melihat tangan besar Evan menyodorkan kartu pada si kasir.
"Pake ini," ucap Evan.
"Baik kak."
Gadis kasir itu pun mulai memproses pembayaran belanjaan Calista serta dua minuman yang Evan ambil.
"Ma acih pacar," ucap Calista sengan suara yang ia buat manja. Evan hanya mengangguk kecil menjawab ucapan Calista.
Mereka pun melanjutkan perjalanan ke taman kota yang tak jauh dari dari mini market. Sore yang cukup ramai, cahaya matahari sore memberikan suasana hangat, angin semilir menambah santai suasana.
Evan menyandarkan punggung di bangku taman bercat putih. Menatap lurus menikmati sore dengn hiruk pikuk kecil di taman itu.
“Jadi, ini yang lu sebut 'date’? Duduk di taman sambil liatin orang jogging sore?” Evan menaikkan alisnya melihat pada Calista yang menyengir kuda.
Calista lalu duduk di samping Evan. Gadis itu mulai sibuk membongkar tas belanja mereka, Calista memberikan minuman dingin pada Evan. Dengan mata berbinar ia mengeluarkan sekantong pakan kucing.
“Aku tuh ada misi penting hari ini.” Calista mengangkat pakan kucing itu sejajar dengan wajahnya, lalu mengoyangkan kantong pakan itu dengan wajah ceria.
Evan melirik tas Calista, lalu mengerutkan satu alis. Mencoba menebak apa yang akan Calista lakukan, tadinya Evan berpikir Calista membeli pakan itu untuk kucingnya di kos.
Calista membuka kantong pakan membuat bau khas pelet kucing itu menyebar sejenak. Calista bangkit dari duduknya lalu mulai melakukan ritual pemanggilan hewan berbulu itu.
"Pus ...pus... miaw ..miaw ... ayo sini, sini makan." Calista menuduk celingukan kearah semak-semak yang tak jauh dari tempat ia duduk tadi.
Evan menghela napas, lalu mengangguk anggukan kepalanya. Ternyata ini yang di maksud misi penting. Evan bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekati sang pacar, mata Evan awas melihat ke sekitar taman, tapi nggak ada kucing yang terlihat.
“Emang ada kucing di sini? Lu yakin mereka nggak migrasi ke tempat yang nggak ada cewek bawel?”
Calista menegakkan punggungnya, menoleh menatap tajam Evan yang sedang tersenyum remeh padanya.
“Ada pasti ada, dan justru mereka suka cewek bawel kayak aku," ketus Calista tak mau kalah, Evan terkekeh kecil melihat wajah kesal Calista yang terlihat lucu.
Tiba-tiba, seekor kucing belang keluar dari semak-semak, mendekati Calista dengan langkah pelan. Seolah memastikan manusia yang dihadapannya tidak jahat.
“Tuh kan! Si manis ini ngerti aku bawain makanan. Sini, Nak, makan dulu ya," Calista dengan suara gemas, ia melihat Evan menunjukan jika apa yang ia katakan benar adanya.
Calista berjongkok, menuangkan makanan dari tas kecilnya ke sebuah piring kertas kecil seperti yang bisa digunakan untuk tempat kue, yang juga ia beli di mini market tadi. Kucing itu melangkah perlahan semakin medekat dengan ragu, tapi rasa lapar kucing itu mengalahkan rasa takutnya. Kucing itu pun akhirnya memakan pakan itu dengan lahap.
"Makan yang banyak ya manis, jangan takut sama aku. Abis ini panggil teman-teman kamu ya, aku masih punya banyak makanan enak buat kalian," ucap Calista dengan senyum lebar.
Evan sedikit menuduk hingga wajahnya sejajar dengan wajah Calista.
"Emang tuh kucing ngerti?"
“Ngeti lah, Coba deh kamu ngobrol juga, siapa tau bisa curhat soal tugas-tugas kampus.”
Calista menoleh, dia terkejut saat wajahnya dan wajah Evan begitu dekat. Cepat-cepat Calista memalingkan wajahnya lagi. Jantung Calista berdebar kencang hanya karena hal kecil seperti ini. Murah sekali.
"Suruh dia kuliah dulu, baru gue aja debat nanti," sahut Evan asal sembari menegakkan badannya.
Calista mengabaikan Evan, malah asyik mengelus kepala si kucing sambil ngomong pelan.
“Gimana, makanannya enak, ya? Jangan lupa bilang makasih ke Kakak Calista yang baik hati ini.”
Evan memutar matanya, tapi nggak bisa menahan senyum kecil yang muncul. Dia diam-diam memandangi Calista yang terlihat bahagia saat sibuk dengan binatang berbulu itu.
Satu persatu kucing liar mulai datang mendekat, mungkin mereka mengendus aroma pakan dari kejauhan. Calista terlihat sangat bahagia, dia mulai memberi makan satu persatu kucing yang datang dengan senang hati. Tak lupa dia juga mengajak mereka bicara seolah mereka bisa mengerti apa yang Calista ucapkan.
Evan mengulum senyum, memperhatikan kebahagiaan Calista dengan hal sesederhana ini. Berbagi dengan binatang yang kata orang lucu dan mengemas. Tapi menurut Evan mengelikan. Calista menoleh, melambaikan tangan mengajak Evan mendekat.
"Epan sini deh, mereka mau bilang makasih sama kamu. Kan tadi Epan yang bayarin pakan buat mereka," aja Calista semangat, Evan menggeleng cepat.
"Ih Epan sini, nggak usah malu. Aku bisa ajarin kamu cara ngobrol sama mereka!”
Evan tertawa pelan, ternyata pacarnya ini bisa bahasa binatang.
“Ngobrol sama kucing? Gue udah cukup pusing ngobrol sama lu, Ca," celetuk Evan yang membuat tawa kecil muncul di bibir Calista.
Calista lalu kembali fokus pada kucing yang kini menggulung tubuhnya di kakinya, seolah berterima kasih atas makanan enak yang ia berikan.
'Dasar gadis aneh, tapi ya... itulah yang bikin Lu unik Ca,' monolog Evan dalam hati.
Sore itu, mereka habiskan dengan Calista sibuk berbagi makanan pada kucing liar, sementara Evan duduk di sampingnya, diam-diam menikmati caranya memandang dunia dengan hati yang besar.
cukup dengan memberi makan kucing saja Caca udah bahagia banget
semoga kebahagiaan cepat menghampiri kamu
kalau pas lagi bawel saja bilang cerewet lah, berisik lah.
coba nanti kalau si caca diem. pasti kelimpungan tuh si evan
Caca tuh cerewet karena peduli sama kamu Evan . Ada ada Evan masa dari dulu belum pernah makan sayuran . Sayuran sehat tauuu
tp keknya evan udh cinta ke caca tp gk sadar deh
.ciyeee Evan ciyeee🥰🥰🥰
gak pernah makan daging deh