Alinea Alexandra sangat bahagia saat orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Diksi Galenio, pria yang selama ini diam-diam dia cintai.
Namun, kenyataan tak sesuai dengan harapannya, Alinea harus menelan pil pahit karena hanya dijadikan istri rahasia oleh Galen.
"Kamu tidak perlu bertingkah seperti seorang istri! Karena Aku menikahimu hanya untuk balas budi. Satu lagi, rahasiakan pernikahan ini dari kekasih ku!" Diksi Galenio.
Namun, saat Alinea terus memperjuangkan cintanya, Dia justru dipertemukan kembali dengan mantan kekasihnya.
Apakah Alinea akan terus berjuang untuk mendapatkan cinta suaminya?
Atau menyerah dan memilih mantan kekasihnya?
"Aku tunggu jandamu!" Skala Bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
Hari ini jagat dunia maya di gemparkan dengan sebuah kabar mengenai kebangkrutan Perusahaan Nandana Grup. Perusahaan besutan Pandu Nandana yang kini di dipegang oleh Diksi Galenio sebagai pewaris utamanya itu kembali goyah karena Perusahaan Antariksa Corp yang menaunginya mencabut semua sahamnya di Perusahaan tersebut.
Ditambah lagi Perusahaan Cakrawala Kingdom yang baru beberapa pekan ini menjadi partner Nandana Grup, tiba-tiba saja menghentikan project kerja sama mereka secara sepihak.
Mendengar perusahaannya kembali dilanda pailit, Pandu Nandana yang saat ini berada di luar negeri pun langsung menghubungi putranya. Namun Pandu sangat kesal karena putranya itu tidak bisa dihubungi. Akhirnya Pria paruh baya itu pun memutuskan untuk kembali ke tanah air saat itu juga.
Setelah menempuh beberapa jam mengudara, Pandu begegas menuju Antariksa Corp. Pria paruh baya itu tidak memikirkan rasa lelahnya, Dia hanya memikirkan bagaimana nasib keluarga dan juga karyawannya jika perusahaannya terancam gulung tikar.
Ceklek
"Tuan Arshad yang terhormat, kenapa Anda berbuat curang seperti ini? Apa ini sifat seorang pengusaha yang sangat bermartabat?"
Pria yang disebut namanya itu hanya tersenyum mendengar seseorang yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangannya.
"Duduklah dulu, tenangkan dirimu!"
"Bagaimana aku bisa tenang, tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja kamu mencabut semua saham mu," ucap Pandu menggebu.
Kedua pria paruh baya itu duduk saling berhadapan dengan tatapan keduanya yang sama-sama datar.
"Aku hanya mengikuti apa yang tertulis di dalam surat kesepakatan kita."
Pandu mencoba mencerna apa yang Arshad katakan, namun Pandu sama sekali tidak menemukan kesalahan yang dirinya lakukan hingga membuat Arshad berbuat seperti itu.
"Maksudmu apa? Aku sama sekali tidak melanggar apapun, jadi kamu tidak berhak berbuat seenaknya seperti ini!" Pandu bersikeras menyatakan dirinya tidak berbuat sesuatu yang merugikan, justru sebaliknya Pandu menuduh Arshad yang telah berbuat curang dan seenaknya.
"Kamu memang tidak berbuat salah, tapi putramu yang sudah melanggar kesepakatan."
Pandu mengernyitkan keningnya, pria paruh baya itu sama sekali tidak mempercayai ucapan Arshad. Tidak mungkin putranya itu berbuat seperti yang Arshad tuduhkan. Pandu sangat mempercayai Galen, putranya itu selalu memegang teguh pada ucapannya. Galen tidak akan mungkin mengkhianati kesepakatan.
"Tidak mungkin! Putraku tidak akan pernah berbuat seperti yang kamu tuduhkan!"
Seperti dugaannya, Pandu tidak akan mempercayai ucapannya. Karena Pria paruh baya itu sangat mempercayai putranya. Namun tentu saja Arshad memiliki bukti yang akan membungkam mulut Pandu.
Brakk
Arshad melemparkan sebuah map yang berisi bukti-bukti pengkhianatan Galen terhadap Alinea lengkap dengan foto dan juga rekaman CCTV. Jangan tanya Arshad mendapatkan bukti itu dari mana, yang jelas Arshad mendapatkan bukti itu dari seseorang yang melihat dengan mata kepalanya sendiri perbuatan putra Pandu itu.
Mata Pandu terbelalak sempurna melihat foto-foto putranya tengah bercumbu dengan seorang wanita yang tidak asing di matanya.
"𝘑𝘢𝘥𝘪, 𝘎𝘢𝘭𝘦𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘪𝘴𝘬𝘪𝘯 𝘪𝘯𝘪?"
Arshad tersenyum smirk melihat Pandu yang berusaha menahan amarahnya saat melihat bukti-bukti yang Arshad berikan. "Kalau kamu tidak percaya juga, sebaiknya kamu pergi ke rumah 𝗽𝘂𝘁𝗿𝗮 𝘁𝗲𝗿𝘀𝗮𝘆𝗮𝗻𝗴𝗺𝘂 itu," ucap Arshad. Pria paruh baya itu sengaja menekankan kata putra tersayangmu untuk mengejek Pandu. "Di sana kamu akan menyaksikan sendiri seperti apa putramu."
Tanpa berkata apapun, Pandu langsung pergi dari ruangan Arshad dengan napas yang menderu serta amarah yang sudah mencapai ubun-ubun. Pandu tidak sabar ingin segera bertemu putranya, Dia ingin mendengar langsung dari mulut Galen bahwa yang Arshad tuduhkan itu tidak benar, dan semua bukti yang berada di tangannya kini hanyalah rekayasa.
"𝘗𝘶𝘵𝘳𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩 𝘪𝘯𝘪!"
...----------------...
"Saya terima nikah dan kawin nya---"
"Hentikan!" Pandu menatap nyalang putranya yang tengah menjabat tangan seorang penghulu. Di sampingnya duduk seorang wanita, lengkap dengan pakaian kebaya dan juga riasan yang dikenakannya.
"Daddy,"
Pandu menarik kerah Galen dengan kedua tangannya.
Plak
"Dasar anak kurang ajar!"
Pandu menampar pipi Galen membuat sudut bibir putranya itu mengeluarkan sedikit darah. Beruntung saja di ruangan itu tidak terlalu banyak orang, hanya ada beberapa orang saja yang menjadi saksi pernikahan Galen dan Ruby yang sedang berlangsung itu.
"Anak tidak tahu diri!"
Plak
Pandu melampiaskan amarahnya pada putranya. Tidak sampai di situ saja, Pandu bahkan tidak berhenti memaki dan menghardik putranya yang selama ini begitu dia banggakan.
"Aku begitu membanggakanmu di depan Arshad, tapi ternyata apa yang Arshad katakan itu memang benar." Pandu menghembuskan napasnya dengan kasar, sebelum kembali menghakimi putranya. "Kamu pengkhianat!"
"Dad---"
"Kamu sudah mengkhianati Alinea, dan kamu masih berhubungan dengan wanita miskin itu?" Pandu menunjuk Ruby yang kini menundukkan kepalanya.
"Dad, jangan menghina Ruby!" Galen tidak sadar sudah meninggikan suaranya pada Daddynya. Namun pria itu langsung meminta maaf begitu menyadari kesalahannya. "Maaf, Dad. Aku tidak bermaksud membentak Daddy. Aku---"
"Ini pertama kalinya kamu meninggikan suaramu pada Daddymu sendiri. Dan itu karena wanita miskin itu!"
"Dad, maafkan Galen. Tapi Galen mohon jangan menghina Ruby lagi, karena---"
"Wanita miskin itu mengandung anak kamu, iya? Dan Kamu percaya?"
Galen sangat shock mendengar ucapan Daddynya, begitu juga Ruby, wanita itu pun sangat terkejut karena Pandu sudah mengetahui kehamilannya. "𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘖𝘮 𝘗𝘢𝘯𝘥𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶? 𝘈𝘱𝘢 𝘖𝘮 𝘗𝘢𝘯𝘥𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘺𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶 𝘬𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪....𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯!"
Tiba-tiba saja Ruby merasa takut jika Pandu mengetahui yang sebenarnya. Apalagi saat Ruby tidak sengaja beradu tatap dengan pria paruh baya itu, Ruby merasa ada sesuatu yang Pandu ketahui mengenai dirinya.
"Aku percaya, Dad. Karena akulah orang pertama yang sudah mengambil kesucian Ruby," lirih Galen, pria itu tertunduk malu saat mengakui perbuatannya itu di depan Daddynya.
"Kapan kamu melakukannya dengan wanita murahan itu?"
Galen mendongakkan wajahnya, tatapannya kini bertemu dengan tatapan Daddynya. Walaupun bingung dengan pertanyaan Daddynya, tapi Galen tetap menjawab pertanyaan itu dengan jujur.
"Satu Minggu yang lalu."
"Haaa... ha..." Pandu tergelak. "Dasar bodoh! Memangnya ada orang yang baru melakukannya seminggu yang lalu, langsung jadi benih?"
"𝘜𝘤𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘯𝘰𝘥𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶..."
"Noda darah bisa saja dibuat dengan darah apapun untuk mengelabuhi mu." Pandu tahu apa yang sedang putranya itu pikirkan. "Kamu hanya bisa membedakannya denga satu cara. Seorang gadis perawan akan sangat susah saat dimasuki."
Deg
Tiba-tiba saja Galen kembali teringat dengan kejadian saat dirinya pertama kali menyentuh Ruby. Pria itu sama sekali tidak merasa kesusahan bahkan hanya dengan satu hentakan saja miliknya sudah masuk sempurna ke dalam milik Ruby.
Pandu tersenyum smirk pada Ruby, pria paruh baya itu begitu puas melihat kecemasan yang tergambar jelas di wajah wanita yang sangat dia benci itu.
"𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘪𝘯𝘪? 𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘖𝘮 𝘗𝘢𝘯𝘥𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪𝘯𝘺𝘢."
Ketakutan Ruby semakin menjadi saat Galen tiba-tiba menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Bayi siapa yang ada dalam kandunganmu?"
Ruby menatap nanar Galen yang tiba-tiba saja menanyakan siapa ayah bayi yang dikandungnya. "Ini bayimu, Mas. Kamu jangan terpengaruh dengan Daddymu, kamu tahu kan selama ini Daddymu tidak menyukaiku?"
Ruby menunjukkan kemampuan akting terbaiknya dengan pura-pura menjadi wanita yang tersakiti. Dan hal itu berhasil membuat Galen kembali memikirkan apa yang Ruby katakan. Karena selama ini orang tuanya memang tidak menyukai Ruby sebagai kekasihnya.
"𝘋𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘶𝘳𝘢𝘩𝘢𝘯! 𝘓𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘭𝘢𝘬?"
"Kalau begitu kita periksa ke dokter kandungan saja!"
Deg
𝘎𝘢𝘸𝘢𝘵
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
👍❤🌹🙏
tuh denger apa kata babang skala awas nyesel looh 🤭🤭👍❤🌹🙏