Karma Dosa Masalalu

Samudra mulai memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, karena bayangan itu mulai datang menghampiri dirinya, ya semenjak memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Namira bayangan seorang bayi perempuan selalu mengganggu pikirannya.

"Astaga! Bayangan itu, kenapa harus datang lagi, Tuhan ... Aku akui aku bukanlah ayah yang baik, maka biarkanlah hidupku seperti ini saja tanpa harus di bayang-bayangi rasa bersalah, benar kata Loly, kalau ingin menjadi jahat sekalian jahat saja, biar tidak merasa terganggu seperti ini," gumam Samudra sambil memijat pelipisnya yang terasa pusing.

*****

Malam harinya, pukul sudah menunjukkan jam 9 malam, sudah saatnya Loly berkemas mempersiapkan diri untuk pulang, rasanya begitu lelah setelah selesai bekerja seharian, namun rasa lelah itu akan tergantikan di saat dia mengingat sang buah hati yang memang harus dia perjuangkan masa depannya.

"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga pekerjaanku," ucap Loly sambil menenteng tas selempangnya.

"Astaga bukannya ini uang dari Pak Sam, semoga saja dengan uang ini, Namira dan calon bayinya bisa hidup terjamin," ungkapnya sendiri.

Motor sudah dia panasi, saatnya dia mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang, hembusan angin malam terasa menembus sampai di kulitnya, ibu satu anak itu tetap melajukan motornya meskipun hembusan angin malam terasa begitu dingin.

Loly masih berada di atas motor matic-nya itu, tanpa dia sadari sebuah truk muatan besar di belakangnya hendak menyalip mobil pribadi yang melaju di hadapan truk tersebut, karena kurangnya kehati-hatian akhirnya sopir truk tersebut oleng dan menabrak beberapa kendaraan di hadapannya termasuk motor Loly.

"Aaaaah!" teriak Loly, ketika kendaraan roda empat menabraknya dari arah belakang.

"Bruuuugh." Tubuh Loly terpental ke aspal begitu saja.

******

Sedangkan dua orang yang berada di dalam kamar kost saat ini sedang menunggu kedatangan Loly yang seharusnya setengah jam yang lalu sudah tiba di rumahnya, rasa khawatir dan was-was kini bersarang di benak Namira.

"Ya Allah, Kak Loly, kenapa belum pulang juga," ucap Namira dengan perasaan yang sudah tidak karu-karuan.

"Astaga! Kenapa perasaanku jadi tidak enak seperti ini," ucap Namira kembali, rasa takutnya kian menyeruak tak menentu.

Belum selesai dia mengkhawatirkan keadaan Loly yang masih belum menunjukkan batang hidungnya, tiba-tiba saja, Sean yang tertidur berteriak sekencang-kencangnya.

"Ibu ... Jangan pergi!" teriak anak itu sambil menangis kencang.

"Sean, ada apa Sayang," ucap Namira yang langsung mendekat ke arah Sean.

"Tante, Ibu. Hiks ... Hiks ... Hiks." Tangis Sean tiba-tiba pecah begitu saja.

"Sayang, kau mimpi buruk ya?" tanya Namira sambil menepuk pundak anak kecil itu.

"Ibu Tante, badan ibu tertabrak mobil," ucap bocah itu sambil sesenggukan.

"Huuus, kamu pasti mimpi buruk Sayang, sebentar lagi ibumu pasti pulang," ucap Namira menenangkan hati Sean.

"Tidak Tante itu seperti nyata," ungkap Sean.

Namira dibuat bingung tak menentu dengan kejadian ini, hatinya semakin kacau, padahal kata dokter dirinya tidak boleh setres berlebihan, tapi bagaimana lagi ibu hamil ini selalu di hadapkan dengan keadaan yang pelik, sehingga membuat pikirannya tak menentu.

"Ayo Namira sadar, jangan terlalu stress ingat di dalam rahimmu ada kehidupan lain yang harus kau jaga keadaannya," ucap Namira yang masih sempat menenangkan hatinya dalam situasi yang mencekik seperti ini.

"Sean diam ya, sebentar lagi Tante akan menelpon ibumu," ucap Namira.

Namira mulai mengambil handphone dan mencoba menghubungi nomer Loly, tapi sayang handphone Loly hanya memanggil saja, itu berarti handphone Loly sedang tidak aktif.

"Astaga Kak, Loly sebenarnya kamu ada dimana? kenapa nomormu tidak aktif," sungut Namira yang sudah dibuat kesal sendiri.

"Sayang, ya sudah Tante ingin mencari ibumu bersama dengan Mbak Ina ya, kamu nanti Tante titipkan sama teman Mbak Ina yang lain," ucap Namira yang mulai membawa Sean keluar menuju kost Ina yang hanya berjarak satu pintu saja.

"Tok ... Tok ... Tok."

"Iya, sebentar," sahut Ina dari dalam kamar.

"Ada apa? Kak Namira?" tanya Ina.

"Na, aku minta tolong boleh," ucap Namira.

"Minta tolong apa Kak," sahut Ina.

"Na, kita cari Kak Loly yuk soalnya dari tadi Kak Loly belum pulang-pulang dan Sean tadi dapat mimpi buruk tentang ibunya, maka dari itu aku ketakutan," tutur Namira.

"Astaga! Kak semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Kak Loly, ya sudah aku ambil kunci motor dulu ya," sahut Ina dengan sigap, sedang Sean anak itu langsung masuk bersama dengan teman Ina.

Namira pun langsung naik ke motor Ina, mungkin kata tetangga kost yang melihat wanita hamil itu akan segera melahirkan karena malam-malam keluar rumah, tapi ternyata salah, perempuan hamil ini sedang mencari keberadaan temannya yang sekarang tidak tahu keberadaannya.

"Kak, tempat mana yang akan kita tuju," ucap Ina.

"Mungkin restoran dulu Na," sahut Namira sambil menahan rasa dingin karena memang sekarang musim penghujan.

"Baiklah Kak," ucap Ina, sambil fokus ke arah jalanan.

Motor pun masih melaju, namun di tengah perjalanan tiba-tiba mereka berdua di hadapkan dengan macet yang berkepanjangan.

"Kayaknya terjadi macet Kak," ucap Ina.

"Iya, ya. Macet banget, ada apa ya, kok tiba-tiba perasaanku semakin tidak enak saja," gumam Namira.

"Sudah Kak, berbaik sangka saja, semoga tidak ada apa-apa dengan kak Loly," terang Ina.

"Iya, sih, tapi rasanya hatiku tidak bisa di bohongi Na," sahut Namira.

"Kalau begitu berdoa saja, agar tidak terjadi apa-apa dengan Kak Loly," papar Ina.

Na, bisa di percepat sedikit gak motornya biar cepat sampai ke tujuan," pinta Namira yang memang sudah tidak sabar lagi.

"Tidak bisa Kak, ini sudah mentok," sahut Ina.

Kendaraan pun perlahan mulai berjalan, meskipun jalannya sedikit kaya siput, setidaknya tidak macet total seperti tadi, perlahan motor yang di naiki oleh keduanya, berada di tempat TKP, korban kecelakaan beruntun.

"Ina berhenti dulu, sepertinya di depan ada kecelakaan, lihat saja, polisi mulai mengamankan para pengendara motor lainnya," ucap Namira yang melihat polisi sedang mengatur jalanan yang di padati oleh pengendara yang berlalu lalang.

"Kayaknya si begitu," sahut Ina.

"Na, sepertinya aku harus turun deh, di TKP," pinta Ibu hamil itu, yang merasa hatinya semakin tidak enak ketika sudah sampai di arah TKP.

"Kak jangan gegabah bisa berbahaya," nasehat Ina.

"Udah Na, jangan khawatirkan kakak, soalnya firasat kakak mengatakan kakak harus turun," ungkap Namira.

Di tengah-tengah kepadatan kendaraan yang berlalu lalang perempuan hamil itu nekad berjalan kaki demi melihat kejadian yang sebenarnya di dalam TKP tersebut, ketika langkahnya mulai berada di tempat TKP, Namira di suguhkan dengan lautan dara yang membasahi jalanan aspal.

Para korban satu persatu mulai di masukkan ke mobil ambulans, hal itu bisa membuatnya ketakutan sendiri, tapi rasa takutnya itu menjadi hilang ketika dia melihat motor metic bermerek Mio itu tergeletak di pinggiran aspal.

"Astaga, i-tu motor ...."

Deg!!

Assalamualaikum. Namira kali ini double up ya.. Mana nih para pembaca Namira, akhir-akhir ini terlihat sepi 🤣🤣🤣 tetap semangat ya menemani kisah Namira dan anaknya.❤️❤️❤️🙏🙏🙏