Jungkir Balik Dunia Rena

"Kenapa?" tanya Justiv saat Rena menolak ciuman darinya, padahal baru beberapa menit yang lalu mereka sepakat untuk kembali bersama.

"Kau itukan belum resmi berpisah dengan Vanesa, jadi sebelum hubungan kalian berakhir. Aku tidak akan mau disentuh olehmu." Rena mencari jawaban yang masuk akal. Padahal aslinya Rena memang tidak ingin disentuh oleh pria brengsek itu lagi apapun alasannya.

"Oh, karna itu." Justiv percaya begitu saja dengan apa yang Rena katakan.

"Beri aku waktu 3 hari, setelah hubunganku dengan Vanesa berakhir. Aku akan menghubungimu." Justiv tersenyum smirk. Ia ingin menghabiskan waktu dengan Vanesa sepuasnya, baru mengakhiri hubungan mereka. Sama seperti yang biasa Justiv lakukan pada para wanitanya setelah bosan bermain-main dengan mereka.

"Tidak! Kau harus memutuskan wanita itu detik ini juga! Kalau tidak, aku tidak akan mau kembali padamu!" ancam Rena.

"Whatt! Kau tidak waras ya? Hubunganku dengan Vanesa baik-baik saja sekarang, bagaimana mungkin aku bisa putus dengannya tanpa alasan yang jelas?" pekik Justiv.

"Itu urusanmu! Kalau kau tidak mau memutuskan wanita itu detik ini juga. Lupakan saja kesepakatan kita." ancam Rena dengan ekspresi meyakinkan, namun dalam hatinya tertawa puas melihat wajah tegang Justiv.

"Ok, baiklah. Aku akan memutuskan Vanesa detik ini juga. Tapi kita jadi balikan ya?" mohon Justiv dengan wajah memelas. Rena menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Berikan uang 300 Milyarnya." Rena mengulurkan tangannya pada Justiv. Rena ingin menerima uang itu secepatnya, kemudian kabur ke rumah papa Nicko agar Justiv tidak bisa menemukannya.

"Uang itu akan aku berikan padamu setelah kita menikah nanti, akan aku berikan sebagai mahar pernikahan kita." ucap Justiv.

"Whatt!" pekik Rena dengan mata yang membelalak. Rena pikir ia akan mendapatkan uang itu tanpa harus menikah dengan pria menyebalkan itu.

"Kenapa? kau keberatan?" tanya Justiv saat melihat ekspresi di wajah Rena.

"T-tidak kok. Aku tidak keberatan." Rena menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kikuk.

"Justiv, aku baru ingat kalau ada urusan. Aku pulang dulu ya. Hubungi aku jika hubunganmu dengan Vanesa sudah berakhir." pamit Rena, ia merasa tidak nyaman berlama-lama berada di dekat Justiv yang sedari tadi terus menatap tajam ke arahnya.

"Mau aku antar?" Justiv menawarkan diri, bahkan pria tampan itu sudah meraih kunci mobilnya yang ia letakan di atas meja.

"Tidak usah, aku bawa kendaraan sendiri kok. By sayang." pamit Rena dengan nada menggoda. Agar Justiv tidak curiga kepadanya, Rena sampai rela memanggil pria itu dengan sebutan sayang.

Cup!

"Hati-hati di jalan ya." Justiv membalas ucapan sayang dari Rena dengan sebuah kecupan di bibir Rena walau sekilas. Rena ingin marah, namun tidak bisa. Ia seperti terjebak dalam perangkap yang telah dibuatnya sendiri.

***

***

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" rutuk Rena sembari menatap pantulan dirinya di depan cermin. Walaupun sudah di cuci berulang kali, bahkan dengan menggunakan sabun. Tapi bekas ciuman Justiv tadi seakan masih membekas di bibir Rena.

"Hahahaha..." Tapi tak lama kemudian wajah kesal Rena berubah jadi rona bahagia kala mengingat hubungan Justiv dan Vanesa telah berakhir. Sebelum pulang tadi, Rena memang sempat menguping pembicaraan antara Justiv dan Vanesa. Bahkan Rena bisa mendengar dengan jelas suara tangis wanita angkuh itu yang tak terima diputuskan secara sepihak oleh Justiv.

"Biarlah hubungan mereka berakhir, yang jelas aku tidak akan pernah kembali pada Justiv." Rena tersenyum smirk.

"Ternyata jadi antagonis itu menyenangkan juga." gumam Rena sembari tertawa renyah.

Saking bahagianya Rena sampai tidak menyadari kalau ada 4 pasang mata yang sedang mengawasinya dari balik celah pintu kamar Rena yang sedikit terbuka.

"Dad, lebih baik daddy berikan saja pekerjaan pada Rena, daripada dia tidak ada kerjaan dan jadi stress begitu." Kata Kenzo dengan suara dinginnya.

"Perusahaan Dad sedang tidak menerima karyawan baru (apa lagi yang seperti Rena.)" kata-kata terakhir hanya dad Albian katakan dalam hatinya saja.

"Kau berikan saja Rena pekerjaan di perusahaanmu. Bukankah kau sedang mencari sekretaris baru." lanjut dad Albian. Dad Albian tahu kalau sekretaris lama Kenzo baru saja mengajukan cuti melahirkan, dan Kenzo belum mendapat penggantinya.

"Tidak bisa dad, lebih baik aku tidak memiliki sekretaris daripada harus memiliki sekretaris seperti Rena." tepis Kenzo yang selalu mengatakan apapun yang ada dalam pikirannya, tanpa peduli kata-katanya itu akan menyakiti orang lain atau tidak.

"Memangnya adikku kenapa?" Anzela tak terima sang adik diremehkan oleh orang lain, walaupun orang itu suaminya sendiri.

"Rena itu sangat cantik sayang, aku khawatir rekan bisnisku akan menggoda Rena jika Rena jadi sekretarisku nanti. Kau tahu sendirikan kalau pak Marco rekan bisnisku sangat genit."

Kenzo menghembuskan napas lega karna berhasil memberi Anzela alasan yang masuk akal pada sang istri.

"Kau benar sayang, pak Marco itu sangat genit. Aku tidak mau Rena di ganggu pria itu."

Anzela sendiri yang sudah dikenal Marco sebagai istri dari Kenzo saja, masih sering mendapat rayuan dari pria genit itu. Apalagi Rena yang masih lajang. Bisa habis Rena ditangan pria itu.

"Kalian itu memang tidak bisa diandalkan. Biar mom saja yang mencarikan pekerjaan untuk Rena." kata mom Khanza dengan bibir yang mencebik. Kesal sekali dengan suami dan putranya yang tidak mau memberi pekerjaan pada Rena.

Bersambung.