NovelToon NovelToon
ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Non Mey

Amira kira setelah menikah hidupnya akan bahagia tapi ternyata semua itu tak sesuai harapan. Ibu mertuanya tidak menyukai Amira, bukan hanya itu setiap hari Amira hanya dijadikan pembantu oleh mertua serta adik iparnya. Bahkan saat hamil Amira di tuduh selingkuh oleh mertuanya sendiri tidak hanya itu setelah melahirkan anak Amira pun dijual oleh ibu mertuanya kepada seorang pria kaya raya yang tidak memiliki istri. Perjuangan Amira begitu besar demi merebut kembali anaknya. Akankah Amira berhasil mengambil kembali anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Non Mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nia Memaksa

Setelah Angga pergi, tubuh Amira terasa semakin tidak nyaman. Ia berusaha melanjutkan aktivitasnya seperti biasa, tetapi kepalanya terasa berat, dan dunia seolah berputar. Hingga akhirnya, ia kehilangan kesadaran.

Ketika Amira terbangun, ia mendapati dirinya terbaring di atas kasur. Bu Sari duduk di sampingnya dengan wajah khawatir, membawa segelas air hangat.

“Amira, kamu pingsan tadi. Apa kamu sudah makan hari ini?” tanya Bu Sari lembut.

Amira menggeleng lemah. “Aku merasa tidak nafsu makan belakangan ini. Tubuhku juga sering terasa lemas.”

Bu Sari mengerutkan dahi. “Tunggu, jangan-jangan kamu…” Bu Sari menggantungkan kata-katanya, tetapi pandangannya penuh arti.

Amira memandang Bu Sari dengan bingung. “Jangan-jangan apa, Bu?”

“Jangan-jangan kamu hamil?” ujar Bu Sari dengan nada hati-hati.

Amira membelalak kaget. Pikiran itu belum pernah terlintas di benaknya. Namun, setelah mendengar ucapan Bu Sari, ia mulai mengingat-ingat beberapa hal rasa mual yang belakangan sering ia rasakan, kelelahan yang terus-menerus, dan jadwal menstruasi yang terlambat.

“Nggak mungkin…” gumam Amira dengan suara gemetar.

Bu Sari tersenyum kecil. “Kamu sebaiknya periksa ke dokter, Amira. Kalau memang benar kamu hamil, itu adalah kabar bahagia. Tapi, bagaimana rencanamu? Apa kamu akan memberitahu Angga?”

Amira menunduk, pikirannya bercampur aduk. Hamil? Kabar ini seharusnya menjadi kebahagiaan dalam sebuah rumah tangga. Namun, luka di hatinya masih terlalu dalam. Pengkhianatan Angga dengan Nia masih membayangi pikirannya.

“Tidak, Bu. Untuk sementara ini, saya tidak ingin Angga tahu,” ujar Amira dengan suara mantap, meski matanya berkaca-kaca.

Bu Sari memandang Amira dengan penuh simpati. “Tapi Amira, ini anak kalian. Angga berhak tahu tentang kehadirannya.”

Amira menggeleng dengan tegas. “Maaf, Bu Sari. Aku belum siap. Aku hanya ingin ini menjadi rahasia kita untuk sekarang.”

Bu Sari tidak ingin memaksa Amira. Ia tahu, Amira membutuhkan waktu untuk menghadapi semua ini.

Beberapa minggu berlalu, dan Amira mulai merasakan tanda-tanda kehamilan yang semakin jelas. Rasa mual di pagi hari, nafsu makan yang berubah-ubah, dan kelelahan yang terus mendera. Meskipun begitu, ia tetap berusaha menjalani pekerjaannya di laundry dengan sebaik mungkin.

Bu Sari, yang mengetahui kondisi Amira, selalu memastikan bahwa Amira tidak terlalu lelah. Ia bahkan sering mengingatkan Amira untuk makan tepat waktu dan beristirahat.

“Amira, ingat, kamu bukan hanya menjaga dirimu sendiri sekarang. Ada kehidupan kecil di dalam dirimu. Jangan terlalu memaksakan diri,” ujar Bu Sari suatu hari.

Amira tersenyum tipis. “Terima kasih, Bu. Saya akan berusaha lebih hati-hati.”

Namun, di tengah usahanya untuk menjalani kehidupan yang lebih tenang, Amira merasa semakin cemas. Bagaimana jika Ratna atau Angga mengetahui tentang kehamilannya? Apa yang akan mereka lakukan?

Suatu sore, ketika Amira sedang menjemur pakaian di halaman kontrakan, Loli tiba-tiba muncul. Wajahnya terlihat capek, namun senyuman ramah Loli terlihat juga.

“Kak Amira, aku mencarimu. Kakak nggak apa-apa kan tinggal di sini? Kenapa nggak pulang aja Kak. Di rumah Nia semakin berkuasa dan Ibu terus memaksa Kak Angga untuk menikahi Ani-Ani premium itu” ucap Loli dengan nada khawatir.

Amira terkejut melihat Loli. Ia tidak menyangka adik iparnya akan datang mencarinya. “Aku baik-baik saja, Loli. Tapi kenapa kamu ke sini?”

Loli menghela napas. “Ibu… Ibu bilang kalau Kak Amira tinggal dengan pria lain di kontrakan ini. Aku bilang itu nggak mungkin, tapi Ibu menyuruhku untuk mencari tahu sendiri.”

Amira mengerutkan dahi. “Ibu pasti salah sangka”

Loli mengangguk. “Iya, Kak. Tapi aku ke sini bukan untuk mendukung Ibu kok. Aku hanya ingin memastikan Kak Amira baik-baik saja.”

Amira tersentuh oleh perhatian Loli, tetapi ia tahu situasi ini semakin rumit. Jika Ratna terus mencari cara untuk mengusik hidupnya, ia harus lebih berhati-hati menjaga rahasianya.

Sementara itu, Angga semakin gelisah. Perasaan bersalah atas pengkhianatannya kepada Amira terus menghantui pikirannya. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh ibunya, tetapi ia tidak tahu apa.

Hingga suatu hari, tanpa sengaja, Angga mendengar percakapan antara Ratna dan Nia.

“Jika Amira benar-benar pergi dengan pria lain, itu akan menjadi alasan sempurna untukmu menikahi Angga,” ujar Ratna dengan nada puas.

“Semoga saja, Tante. Tapi, kalau begitu, apa yang akan kita lakukan jika ternyata itu nggak benar?” tanya Nia dengan nada cemas.

"Ibu yakin, kalau Amira memang sudah mencari lelaki lain. Lihat saja sampai sekarang dia tidak pernah mau kembali kesini walaupun Angga sudah membujuknya berapa kali. Lagian nih ya, kamu kan sedang hamil sebaiknya bujuk Angga biar cepat menikahimu sebelum perut mu semakin besar."

"Iya juga sih, Tante. Tapi gimana respon Angga saja seperti itu. Padahal aku sedang mengandung anaknya. Kalau Angga tetap tidak mau menikahi ku. Dengan terpaksa aku akan membawanya ke penjara. Aku tidak ingin anak ini lahir tanpa seorang Ayah."

Mendengar hal itu membuat Ratna takut, dia tidak ingin nama baiknya tercemar dan Angga mungkin akan dikucilkan oleh orang-orang karena telah menghamili Nia tanpa mau bertanggungjawab.

"Tenang saja,Nia. Aku yakin dalam waktu dekat ini pasti Angga akan melamar mu."

"Benar ya? Aku tunggu kabar baik dari Tante, kalau begitu aku pamit dulu ya Tan?"

Nia segera pamit setelah itu.

"Gawat, Angga harus cepat menikahi Nia. Kalau tidak anakku bisa dipenjara," batin Ratna semakin gelisah.

1
Aini Qu
Lumayan
Sri Wahyuni
bagus karya ini,.... ini realisasi kehidupan nyata
Non Mey: Makasih Kakak 🩷
total 1 replies
karya yang bagus, semoga kedepannya Amira punya keberanian untuk melawan mertuanya.gedek juga lihatnya
sangat keren
lanjutkan kakak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!