Simon adalah remaja berusia 16 tahun yang mempunyai pacar bernama Maria.
mereka sudah pacaran selama 3 tahun. ya, sejak SMP sampai saat ini. seluruh murid sekolah Bina Bangsa sudah tidak asing lagi dengan pasangan ini. bukan pasangan yang romantis sebenarnya namun mereka berdua sama sama berprestasi.
Simon yang pandai dalam berorganisasi dan calon ketua osis, sedangkan Maria yang berprestasi di bidang olimpiade sains.
Mari kita ikuti kisah cinta mereka disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seleksi OSN
Batu support supaya semangat! Boleh like atau komen. Kalo ada typo juga boleh bilang aja biar anti dibenerin..
...****************...
...****************...
Simon sedang bersama Maria dan beberapa anggota OSIS untuk mempersiapkan seleksi OSN.
"kak, dulu kakak pernah ikut OSN informatika kan? terus ini pak Raden juga ngasih rekomendasi kaka sama ka Cintia. Tapi kak Cintia juga di rekomendasikan untuk bidang Fisika. Sedangkan pendaftar informatika ga ada sama sekali. Jadi mau ya OSN Informatika?"
Maria menatap Simon dengan pandangan memohon dan manja.
"jangan liat aku kayak gitu," Simon langsung menjauh dari sana.
"ih kenapa sih" Maria menggerutu.
"Mar, yakin nih mau pake aplikasi ini aja buat seleksinya?"
"iya, biar kalian ga usah koreksi udah ada hasilnya.."
"tiap mapel cuma ada 2 siswa kok, kita masih bisa kalo koreksi manual. Lebih murah juga kan?"
"engga pake aplikasi aja. dana nya aman kok."
"tapi kita bisa pake dana itu untu..."
"gue ga mau tau ya kak Cintia, pokonya harus pake aplikasi ya aplikasi. Lakuin sesuai rencana aja jangan merubah konsep yang udah gue bikin."
Ucap Maria keras kepala.
"Lo, bisa lebih sopan kan? Gue kan cuma ngusulin. Karena disini gue sebagai bendahara yang tugasnya ngatur keuangan."
"emang uang yang turun kurang? gue pake uang gue kalo kurang!"
"Lo sombong banget sih Maria!" Cintia berteriak marah hal itu tak luput dari perhatian Simon.
Dia juga sebenarnya tidak menyangka kalau Maria memiliki sifat seperti ini. Simon menghela nafas dan mulai menengahi.
"Mar.."
"apa kak Mon juga mau bilang aku sombong?" balas Maria galak.
"eh? Ga gitu.. Cuma kamu bisa kan lebih sopan sama Cintia. Dia kaka kelas kamu loh.."
"jadi belain dia huh?!" Maria kecewa. Yang pacarnya siapa coba masa belain cewe lain.
"eh.. Ga gi.."
"yaudah, kalo OSIS punya cara sendiri silahkan lakukan cara kalian. Aku ga akan ikut campur lagi. Bilang sama pak Guntur aku mundur!"
"yaudah mundur aja, emang lo pikir lo ngaruh di tim OSN ini?"
"Cintia!!!"
"oke, gue keluar!" kini Maria keluar dari ruang OSIS menuju kelasnya yang memang tidak jauh dari sana. Wajahnya memerah menahan tangis, bukan karena Cintia, tapi karena sang pujaan hati lebih membela orang lain daripada dia.
Brakkk
Maria membuka pintu kelasnya kencang membuat semua anak yang ada disana kaget dan menghampirinya
"kenapa Mar?"
"semuanya mundur gue butuh waktu sendiri."
"uuhhh sayangnya guee.." kini Ayu memeluk Maria dan menyuruh yang lain pergi. 'biar gue yang handle' ucapnya tanpa suara.
"Ayuuuuu..." rengek Maria manja.
"kenapa huh?"
"gue, gue cemburuuu... Huhu"
"eh?" Ayu heran.
Sedangkan di ruang OSIS, Simon langsung memarahi Cintia.
"lo ga seharusnya gitu, lo tau bahkan sekolah susah payah bikin Maria mau sekolah disini. Biar bisa ngebimbing anak OSN disini"
"lo belain dia karena lo pacaran kan sama dia? Udah deh ngaku aja!" ucap Cintia keras membuat anggota yang lain menoleh kaget.
"ini ga ada hubungannya Cintia, lo tau bahkan tadi gue juga negur dia kan?"
"Lo nya aja yang kelewatan. Harusnya lo ga usah berdebat dan lakuin aja apa yang udah dia konsep."
"gue heran, apa sih yang bikin lo suka sama dia? Lo liat sendiri sifat sombongnya itu."
"dia bahkan seenaknya sama kakak kelas. Sekarang gue ngerti kenapa kak Tissa sampe labrak dia !"
"lo liat apanya sih?! Buka mata lo!!"
"Cintia maksud lo apa? Ini sama sekali ga ada hubungannya dengan masalah barusan. Urusan gue sama dia itu urusan pribadi. Gada sama sekali urusannya dengan OSN ini"
"alahh bilang aja lo sok sok an bantuin dia cuma biar kalian bisa deket kan? Bisa sambil pacaran kan? Dasar modus!"
"CINTIA STOP!"
Simon membentak, Cintia langsung menunduk kaget, matanya sudah berkaca kaca.
"Lo ga tau pacaran seperti apa yang gue sama Maria jalani. jangan menghakimi hanya karena lo tau gue sama Maria pacaran!"
"sekarang lo minta maaf sama Maria, atau lo lo keluar dari tim ini." tambah Simon sambil berlalu dari sana.
Rafi yang melihat Simon keluar langsung mengikutinya.
"lo sih Cin, tau sendiri Simon kalo udah marah gimana." Fia menghampiri shabatnya dan memeluknya, Cintia menangis dipelukan Fia.
"beneran Maria pacarnya kak Mon?"
"dari yang barusan gue dengar sih kak Mon ga ngebantah. Berarti beneran dong?"
"eh kalian jangan sampai bocor ke yang lain ya konflik ini. Termasuk masalah pacar pacaran itu, sebelum Simon sendiri yang mengakui!!" ujar Fia.
"iya kak!" mereka mengerti. Lagian mereka juga takut sama Simon kalo sampai marah.
sementara itu Rafi yang mengikuti Simon kaget ternyata yang simon datangi adalah mushola. Ia melihat Simon mengambil wudhu dan melaksanakan shalat. Huft. Mau tidak mau Raffi juga melakukan hal yang sama.
Setelah selesai Raffi menyentuh pundak Simon.
"Mon,"
"ya?" balas Simon singkat, kini mereka duduk berhadapan.
"kenapa kesini? Gue kira ke kelas Maria"
"itu urusan Cintia."
"lo ga liat ya mereka berdua sama sama saling cemburu?"
"iya gue tau. Urusan gue sama Maria nanti aja. Yang penting Cintia dulu"
" kenapa ga gopublik aja sih kalian?"
"lo tau sendiri aturan disini."
"ya kan lo bisa pake alasan dijodohin wkwkwk.."
"engga lah, kesannya kepaksa banget gue sama Maria, padahal gue yang ngebet ngejar ngejar dia."
"tapi gue ga nyangka Maria begitu, gue kira dia anggun dan lembut lohh" kini Raffi berkomentar.
"gue juga" simon mengusap wajahnya gusar.
"terus gimana? Mau lo putusin aja? Bener sih pa kata Cintia, Maria sombong dan angkuh"
"ya ga gitu juga konsepnya bodoh. mana bisa satu sifat jelek merubah pandangan gue ke dia?"
"gue nerima dia apa adanya kok." imbuhnya sambil menerawang ke kejadian tadi ketika Maria menatapnya. Saat meta mereka bertemu, ada banyak gejolak hormon pubertas yang meronta ingin dituntaskan. maka dari itu Simon langsung pergi dan mencari pekerjaan yang lain.
"seleksi kejurnas Badminton antar sekolah lo udah siapin?"
Tanya Simon mengalihkan pemikirannya.
Masih banyak yang harus ia pikirkan dibandingkan mengurus hormon sialan itu.
"iya minggu depan udah mulai pembentukan tim."
"lo mau masuk?" tanya Raffi
"engga, yang lain aja, gue masuk tim OSN."
"ha? Yakin lo?"
"iya.. Kadang vue minder kalo ngebahas OSN sama Maria. Jadi gue juga harus ikutan dan dapet mendali."
"kak Mon!!" ujar seorang anggota OSIS Lara namanya.
"kenapa?"
"dipanggil Pak Guntur."
"oh oke"
Simon menghela nafas. Ini pasti masalah barusan.
Diruangan pak Guntur, Simon duduk berhadapan dengan pak Guntur.
"saya sudah dengar permasalahan Cintia dan Maria."
"Simon kamu tau kan kalopun ada yang harus keluar dari tim OSN itu bukan Maria?"
"iya pak, saya sudah menyuruh Cintia untuk meminta maaf pada Maria."
"tapi yang terjadi adalah sebaliknya Simon, Cintia yang mengadukan hal ini kepada saya dan meminta saya mencari pengganti Maria. Dia bahkan bilang kalo Maria hanya ingin berdekatan saja dengan kamu tanpa memikirkan seleksi OSN ini."
Simon mengangkat kepalanya dan menatap pak Guntur
"pak apa Cintia..."
"iya, cintia bilang kalau kalian pacaran. Jadi apa pembelaan kamu?"
"kami sudah pacaran sejak SMP pak. Orang tua kami juga sama sama sudah tau, tidak mungkin saya memutuskannya hanya untuk jabatan dan aturan sekolah ini." jawab Simon mantap. Pak Guntur mengangguk mengerti.
"jangan terlalu mengekpos kedekatan kalian. Itu aja permintaan saya. dan satu hal lagi, ini"
Pak Guntur menyerahkan sebuah amplop kepada Simon.
"surat panggilan untuk orang tua kalian. Simon saya mengerti, namun peraturantfc tetaplah peraturan. Silahkan minta ayah kamu menjelaskannya kepada kami."
"baik pak, saya akan menyampaikan ini. Dan untuk masalah Cintia..."
"saya akan tindak lanjuti. Silahkan kamu kembali ke kelas."
...****************...