Trisha Adalah gadis yang tinggal di sebuah desa di australia, keluarganya sangat ketat dengan pergaulannya, ia bersama sepupunya Freya hanya di perbolehkan bekerja dirumah dan membantu pekerjaan rumah, bahkan ia tidak di perbolehkan untuk bekerja atau pun kuliah. Sampai di suatu ketika Freya membawa kabar bahagia pada Trisha bahwa ia akan menikah dengan seorang lelaki yang berasal dari ibu kota. Kedua keluarga membuat perjodohan itu, dan semuanya mulai di sibukan untuk acara pernikshsn, namun tanpa disangka-sangka Trisha bertemu dengan seorang lelaki tampan di sebuah toko kue. Pandangan mereka berdua bertemu, Trisha hanya memandang lelaki itu biasa saja, namun tidak dengan lelaki rupawan bernama Adrian, yang ternyata lelaki yang akan di jodohkan dengan Frey.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Purpledee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12. Berbaikan
Adrian terdiam seribu Bahasa. sesekali ia menunduk, dan menatap Trisha dengan penuh penyesalan. “Kau benar-benar sialan!” Maki Trisha.
“KAU BENAR-BENAR SIALAN!” teriak Trisha berkali kali sambil mendorong dada Adrian berkali-kali. Tapi Adrian hanya menerimanya.
“AKU SANGAT MEMBENCIMU! AKU SANGAT MEMBENCIMU! AKU—”
Adrian menarik leher Trisha dan membungkam mulut Trisha dengan bibinya. Trisha langsung mendorong tubuh Adrian seketika. Mata Trisha terbuka lebar, wajahnya sangat Syok.
“M-maafkan aku, Trish!”
Tamparan keras langsung menghantam wajah Adrian. Trisha yang masih Syok langsung menyeka bibirnya dengan tangannya berulang kali, matanya berderai air mata.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Trisha dengan penuh penekanan. “Trish—”
“APA YANG KAU LAKUKAN?!” teriak Trisha yang Kembali meluapkan amarahnya.
“Maafkan aku, Trish! Aku sangat menyesal.” Suara Adrian melembut dan berusaha meminta maaf. “Keluar! Keluar dari kamar! Keluar!” Trisha mendorong Adrian untuk keluar dari kamar.
“Trish ak—” Perkataan Adrian terhenti Ketika Trisha mengambil sebuah guci bunga dan melemparnya.
PRAKK!
“KELUAR!”
Adrian langsung keluar karena terkejut. Dada Trisha naik turun, wajahnya memerah, ia memegang kepalanya, lalu mendudukan dirinya di sofa mencoba untuk menenangkan diri.
...○...
Adrian berjalan jalan di sekitar kolam berenang belakang rumah, ia merenung menatap air kolam berenang yang tampak tenang, sesekali ia memejamkan matanya mengingat hal yang baru saja terjadi padanya.
“Apa anda ingin secangkir kopi tuan muda?” Lydia yang sedang ada di gazebo dekat kolam, menyapa Adrian.
Adrian menoleh mendapati Lydia yang sedang bersantai dengan lingeri berwarna biru tua. Lydia memang seorang pelayan di rumah itu, namun Kawasan belakang rumah dekat dengan asrama para pelayan.
“Terima kasih, tapi secangkir kopi tidak akan membantuku.” Kata Adrian yang tampak dingin. Lydia tersenyum lalu menyeruput secangkir kopi. “Apa anda menyukai pernikahan anda?” tanya Lydia yang Kembali membuat Adrian menoleh.
Adrian menghampiri Lydia dan menyandarkan tubuhnya di tiang gazebo. Ia menarik nafasnya dengan berat sambil bersedekap dada. “Seperti yang kau lihat.” Adrian menjedanya “Sulit.” Lanjutnya.
Lydia Kembali mengambil cangkir kopinya. “Ya tuhan, bukankah setiap Wanita milikmu saat dia menginginkannya?” ucap Lydia lalu meminum kopinya.
Adrian menatap Lydia, pandangan mereka bertemu satu sama lain. “Apa yang terjadi? Apakah anda gagal menjadi seorang suami?” Lydia menyimpan cangkir kopinya dan menatap Adrian dengan penuh perhatian, Ia bangkit dari duduknya dan mendekati Adrian yang muram. “Mungkin,”
Lydia tersenyum, ia menyimpan tangannya di pundah Adrian “Apakah itu sebabnya anda mempermalukan aku di depan istri anda?” tanyanya dengan suara yang selembut mungkin.
“Tidak, Lydia. Kau hanya berlebihan.” Jawab Adrian “Hentikan semuanya!” bisik Adrian. Lydia mengelus Pundak Adrian
“Kenapa, Adrian?” Lydia mulai berani menyentuh tubuh Adrian. “Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi?” tanya Lydia sambil mengelus wajah Adrian.
Adrian langsung berpaling dan berdecih tidak suka. Tanpa berkata apa pun, Adrian langsung meninggalkan Lydia begitu saja.
...○...
Setelah beberapa lama kemudian, Adrian memberanikan diri untuk Kembali ke kamar. Adrian menempelkan telinganya sebelum ia membuka pintu. Semuanya terdengar hening, dan ia pun membuka pintu. Lampu kamar sudah dimatikan saat Adrian masuk, ia melihat Trisha yang tertidur di atas Kasur. Adrian melangkah dengan hati-hati menghampiri Trisha.
Ia menatap Trisha dan menilik setiap inci dari wajah istrinya itu. Senyuman merekah di wajah Adrian, seolah olah kejadian tadi sudah ia lupakan. Malam itu Adrian tidur di Sofa tempat Trisha tidur sebelumnya.
...○...
Di pagi harinya, Adrian bangun lebih pagi dari pada Trisha, ia sudah Bersiap untuk pergi bekerja. Tapi Trisha masih tertidur pulas di atas Kasur sambil memeluk bantal. Sebuah ide jahil terpintas di benaknya, di yang saat itu tengah memakai parfum menghampiri Trisha dan mendentingkan botol parfumnya pada gelas, tapi Trisha masih tertidur. Lalu ia melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur. Tapi Trisha masih saja tertidur.
Tak kehabisan akal, ia melemparkan ponselnya tepat di samping Trisha. Adrian mengambil ponselnya sambil mendekati Trisha, tapi Saat itu Trisha langsung terbangun dan mendorong Adrian.
“Apa yang kau lakukan?” pekik Trisha yang baru saja terbangun. Adrian terkekeh puas sambil meninggalkan tempat tidur. “Aku hanya mengambil ponselku,” Alasannya.
“Wajah macam apa yang kau pasang di wajahmu? Hah? Bukankah aku mengusirmu kemarin malam?” pekik Trisha di pagi hari.
“Trisha, aku tidak tau harus tidur dimana. Ya tuhan, kau tega sekali.” Protes Adrian
“Kau tidak perlu khawatir, aku akan pergi bekerja agar kau bisa tidur dengan tenang.” Lanjut Adrian. Trisha memutar bola mata kesal.
“Terserah, lakukan apa pun yang kau inginkan. Aku bahkan tidak ingin melihat wajahmu.” Ujar Trisha lalu memijat kepalanya yang pening, bahkan di pagi hari. Adrian mencoba mendekati Trisha, dengan duduk di sampingnya. “Tris—”
“Apa lagi!?” pekik Trisha bak seorang ketua gangster jalanan. Tapi Adrian masih tersenyum, baginya di pagi itu wajah Trisha terlihat lebih lucu saat sedang marah atau kesal. Adrian memberikan Flying kiss pada Trisha.
“ Oke, sampai jumpa lagi, Istriku tercinta!” ucap Adrian yang melembut sambil tersenyum. Tapi Trisha malah menatapnya tajam lalu mengambil bantal untuk melemparkannya pada Adrian, tapi Adrian langsung berlari sambil tertawa.
Setelah Adrian pergi, Trisha bangkit dan menelpon Freya. Setelah kemarin malam menerima sebuah pesan dari seseorang tak di kenal. Trisha menggigit kukunya saat ia menunggu nanda sambung.
“Hallo Trish?”
”Frey, aku menelponmu kemarin, kau kemana saja?”
“Trish, tunggu. Aku tidak percaya akan mengatkan ini, tapi kita akan pergi ke Malebroune.”
“Apa?”
“Aku bersumpah Trish, kemarin ayahku memberi tau ibuku dan bibi, kami akan datang berkunjung selama dua hari.”
Trisha yang mendengar itu langsung kegirangan. “Benarkah? Frey aku sangat merindukanmu, ibuku, dan bibi cylin.”
“Aku juga sangat senang, Trish. Hari ini banyak yang harus aku lakukan, aku akan menelponmu lagi nanti.”
“Baiklah, Frye. Titip salamku pada ibu.”
Trisha pun mengakhiri telpon itu. Ia melompat lompat kegirangan lalu pergi ke bawah untuk sarapan dan menyapa semua anggota keluarga. Sesampainya di ruang keluarga, Trisha langsung menyapa anggota keluarganya, ada Ny. Audy, ibu dan ayah mertuanya, dan juga kakak iparnya.
“Bu, beberapa hari ini aku tidak melihat Hana.” Tanya Trisha. “Dia tinggal di asrama sekolahnya, kemarin.” Jawab ibu mertuanya. Setelah Tuan jeradisn turun, semua langsung pergi keruang makan dan sarapan bersama.
...○...
Sarapan selesai, semunya pergi melakukan pekerjaannya masing-masing. Trisha pergi ke kamarnya untuk bersantai, ia membaca beberapa buku di balkon kamarnya. Dan beberapa lama kemudian, ia mulai bosan dan memutuskan untuk turun.
Saat ia menuruni anak tangga, tak sengaja ia bertemu dengan Lydia yang sedang membersihkan tangga. “Pagi Lydia.” Sapa Trisha yang masih merasa canggung. Lydia hanya menganggukan kepalanya dan melanjutkan pekerjaannya. Tapi Trisha tiba-tiba terhenti dan menoleh pada Lydia.
“Em, aku ingin minta maaf soal tempo hari. Adrian salah paham tentangmu.” Jeda Trisha menundukan kepalanya beberapa saat. “Tapi aku mengerti. Bagaimanapun, kau adalah seorang ibu. Itu sebabnya kau bereaksi seperti itu padaku.” Lanjut Trisha.
Lydia memutar bola matanya, “Apa anda membutuhkan sesuatu, Nona Trisha?” tanya Lydia sedikit ketus. “Tidak, terima kasih. Maaf menganggu pekerjaanmu.” Trisha pun pergi.
Ia menuju gazebo dekat kolam berenang dan kebetulan di sana ia bertemu dengan Viona, yang kemarin malam baru pulang dari rumah sakit.
“Kak Viona?” Sapa Trisha. Viona tersenyum membalasnya. “Bagaimana Keadaan kakak?” Trisha memeluk Viona setelahnya. “Aku baik-baik saja jangan Khawatir.” Mereka berdua bersantai berdua dan saling berbagi cerita satu sama lain, di saat semua orang memiliki ke sibukan mereka masing-masing.
...○...
...○...
...○...
To Be Countinue...