Desya yang terlahir dari keluarga sederhana ia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang lelaki yang dimana lelaki itu inti dari permasalahannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veli2004, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu dokter Dara
Sialnya karena suaraku yang sangat pelan tak ada satupun pelayan yang datang, jangankan pelayan bahkan nyamuk pun tak bisa mendengarnya.
"Riri! " teriakku dengan suara yang lantang.
Sambil terus memegang perutku yang terasa sakit.
Tap Tap Tap....
Suara langkah kaki yang sangat cepat masuk kedalam kamarku, Riri berjalan kearahku dengan tergesa-gesa.
"Ada apa Nyonya?" Tanya Riri.
"Perutku sakit, ayo antar aku kerumah sakit" ucapku.
Dengan segera mungkin Riri membantuku untuk berdiri, aku di bantu berjalan menuruni anak tangga.
"Kenapa bisa perut anda sakit Nyonya? " Tanya Riri lagi sambil terus membantuku.
"Aku juga nggak tau" jawabku pelan.
Saat sudah sampai di lantai bawah, aku hanya bisa melirik kearah Evan yang sedang berjalan menuju kearah kami.
"Ada apa? " Tanya Evan.
"Perut Nyonya sakit, kami akan kerumah sakit" sahut Riri .
Wajah Riri sangat ketakutan saat melihatku begini, aku tahu jelas dia sangat khawatir dengan diriku.
Tak ada jawaban dari Evan, kami pun segera keluar dari rumah.
Aku memanggil sopir pribadi milik Evan, dengan segera aku masuk kedalam mobil. Sementara Riri ikut bersamaku untuk memastikan bagaimana keadaanku.
Tak butuh waktu lama karena memang keadaan yang begitu memprihatinkan mobil berwarna putih itu langsung keluar meninggalkan rumah besar Evan.
Aku menyandarkan kepalaku kebahu Riri, rasanya seperti aku sudah tak ada tenaga lagi dengan terus menahan rasa sakit ini.
”Aku bisa gila” Batinku kesal.
Bagaimana tidak, aku terus memikirkan kondisi janinku.
"Nyonya kita nggak lama lagi akan sampai, anda harus tahan" ucap Riri menyemangati ku.
Keringatku, terus turun membasahi pipi serta telingaku.
Singkat cerita kami telah sampai dirumah sakit besar yang ada di kota itu, aku segera turun dengan dibantu oleh Riri untuk masuk kedalam.
Sesampainya kami didalam, terlihat ada beberapa orang dan kami disuruh untuk menunggu diruang tunggu.
Rasanya sangat lama karena beberapa pasien yang masuk lama sekali keluar, aku juga sangat tak sabar.
Riri terus saja menguap disampingku, keliatannya dia sangat capek sekali.
"Tidur saja kalau mau nanti aku bangunkan kalau sudah selesai" ucapku kepada Riri karena iba kepadanya.
Dia mengangguk, namun tak butuh beberapa menit dia tertidur dengan pulasnya.
Disebelahku, ada Riri, dia tertidur, aku menatap padanya untuk beberapa saat lalu aku menghela nafasku.
Di sela terpejamnya kedua kelopak mataku aku merasakan sakit di bagian perutku.
"Nngh-" aku kembali menghela nafas berusaha menenangkan diri.
"Sialan, berapa lama dokter akan kesini" Umpat ku kesal.
Aku mencoba menenangkan diri agar rasa sakit tersebut cepat-cepat mereda. Namun sayangnya hal tersebut sama sekali tidak membantu.
Aku merasakan sakit di kepala mulai timbul juga, aku kembali menghela nafasku.
"Ini benar-benar hari paling menyebalkan dalam hidupku" gumamku.
"Kau baru sebulan sudah menyiksaku" Umpat ku pada janin ku sendiri namun dengan suara yang pelan agar beberapa orang tak bisa mendengarnya.
Setelah beberapa saat, nama ku pun dipanggil untuk masuk kedalam ruangan tersebut. Aku lalu meninggalkan Riri yang masih tertidur diruang tunggu.
Sebuah pintu terbuka dan terlihat dokter wanita berdiri didepan ku, aku pun masuk ke dalam ruangan tersebut lalu duduk menyamping kursi yang ada didepannya.
Dia duduk di hadapanku lalu dia mengangguk seolah memberi tanda untuk menjelaskan masalahku.
"Dok, beberapa hari ini aku sering sakit kepala dan bahkan sekarang perutku terasa sakit sekali".
"Aku juga sering mual, aku juga pernah muntah beberapa kali" sambung ku lagi menjelaskan semua masalahku.
"Anda bukannya istri Tuan Evan?" Tanya dokter wanita itu.
Aku mengangguk untuk mengiyakan pertanyaannya.
"B-baik saya akan segera mengecek kondisi janin anda" ucap dokter wanita itu lagi.
Dia langsung tahu bahwa aku tengah mengandung, yah aku tak heran karena semua penjelasan aku berikan kepadanya.
Lalu, dia menyuruhku untuk baring diatas kamar pasien,sementara aku hanya menurut saja dengan apa yang ia bilang.
Dia kemudian merogoh alat-alat medis yang dibawanya lalu mengambil stetoskop yang terselip di lehernya, ia membawa ujung stetoskop tersebut untuk dirapatkan didepan perutku.
Berusaha untuk mendengarkan jantung janin ku dengan stetoskop tersebut. Ia lalu membawa alat yang lainnya untuk mengukur tekanan darah ku dan lainnya.
"Sudah saatnya kita melakukan ultrasound, untuk melihat kondisi janin anda".
Ia lalu membawa alat yang digunakan buat ultrasound tersebut.
singkat cerita pemeriksaan semuanya telah selesai.
"Janin anda dalam kondisi yang tak normal namun, hal yang paling menyedihkan adalah kondisi anda saat ini" ucap Dokter itu.
"Apa aku dalam kondisi buruk Dok? " Tanyaku ketakutan.
Dia menatapku, dari atas kepala hingga bawah kaki.
"Anda sepertinya tertekan dengan fikiran yang terus menerus mengelilingi otak anda. Saya sarankan untuk jangan terlalu banyak fikiran karena itu dapat mempengaruhi janin anda sendiri" jelasnya.
"Jadi kalau banyak fikiran itu berpengaruh Dok? " tanyaku sekali lagi karena aku sama sekali tak tahu tentang kehamilan dan apa yang tak boleh dan apa yang boleh.
"Ya, itu mungkin terdengar sangat aneh, namun hal tersebut sudah terjadi pada banyak wanita hamil. Jika memang Anda dalam kondisi stres atau semacamnya bisa menyebabkan banyak hal pada janin Anda" jawabnya dengan kepala tertunduk.
Aku mengangguk faham dengan apa yang dijelaskan oleh dokter tersebut.
"Jika anda memiliki masalah, lebih baik langsung saja anda ceritakan, jadi nanti kita bisa mencari solusi untuk masalah tersebut. Karena kondisi anda sekarang benar-benar parah sangat mempengaruhi janin anda".
"B-baik Dok" jawabku pelan.
"Oke, mari kita berbicara dengan tenang. Apa yang membuat Anda stres?" tanya dokter itu.
"Hanya berfikir tentang janin ini, nggak ada yang lain" Jawabku yang menutupi semua kebenaran yang ada.
Aku tak mau jikalau masalah pribadiku dengan Evan di ketahui oleh orang lain pasti akan menjadi masalah yang sangat rumit apalagi dokter ini mengenal Evan.
"Pertahankan fikiran Anda dalam kondisi baik saja, jangan sampai Anda memikirkannya terus-menerus. Juga pastikan untuk makan yang cukup serta tidur teratur. Jangan berfikir terlalu banyak dan terus ingatkan pada dirimu sendiri kalau semua akan baik-baik saja." ucapnya dengan senyuman.
"Siapa namamu? " tanyaku kepadanya.
"Aku Dara" jawabnya.
"Dokter Dara Apakah aku boleh meminta sesuatu kepadamu? " tanyaku serius.
"Silahkan" jawab Dokter itu.
"Jangan memberitahu kepada siapapun tentang kehamilanku, apalagi dengan Evan" ucapku.
"kenapa? " Tanya nya.
"Aku takut dia nggak akan menerima bayi ini" ucapku dengan wajah lesu.
Tanpa bertanya lagi dia hanya mengangguk faham dengan apa yang aku katakan,setelahnya selesai aku langsung keluar dari ruangan itu lalu menghampiri Riri yang sudah berdiri untuk menyambutku.
"Nyonya, bagaimana dengan perut anda? " Tanya Riri.
"Baik-baik saja, perutku perih karena aku suka makan pedas" jawabku berbohong.
"Baik saja, mungkin aku hanya makan yang pedas makanya sakit" ucapku berbohong kepadanya.
Setelah mendengar jawaban ku rasanya Riri lega karena tak ada terjadi apapun kepadaku.