Cerita ini untuk fatcat dengan happy ending
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Menatap ke arah mansion yang begitu megah, sungguh Nathan dibuat kagum oleh bangunan tersebut.
"Mari tuan muda" ucap seorang kepala pelayan yang bernama George, mengantarkan Nathan untuk memasuki mansion.
Melangkahkan kakinya, mengikuti kepala pelayan yang menjadi penunjuk jalan. Matanya tak henti menatap kesana kemari, mengagumi setiap keindahan dalam mansion.
Kepala pelayan itu membawanya ke sebuah ruang kerja, dimana ayah kandungnya berada.
"Akhirnya kamu datang juga" kursi yang tadinya membelakangi arah pintu, kini telah berbalik. Menampilkan pria paruh baya yang tampan dengan kharisma luar biasa. Tak lupa kaca mata turut bertengger di hidung mancungnya, menambahkan kesan seksi.
"Ini beneran ayah kandungku ?" batin Nathan bertanya-tanya. Ia masih tidak habis pikir, orang sesempurna ini adalah ayahnya ? Apa benar tidak salah ?
"Kau bisa meninggalkan kami George" perintah Dominic yang langsung dilaksanakan oleh George.
"Mendekat lah Nathan" Nathan melangkahkan kakinya untuk mendekat, seperti yang diperintahkan orang tersebut.
"Kamu tau kan kalo kamu akan jadi penerus ku ?" Nathan menjawabnya hanya dengan anggukan kepala.
"Apa kamu sudah siap ?" Dominic kembali bertanya pada putranya.
"Siap tidak siap, saya harus menyiapkan diri sebaik mungkin bukan." pria yang mengaku sebagai ayah kandungnya itu tersenyum mendengar jawaban darinya.
"Bagus, aku suka jawabanmu. Oh ya, coba panggil aku dengan sebutan Daddy." pintanya
"D-daddy"
"Ya seperti itu. Dan jangan terlalu formal saat berbicara denganku, kecuali saat ada acara penting atau resmi berlangsung." Nathan menganggukkan kepalanya paham.
"Oke Dad"
"Sekarang kemari lah" Dominic merentangkan tangannya, memberikan arti bahwa dirinya ingin sebuah pelukan. Lantas Nathan mendekat, kemudian menghambur ke pelukan ayahnya.
"Jadi begini rasanya pelukan dengan seorang ayah/anak." batin Dominic dan Nathan bersamaan. Agak lama ayah dan anak itu berpelukan, lalu Dominic yang mengurai pelukan tersebut.
"Selamat datang dan bergabung di keluarga McCartney putraku." kata Dominic sembari tersenyum, membuat Nathan akhirnya membalas senyuman pria itu juga.
"Aku akan mencoba menyayangimu, karena bagaimanapun kamu adalah darah daging ku sendiri." batin Dominic penuh dengan kesungguhan.
"Besok atau tidak lusa, Kakek dan Nenekmu ingin bertemu kamu." beritahunya
Saat Dominic menjelaskan pada orang tuanya bahwa keduanya akan memiliki seorang cucu, antusiasme terpancar dari raut muka pasangan tersebut. Karena orang tua Nathan memang sudah sangat ingin memiliki cucu, sampai mendesak anak tunggalnya itu untuk segera menikah. Bukannya mendengar kabar pernikahan dari putranya, malah kabar bahwa putranya itu sudah memiliki anak. Siapa yang tidak terkejut. Tapi tak dapat dipungkiri, ayah dan ibu Dominic senang akhirnya mendapatkan seorang cucu walau dari sebuah kesalahan yang pernah dibuat oleh Dominic dulu.
"Baik Dad"
"Kalo begitu kamu bisa masuk ke kamar sekarang. Kamu pasti capek kan ?" Nathan mengangguk membenarkan.
"Iya Dad, kalo gitu Nathan mau istirahat."
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Sepasang suami istri menatap sang anak bungsu dengan tatapan bimbang dan sedih.
Sang Istri, Zoe, memberikan elusannya pada bahu sang suami, Morris. Dia menatap suaminya dan mengangguk. Morris menghela nafas tidak sanggup, tapi dirinya juga tidak bisa menunda untuk memberitahu Meyra.
"Meyra, Papa ingin bilang suatu hal yang penting ke kamu." Morris dan Zoe mengambil duduk di sebelah sofa, dimana Meyra duduk bersama Keyra dan Josh. Ketiganya memang sedang bersama melihat sebuah tayangan dari televisi.
Bukan hanya Meyra yang menatap ke arah Morris yang bicara barusan, tapi Keyra dan Josh juga.
"Ada apa Pa ?" entah mengapa Meyra merasakan perasaan tidak enak menyangkut hal yang akan dibicarakan Papanya.
"Sebelumnya maafin Papa" lagi-lagi Morris menghela nafasnya. Tangan Zoe meraih tangan suaminya untuk digenggam, sambil mengelusnya pelan. Meyakinkan bahwa Morris memang harus memberitahu Meyra hal ini.
"Rekan kerja Papa ingin menjodohkan kamu dengan anaknya."
"Hah, Meyra gak mau Pa. Papa tau sendiri kan kalo Meyra suka sama Nathan." Meyra langsung menolak, begitu mendengar yang dibicarakan oleh sang Papa adalah perihal perjodohan.
"Papa tau Meyra, Papa sudah berusaha untuk menolak. Tapi, Papa kalah power dengannya. Dia mengancam akan menghancurkan perusahaan Papa jika Papa tidak menuruti keinginannya untuk menjodohkan kamu dengan putranya." Morris menatap putri bungsunya sedih dan juga bersalah, tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolak perjodohan tersebut.
"Serius Pa, Papa gak bohong kan sama Meyra ?" karena bagaimanapun Papanya kan pernah agak tidak setuju jika dirinya menjalin hubungan dengan Nathan. Ia hanya takut ini hanya alasan Morris untuk memisahkannya dengan lelaki pilihannya.
"Papa serius Meyra. Maafin Papa ya sayang." Meyra mencari kebohongan dimata sang Papa, tapi sayangnya tidak dia temukan. Jadi benar yang dibilang oleh Papanya barusan.
Ya Tuhan, apalagi ini. Hubungannya dengan Nathan sedang baik-baiknya kenapa harus ada hal seperti ini. Apa yang akan dibilangnya nanti pada Nathan. Haruskah dirinya berbicara jujur atau membunyikan saja dari Nathan ?
Keyra memeluk adiknya itu memberikan kekuatan, karena sang adik jelas merasa sedih saat ini. Meyra menerima pelukan kakaknya dan membalasnya dengan erat.
"Sayang kamu gak bisa bantu Papa kah ?" tanya Keyra pada tunangannya, Josh. Meyra langsung saja menatap tunangan kakaknya penuh harap, siapa tau Josh bisa membantu.
"Maaf sayang, aku gak bisa." Josh menatap Keyra lalu mengalihkan pandangannya menatap Meyra bersalah.
"Maaf ya dek, kak Josh gak bisa bantu kamu. Tapi kakak bakal pikirin nanti siapa tau ada caranya untuk ngebatalin perjodohan itu. Untuk saat ini, kamu terima saja dulu perjodohannya." mata Meyra sudah berkaca-kaca mendengar penjelasan dari Josh. Ia tidak mau membiarkan air matanya jatuh di sini. Jadi buru-buru Meyra melepaskan pelukan Keyra, kemudian berlari menuju ke kamarnya.
"Meyra" panggil Morris dan Zoe bersamaan.
"Dek" panggil Keyra
"Biar Papa susul"
"Mama ikut. Kamu disini saja ya sayang temani Josh." suruh Zoe pada putri sulungnya. Lalu wanita paruh baya tersebut melangkahkan kakinya untuk menyusul sang suami.
"Meyra ini Papa nak" Morris mengetuk pintu kamar putrinya. Satu detik, dua detik, tidak ada jawaban. Setelah Zoe datang menyusul pun Meyra belum membukakan pintu kamarnya.
"Meyra sayang, please buka pintunya nak." kini Zoe yang mencoba membujuk. Dan akhirnya Meyra mau juga untuk keluar. Dilihatnya gadis itu yang sudah basah oleh air mata. Zoe langsung memeluk Meyra dengan erat.
"Maaf, maafin Papa sama Mama ya nak tidak bisa mencegah perjodohan ini. Maafkan kami karena membuat kamu jadi sedih seperti ini sayang." Meyra melepaskan pelukan Mamanya kemudian menggeleng.
"Papa sama Mama gak salah kok. Meyra sedih aja sama keadaan ini, dimana Meyra tidak diperbolehkan untuk menolak dan membuat keputusan sendiri. Disini yang salah rekan kerja Papa itu yang memaksakan kehendaknya, bukan Papa." jelas Meyra, membuat Morris dan Zoe akhirnya bisa bernafas lega. Bagaimanapun, Meyra harus mencoba mengerti keadaan Papanya. Dia tidak mau menyalahkan Morris, karena sang Papa sendiri saja sudah kesulitan dengan posisinya.
"Bagaimanapun caranya, Papa akan mencari jalan keluar untuk bisa membatalkan perjodohan ini. Tunggu ya sayang." Meyra mengangguk dalam pelukan Papanya. Zoe juga ikut dalam pelukan tersebut.