Orang tua yang bercerai, keluarga yang berantakan, cinta yang menyakitkan di masa lalu sampai meninggalkan trauma yang mendalam, membuatnya tumbuh menjadi gadis yang nakal, suka membangkang, sering mabuk-mabukan, dan mengikuti balap liar. Sering kali dia ingin menyerah atas hidupnya, tetapi dia tidak senekat itu untuk mengakhiri nyawanya sendiri.
Marsya hanya sering menyakiti dirinya sendiri seperti menyayat lengannya, hanya untuk menyamarkan rasa sakit di hatinya.
Setelah lelah hidup di lingkungan yang menurutnya berantakan, ia memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, menempati rumah mendiang neneknya,
akankah setelah merantau kehidupan Marsya akan membaik dan bisa melupakan traumanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melawan
Marsya menghubungi teman-temannya satu persatu, mengirimi pesan, menelpon berkali-kali, tetapi tidak ada yang menghiraukannya, bahkan Rayhan pun tidak dapat di hubungi.
"bangsattt kenapa pada gak bisa di hubungin sih" gumam Marsya masih berdiri di ambang pintu kamar kost, Yosi yang mendengar suara Marsya bangkit dari ranjangnya dan bertanya kepadanya.
"kenapa Marsya?" ucapnya masih dengan duduk di atas ranjangnya.
"Mona, sama yang lain mana?" ucap Marsya
"mereka pulang" ucap Yosi mengangkat kedua bahunya.
"serius? Mereka ninggalin aku? Disini?" ucap Marsya sedikit meninggikan suaranya.
"kenapa sih? Udah lah santai aja, sini masuk, nanti aku antar pulang" ucap Yosi memberikan gestur kepada Marsya untuk mendekat ke arahnya.
"nggak Yos, aku mau pulang sekarang" ucap Marsya yang mulai merasa tidak aman berada di sekitar pria itu.
"iyaaa, nanti aku antar pulang kok, masuk dulu sini, tunggu dulu sebentar, aku masih pusing banget" ucap Yosi lagi-lagi menyuruh Marsya untuk mendekatinya. Marsya menggelengkan kepalanya, dia duduk di dekat pintu kamar kost pria itu, dan tidak berani masuk lebih jauh.
"mau minum lagi? Yang tadi masih ada" ucap Yosi memperlihatkan minuman yang masih tersisa setengah botol.
"ahh nggak, kamu aja" Marsya menolak, dia sudah mabuk, jika ia minum lagi, ia khawatir akan teler di tempat itu.
"gimana kalau kopi?" ucapnya lagi.
"mmm yaudah boleh" ucap Marsya, dirinya berfikir daripada dia harus meminum minuman keras lagi, lebih baik dirinya meminum kopi saja. Jika saja dia tidak takut tersesat, mungkin dia sudah meninggalkan tempat ini sedari tadi.
"nih, minum" ucap Yosi menyimpan satu gelas kopi di hadapan Marsya, dan satu gelas kopi di hadapannya.
Marsya meminum kopinya yang terasa sedikit pahit, Yosi terus berusaha mengajak Marsya untuk mengobrol.
"Marsya, kamu punya pacar?" ucap Yosi menyeruput kopinya.
"ah punya" ucap Marsya singkat.
"kenapa gak ikut kesini?"
"dia kerja, jadi gak bisa ikut, mmmm Yoss, apa udah ga terlalu mabuk? Udah makin malem, aku mau pulang" ucap Marsya yang merasakan kepalanya semakin berat, dan pandangannya semakin kabur, dia khawatir tidak bisa menahan kesadarannya lebih lama lagi.
"kenapa? Biasanya juga kamu menginap dirumah Riana kan? Jadi gapapa kan kalo pulangnya agak malam? Aku masih belum bisa kontrol diri aku, takutnya gabisa bawa motor dengan benar" ucap Yosi menyandarkan tubuhnya pada ranjangnya.
"ughh yaa itukan di rumah Riana, sekarang kan bukan, lagian Riana juga gak ada" ucap Marsya, ia menyandarkan kepalanya pada dinding kamar kost, karena merasakan kepalanya semakin berat.
"gapapa lah santai aja" ucapnya.
Marsya sudah tidak kuat lagi untuk menahan kontrol dirinya, matanya semakin buram, matanya semakin sulit untuk tetap terjaga, apalagi kepalanya yang semakin terasa berat.
'ughh ini rasanya kaya abis pake obat, jangan-jangan dia masukin obat ke dalam kopinya? Tadi gua mabuknya gak separah ini' Marsya ambruk ke samping kiri, kepalanya menghantam meja kecil di sudut ruangan, dan dia pun langsung tidak sadarkan diri.
*****
Marsya membuka kedua matanya, dia tidak bisa melihat apa-apa karena sangat gelap, dia merasakan tubuhnya berat seperti tertindih sesuatu yang sangat besar, Marsya belum tersadar sepenuhnya, tetapi dia bisa merasakan hembusan nafas yang terasa panas di ceruk lehernya, dengan tangan yang sedang mengelus leher dan perutnya.
"ngghhhh" Marsya melenguh, bukan karena merasakan kenikmatan di tubuhnya, tetapi karena dia merasakan dadanya sangat sesak dan tidak bisa bergerak.
'ughh sesakk, berat bangett sialannn'
Marsya sedikit tersentak, dan membelalakkan matanya saat merasakan ada tangan yang berusaha untuk melepaskan ikat pinggang di celananya, meskipun badannya sangat lemas, dia berusaha memberontak dengan tenaganya yang tersisa.
Dugggg
"eerrggghhh" gubrakkk "arrgghhh bangsat"
Marsya terengah-engah ketika beban yang menindih tubuhnya hilang, dia bangun dari pembaringannya sambil membenarkan ikat pinggangnya yang sudah terbuka, dia meraba dinding untuk mencari saklar lampu.
Ctakkk
Marsya sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya, setelahnya Marsya meraba tubuhnya untuk mencari dompet serta ponselnya, dia menemukan dompet serta ponselnya di atas meja, di sudut ruangan, lalu memasukkannya ke dalam kantong celananya.
Dia melirik ke arah Yosi yang sedang mengerang sambil memegangi asetnya, rupanya tendangan lutut Marsya mengenai tepat ke arah sana.
"fuck you, jerk" Marsya buru-buru melangkahkan kakinya ke arah pintu, dia ingin pergi secepatnya dari tempat itu, tetapi saat ia akan membuka pintu, ternyata pintu itu terkunci.
sreettt
"ughhh brengsek"
Marsya mendongakkan kepalanya saat rambutnya di tarik dari arah belakang
"dasar cewe murahan, bangsat, berani-beraninya kamu nendang aku!" ucap Yosi meninggikan suaranya, Marsya menahan tangan Yosi di rambutnya sambil membalikan badannya, terlihat Yosi menatapnya dengan tatapan yang tajam serta matanya yang merah.
"siapa yang murahan? Gua cuma suka minum, bukan suka jual diri! dasar cowok brengsek" ucap Marsya dengan suara yang tak kalah nyaring.
Plakkk
Marsya terhuyung, dan telinganya berdengung saat pipi karinya di tampar keras oleh Yosi, Marsya memegang sudut bibirnya yang terasa perih, ternyata bibirnya sobek, dan berdarah, belum sempat Marsya melawan, Yosi sudah menjambak lagi rambutnya, memaksanya untuk berdiri, lalu mencekiknya hingga tubuh Marsya tersudut di dinding, Marsya menggeram, dia menahan dan mencakar tangan kekar Yosi yang mencekiknya,
Bugh bugh bugh
"nnggghhh" Marsya semakin tidak berdaya karena Yosi meninju pelipis, dan rahangnya,
"ba...jing ann" ucap Marsya dengan suara yang tertahan, dia membenturkan kepalanya pada kepala Yosi hingga cekikannya terlepas, lalu melayangkan tinjunya ke arah perut Yosi, dia sangat ingin meninju wajahnya tetapi Yosi sangat tinggi, sehingga dia tidak menjangkaunya,
"hah hah hah" Marsya meraup nafas dalam-dalam.
Bugh bugh bugh
Marsya mengarahkan lututnya kearah Yosi yang sedang membungkuk, lalumenendang tulang kering Yosi.
"arggg, brengsek, cewek sialan" pekik Yosi mengerang kesakitan, sementara Marsya berusaha mencari dimana kunci kamar kost milik Yosi, setelah menemukannya, Marsya segera membuka kunci kamar tersebut.
"sialan, susah banget lagi"
cklek cklek cklek krieetttt
setelah pintu kamar kost terbuka Marsya berjongkok untuk mengambil sepatunya, lalu buru-buru melangkahkan kakinya untuk meninggalkan kamar kost itu, tetapi saat ia menolehkan kepalanya ke arah belakang....
Prangggg
Marsya tertegun di tempatnya berdiri saat dia merasakan kepalanya di hantam oleh Yosi, dia terhuyung ke belakang, ia merasakan ada yang mengalir dari bagian atas pelipisnya, di susul oleh pandangannya yang tiba-tiba kabur, sekali lagi ia melihat kearah Yosi yang sedang berdiri di tempatnya, dengan botol minuman yang sudah hancur bagian bawahnya, wajahnya terlihat pucat dengan beberapa lebam disana.
Marsya menggelengkan kepalanya agar matanya tetap terjaga, karena dia harus buru-buru pergi dari tempat itu. Marsya mundur perlahan, saat jaraknya sudah cukup jauh dari Yosi, dia segera membalikkan tubuhnya dan berlari tak tentu arah, ia terus berlari dengan tenaganya yang tersisa, persetan dengan dia yang asing dengan daerah itu, lebih baik ia tersesat daripada di mangsa oleh laki-laki gila itu.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊