[𝐄𝐥𝐝𝐡𝐨𝐫𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬#𝟏]
ON GOING!!!
Percayakah kalian dengan sesuatu yang berbau sihir?. Di Eldhora itu sudah menjadi hal yang lumrah. Namun tak hanya karena penyihirnya, ada keluarga bangsawan, ksatria, dan roh yang diberi kesempatan kedua menjadi satu dalam tempat ini
Alarice Academy. Sebuah sekolah yang menjadi tempat impian semua warga Eldhora. Cerita ini tentang Esther, seorang bangsawan yang memiliki takdir luar biasa
Bersama dengan anak-anak dari asrama lain, mereka diberi tugas untuk menyelesaikan apa yang belum terselesaikan di masa lalu
Apakah mereka mampu mengalahkan kegelapan yang telah lama terkunci, ataukah nasib Eldhora akan terjebak dalam lingkaran tak berujung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FILIA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 01
...𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 𝙱𝚈 @𝙴𝙲𝙻𝙸𝙿𝚂𝚅𝙴𝙽𝚄𝙴...
...•...
...*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*...
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
"Selamat datang di Alarice Academy!. Sekolah paling bergengsi dan menjadi tempat masa depan kerajaan!. Saat ini tengah dimulai semester baru!. Apakah mereka bisa membawa kejayaan untuk kerajaan kita?!"
Esther menatap datar si penyiar acara, padahal suaranya sudah nyaring seharusnya tak perlu diberi mic dan lagi ucapannya aneh. Mata Esther kembali menatap gedung besar tapi juga terlihat sudah sangat lama yang hanya berjarak dengan gerbang
Seketika dirinya menciut dan mundur, tapi Aru ada disana dan menahan kedua pundaknya
"Nona anda tidak bisa kembali."
"Ah tapi aku gak mau. Bukannya cukup Ophelia aja ya." Aru menghela nafas dan membawa barang majikannya itu
"Akan saya temani, ayo!" Esther menarik nafas kemudian menyambut uluran tangan Aru
Mereka berdua segera masuk ke wilayah sekolah dimana ada banyak murid baru yang juga sama sepertinya. Esther merinding melihat beberapa murid yang melayang tengah mengobrol di dekat air mancur
"Kok bisa?!" Aru melirik
"Dasi dan bawahan biru. Mereka dari asrama Ignis, tempatnya para roh yang diberi kesempatan kedua untuk sekolah."
"Tetap saja aku merinding."
"Permisi tuan dan nona!. Saya Casper yang akan mengantarkan barang anda ke kamar."
"Ah bukannya harus mengambil almamater asrama dulu?" kata Aru
"Tidak tuan. Saya ingat wajah para murid baru, mari biar saya antarkan barangnya nona. Setelah mengambil almamater anda bisa ikut sarapan di aula utama."
Seperti namanya, Casper adalah roh yang bertugas menjadi pengangkut dan pengantar barang atau apapun itu sesuai perintah. Aru melirik datar pada nonanya yang berlindung sambil menatap ngeri
"Nona mereka bukan hantu."
"A-aku tak takut pada hantu kok!" Esther langsung berjalan pergi dengan angkuh membuat Aru tersenyum kecil
Esther melihat anak-anak yang sudah mendapat almamater baru
"Hmm, bagaimana caranya membedakan asrama?. Almamaternya hanya berwarna hitam!"
"Lewat dasi dan bawahan. Anda lihat kan tadi yang berwarna biru dari asrama Ignis, yaitu para roh. Warna ungu dari asrama Novare atau tempatnya para penyihir. Warna abu-abu tempatnya para ksatria, Valora. Warna hijau untuk para ilmuwan, Alkemis. Dan warna coklat untuk bangsawan, Roylt."
"Hee kau tau banyak Aru, kenapa kau tidak masuk sini?"
"Saya hanya rakyat jelata yang tidak bisa masuk ke asrama manapun, nona."
Esther mengangguk paham. Mereka kemudian berbelok dan masuk ke tempat yang seperti koperasi tapi penuh dengan benda antik disana
"Permisi, saya mau mengambil seragam atas nama Estheria Genevieve."
Wanita bertopi penyihir itu membuka bukunya tanpa menyentuh
"Hmm, Genevieve ya. Waktu itu juga ada anak gadis bernama sama, tapi dia begitu sombong dan angkuh!"
Esther terkekeh kikuk
'Dasar Ophelia!'
"Tolong jaga bicara anda. Mereka adalah keluarga kerajaan yang langsung berhubungan dengan kaisar." Esther mencoba menghentikan Aru
"Ha?. Lalu apa urusannya denganku?. Aku Thalora, penyihir yang sudah bekerja puluhan tahun di Alarice!. Aku melawan banyak bangsawan manja seperti kalian kau tau?!"
Esther langsung maju ketika Aru ingin protes
"Ah maaf atas ketidaksopanan adik saya, dia hanya tidak terbiasa dengan suasana baru. B-boleh saya ambil seragamnya?"
"Hmm, terserah lah. Roylt!" serunya
Di belakang Thalora ada beberapa loker yang walau terlihat kecil tapi dapat memuat banyak seragam. Salah satu darinya terbuka dan satu seragam melesat keluar. Dia membuka memperlihatkan bentuk seragam itu pada Esther
"Kau suka?!" Esther lagi-lagi menahan tangan Aru
"Iya saya suka terimakasih banyak~." Thalora diam mendapat senyuman manis Esther
"Hmm, bergantilah disana. Selanjutnya!"
"Aru kau tunggulah diluar, oke?" Aru menghela nafas dan mengalah
Esther masuk ke ruang ganti yang berada di pojok tempat koperasi itu. Sejenak dia tersenyum melihat pantulannya di cermin, tapi kemudian dahinya mengernyit
"Kenapa almamater nya lebih panjang?!" serunya pada Aru setelah keluar
Aru menatap datar, entah kenapa dia tidak terkejut
"Itu sebagai simbolis kalau anda adalah bangsawan. Dulu waktu generasi Yang Mulia, seragam Roylt bahkan memiliki emas disetiap seragamnya." Esther cengo
"Oke aku akan terbiasa. Ah kau boleh pulang sekarang Aru, aku harus ke aula utama kan?" Esther merapikan pakaiannya dan menyadari Aru yang tak kunjung beranjak
"Aru, aku akan baik'saja. Kau kan yang paling mengenalku selama lima belas tahun kita berteman. Aku akan menemui di liburan musim panas nanti."
Aru tersenyum kecil dan mengangguk, dia kemudian pergi dengan Esther yang melambaikan tangannya heboh
"Emm... tapi aula utama dimana?"
"Apa kau anak baru?"
Esther terkejut bukan main dan langsung melayangkan kakinya ke belakang, matanya terbelalak melihat pria berambut hitam legam itu yang menatapnya dingin
Sontak dia menurunkan kakinya dan menjaga jarak
"Begitukah kau menyapa orang baru, tuan putri?"
"M-MAAF!" Esther membungkuk 90 derajat. Sekali lihat juga tahu kalau pria itu orang penting di akademi
"Kau anak baru?. Harusnya sekarang ke aula utama."
"A-anu, saya tidak tau dimana aulanya."
"Kalau begitu ikut denganku."
"Baik!"
Pria itu melirik Esther yang mengekor sambil menatap sekeliling dengan mata berbinar
"Kita sampai." Esther tersentak dan mengangguk sopan
Pintu besar nan megah itu akhirnya terbuka hanya dengan jentikan jari pada pria itu. Semua yang ada di aula tersebut seketika menatap mereka
"Duduklah disana dan makan dengan tenang," tuturnya seraya berjalan ke depan
Esther menyadari pria itu yang duduk di salah satu kursi para guru, seketika dia mengumpati dirinya sendiri dalam hati. Dengan sangat perlahan di pergi ke meja sebelah kanan yang memakai taplak berwarna emas dan gambar mahkota
"A-aku boleh duduk disini hehe?"
"Kau lihat kursinya kosong kan?. Duduk saja." Esther berterimakasih walau mendapat tatapan judes dari anak-anak satu asrama dengannya
Seorang pria paruh baya dengan jenggot panjang yang duduk di tengah para guru berdiri kemudian menepuk tangannya. Pintu depan terbuka dengan keras dan para pelayan laki-laki maupun perempuan datang membawakan makanan
"Sarapan anda nona."
"T-terimakasih." Pelayan itu tertegun mendengar suara lembut Esther berbeda dengan anak-anak di sebelahnya yang bahkan ogah menatap mata para pelayan
"Selamat menikmati makanan kalian!" seru pria berjenggot tadi dan tersenyum melihat para muridnya yang lahap makan
"Valent." Sang empunya nama melirik. Pria tua itu kembali duduk
"Kau membawa murid yang menarik ya." Valent diam seraya menatap Esther yang sibuk mengagumi makanan di tangannya
"Anak-anak Roylt memang begitu kan?"
"Tidak tidak. Aku bisa merasakannya. Dari kelima meja ini, masing-masing dari mereka ada satu anak yang memiliki cahaya paling besar."
Valent diam
...T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇...