NovelToon NovelToon
Painkiller

Painkiller

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Cinta Paksa / Angst / Penyesalan Suami / Trauma masa lalu
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: pink berry

Kehilangan mengajarkan mereka apa arti cinta yang sesungguhnya.
Ketika kehilangan datang menghampiri, mereka menyadari bahwa cinta yang sesungguhnya bukan hanya tentang memiliki, melainkan tentang pengorbanan, keikhlasan, dan bertahan di tengah luka yang mendalam. Akankah takdir memberikan mereka kesempatan kedua, atau justru memisahkan mereka untuk selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink berry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pagi Setelah Malam yang Kelam

Pagi itu, Kaluna duduk di bangku meja rias miliknya. Di hadapan nya, terdapat deretan skincare mewah berjejer rapi. Merek-merek terkenal yang sebelumnya hanya ia lihat di majalah dan sosial media nya. Sekarang sudah berada di depan mata nya sendiri.

Ada beberapa brand dari produk ternama yang pernah ia pakai, dan ada yang belum ia pakai sama sekali. Dan beberapa brand lainnya belum pernah ia lihat atau pun ia gunakan sebelum nya. Kaluna bukan tipikal wanita yang suka mengoleksi barang-barang semacam ini. Ia lebih suka menghabiskan uangnya untuk membeli makanan yang enak atau pakaian yang hangat atau layak pakai untuk anak-anak di panti asuhan yang sering ia kunjungi.

Kaluna juga bukan tipikal wanita yang suka dengan kemewahan. Ia lebih suka tampil sederhana dan natural seperti gadis biasa pada umumnya. Itu membuat nya lebih terlihat nyaman. Tapi sekarang, barang-barang mewah ini sudah tersusun dengan rapi diatas meja nya. Barang-barang yang bisa ia dapatkan dengan mudah tanpa harus menabung atau menyisihkan sebagian uang jajan nya. Barang-barang yang tak terhitung lagi berapa jumlahnya. Kaluna, bisa mendapatkan nya dengan mudah tanpa harus bekerja keras.

Tak lama, matanya menatap cermin besar di hadapannya. Bayangan dirinya sangat jelas disana. Wajah cantik nya yang tetap cantik tanpa polesan make up sedikit pun. Namun, ada yang membuat nya berbeda hari ini. Tatapan matanya turun ke leher putih mulusnya. Terdapat bekas kemerahan dan keunguan disana yang terlihat begitu mencolok.

Kaluna menarik nafasnya panjang. Mencoba menahan tubuh nya yang gemetar. Jari-jari lentiknya mulai menelusuri area kemerahan dan keunguan disana. Terdapat juga bekas luka yang masih basah disana. Tak terlalu parah memang. Tapi akan perih jika terkena oleh air. Bekas luka yang diberikan oleh suaminya, Orion.

Tak perlu ada penjelasan tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ia tahu, jika ia memberitahukan hal ini kepada orang lain, orang-orang akan menganggap nya hal yang biasa. Pengantin baru di malam pertamanya terkadang memang terlalu bersemangat bukan?

Namun, kenyataan yang sebenarnya malah membuat hati Kaluna begitu sakit. Orion, pria yang sudah berstatus sebagai suaminya sekarang, telah mengambil secara paksa sesuatu yang sudah ia jaga selama hidupnya ini. Seharusnya itu bukan masalah besar bukan? Mengingat Orion sudah menjadi suaminya dan berhak meminta haknya dan sebagai seorang istri sudah semestinya Kaluna melakukan kewajibannya.

Tapi... Malam itu, Orion mengambil kesuciannya secara paksa. Ia melakukannya dengan begitu kasar kepada Kaluna. Dia tidak peduli jerit kesakitan Kaluna dan tangis memohon Kaluna agar berhenti. Ia seakan tuli akan teriakan Kaluna. Baginya melihat wajah kesakitan dan memohon Kaluna adalah kesenangan tersendiri baginya sekarang. Bibir bergetar Kaluna ketika menahan rasa sakitnya, membuat nya ingin menyiksa wanita itu lebih dan lebih lagi.

Orion suka melihat Kaluna menangis. Wajah memerah Kaluna menambah kesan tersendiri baginya. Sekarang, menyiksa Kaluna dan membuat nya menangis sepertinya akan menjadi hobi baru untuk seorang Orion Ivander Damian.

Malam itu, tidak ada yang namanya cinta sama sekali. Apalagi kehangatan di dingin nya malam. Yang ada hanya jerit tangis dan kesedihan. Malam yang begitu dingin baginya. Malam yang penuh dengan paksaan. Menyisakan rasa sakit yang teramat di tubuh dan hatinya.

Kaluna menundukkan kepalanya, air matanya mulai berjatuhan membahasahi pipi mulusnya. Takdir begitu jahat telah menjebak nya ke dalam pernikahan yang tidak pernah Kaluna harapkan sebelumnya. Ia harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia cintai sama sekali. Tapi walau bagaimanapun, Orion tetap suaminya bukan? Walau tidak suka, ia harus tetap berbakti dan menjadi istri yang baik kan?

Setelah menikah Kaluna bertanya pada dirinya sendiri, kapan ia akan terbebas dari pernikahan ini? Apa mungkin ia harus berada di dalam penjara yang bernama pernikahan ini selamanya? Jika iya, bagaimana nasibnya untuk kedepannya? Jujur, membayangkan nya saja Kaluna sudah setakut itu.

Orion yang berdiri di ambang pintu, hanya menatap datar kearah Kaluna. Jujur saja, ia mulai bosan melihat Kaluna yang menangis sejak tadi. Perempuan itu sibuk dengan dirinya sendiri. Menghapus air matanya yang terus mengalir di pipinya. Sesekali memainkan jari-jemarinya. Orion hanya diam menatap Kaluna. Tanpa suara. Tanpa ekspresi sedikit pun. Tatapan nya begitu dingin dan menusuk. Baginya Kaluna sangat menyebalkan. Kerjanya hanya menangis dari tadi malam.

Tadi malam? Ah, malam itu ya? Orion tersenyum sinis. Ia ingat kejadian beberapa jam terakhir. Ia ingat bagaimana ia telah berhasil mengambil mahkota gadis itu dengan paksa. Gadis.. Bukan! Dia sudah bukan gadis lagi. Tapi seorang wanita sekarang. Wanita bodoh yang kerjanya hanya menangis dibawah kungkungan Orion.

"Udah nangisnya?" nada yang begitu sinis ia ucapkan kearah Kaluna. Perlahan langkahnya memasuki kamar mereka. Orion berdiri tepat di belakang Kaluna.

Kaluna yang mendengar suara berat Orion pun seketika langsung tersentak kaget. Sejak kapan Orion berada disana? Bukannya tadi pagi sekali ia pergi entah kemana meninggalkan Kaluna sendirian?

"Mau sampai kapan menangis terus, hm?" berbicara tepat disamping telinga Kaluna. Kaluna hanya menggigit bibirnya. Matanya masih basah. Ia belum siap untuk berhadapan secara langsung lagi dengan Orion. Tapi pria itu... Entahlah. Kaluna begitu bingung sekarang. Bibirnya terasa kelu. Kata yang ingin ia lontarkan menggantung begitu saja diujung tenggorokan.

"Saya tidak punya banyak waktu untuk melihat drama menangis kamu, Kaluna" tangannya mulai membelai lembut wajah mulus Kaluna. Perlahan tangannya mencengkram kuat dagu Kaluna dan mengarahkannya kearah cermin.

Kaluna mati-matian menahan suara tangisnya. "Jika ingin menangis, silahkan lakukan ditempat saya tidak melihatnya, paham?" mendengar itu Kaluna hanya bisa mengangguk. Jujur saja, lidahnya terasa kelu sekarang. Berhadapan secara langsung dengan Orion sedekat ini membuat jantung nya terus berdebar kencang seperti saat ini.

"Lihat dirimu, Kaluna" sambil menatap wajah Kaluna didepan cermin. "Sangat lemah, bukan? Bagaimana bisa wanita lemah ini menjadi istri seorang Orion Ivander Damian? Kamu.." Orion mulai menggantungkan katanya. Ia mulai berfikir kata apa yang tepat untuk ia sampaikan kepada Kaluna?

Kaluna hanya diam membisu. Menjawab Orion bukanlah pilihan yang tepat untuk saat ini. Yang keluar bukanlah kata yang lemah lembut melainkan kata dingin yang menusuk.

"Kamu tahu, Kaluna? Menikah dengan kamu bukanlah termasuk dalam salah satu rencana saya" berbicara dengan nada dingin. Pandangan mata mereka bertemu. Orion menatap manik hazel Kaluna. Ia melihat ada ketulusan disana. Mata indah itu pasti akan cantik bila pemilik nya tersenyum. Bukan dipakai untuk menangis terus.

Orion tersenyum tipis. Teramat tipis malahan sampai senyuman itu tak terlihat. "Istirahat lah, kamu pasti lelah kan?" tangan yang semula mencengkram dagu Kaluna mulai melepas dan diganti dengan usapan lembut dikepala nya. Orion yang sekarang benar-benar membuat Kaluna bingung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!