FIKSI karya author Soi. Hanya di Noveltoon.
Novel perdana author.
Berawal dari gadis biasa yang menghadapi diskriminasi dan hinaan orang banyak di sekitarnya, Clara membuktikan kemampuannya dengan bekerja sebagai ahli keuangan yang mengesankan bagi seorang bos konglomerat. Di satu sisi, Clara menjadi salah seorang kepercayaan bagi atasannya. Namun, di sisi lain ia menyadari bahwa pekerjaannya berkaitan dengan hal-hal berbahaya yang tidak manusiawi. Pertemuan kembali dengan Kent, sahabat pada masa remajanya, memberikan Clara keberanian untuk menguak kejahatan orang-orang kelas atas yang berkaitan dengan berbagai kasus misterius. Akankah Kent tergerak untuk menolong Clara seperti sedia kala?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon soisoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencarian Informan
Satu jam sebelum rapat dimulai, Debry telah tiba di kantor, lalu menerima telepon dari resepsionis bahwa ada seseorang yang ingin menemuinya.
"Siapa orang itu? Laki-laki atau perempuan?" tanya Debry.
"Laki-laki, Bu. Mohon maaf, saya tidak diberitahu mengenai alasan dan namanya," ucap karyawan resepsionis.
"Abaikan saja, kalau begitu," jawab Debry singkat, kemudian menutup telepon.
Kent yang sedari beberapa menit lalu mengamati dari jarak beberapa meter di lobby perusahaan L-Group sepertinya paham apa yang dibicarakan oleh resepsionis melalui telepon. Ternyata, Kent telah menempelkan sebuah alat sadap kecil pada bagian bawah depan meja resepsionis sejak beberapa jam lalu.
"Ternyata memang tidak mudah. Aku harus beralih ke rencana B. Kira-kira, adakah orang yang dapat dijadikan mata-mata atau sumber informasi?" ucap Kent, sambil mendesahkan nafas.
Setelah mengambil alat sadap itu secara diam-diam dan berpikir sejenak, tiba-tiba sosok seorang kawan lama muncul begitu saja.
"Tunggu.. Bukankah itu Leno? Benar, tidak mungkin aku salah lihat," gumam Kent, walau orang yang diamatinya sudah pergi menaiki lift.
Dengan segera, Kent memencet tombol naik, namun dia batal menggunakan lift karena terlalu lama menunggu. Sebelum beralih ke tangga darurat, Kent berhenti sejenak untuk mengamati lantai yang dilewati oleh 1 orang bernama Leno itu.
"Lantai 22."
Tanpa menunda, Kent menaiki tangga darurat dengan cepat dan mudahnya. Pelatihan fisik yang dijalaninya selama ini nampaknya sangat berguna. Siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir pria ini sudah sinting karena menggunakan tangga darurat dari lantai dasar.
Ketika sampai di lantai 18, Kent baru menggunakan lift menuju lantai 22. Setibanya di pintu belakang kantor lantai 22, Kent tidak langsung masuk, melainkan mengintip melalui jendela pintu yang tembus pandang.
Dari sudut pandangnya, Kent dapat melihat sekitar 9 orang karyawan yang sibuk bekerja. Dua orang di antara mereka adalah Clara dan seorang yang bernama Bu Maya.
"Hah, padahal aku tidak ingin melihatnya lagi," kata Kent, sambil terus mengamati pergerakan dan wajah-wajah dalam ruangan itu. Untungnya, Kent mudah sekali menghafal apa saja.
"Ada yang bisa dibantu?"
Suara seseorang mengejutkan Kent. Dengan sedikit enggan, ia menoleh ke belakang punggungnya.
"Leno!"
Dipanggil seperti itu, lelaki bernama Leno itu langsung tersadar.
"Oh, ya ampun! Ternyata kamu, Kent. Aku hampir saja tidak mengenalimu. Mengapa kau mengendap-endap di sini?" responnya.
"Bukan apa-apa. Kukira, kamu mengabaikanku. Bagaimana kabarmu, sobat?" sapa Kent ramah.
"Aku baik-baik aja. Dibandingkan aku, bukannya keadaanmu sekarang lebih membuat banyak orang penasaran?" kata Leno, seperti sedang melihat keajaiban.
"Aku ga apa-apa, kok. Mulai kapan kamu kerja di perusahaan ini? Bagian apa, nih?" tanya Kent.
"Sekitar 4 tahun lalu. Bagian komputer, pastinya," jawab Leno singkat dan jelas.
"Wah, hebat. Dari dulu, L-Group memang perusahaan besar," puji Kent.
"Sorry, Kent. Aku pingin ngobrol lebih lama ama kamu, tapi aku harus balik kerja, nih. Kamu benernya lagi cari siapa?" kata Leno, sedikit penasaran.
"Oh, ok. Ga kok, aku ga sedang nyari orang. Masuk aja, aku juga mau pergi sebentar lagi. Kamu selesai kerja jam berapa?" balas Kent, sedikit berbasa-basi.
"Sore, jam 6 atau lebih sedikit. Aku masuk dulu ya," ujar Leno, kemudian membiarkan Kent seorang diri.
"Hmm.. Karena sudah sampai di tempat ini, rasanya sia-sia jika aku pulang begitu saja. Apa yang harus kulakukan?" gumam Kent, sedikit frustrasi.
Baru hendak pergi dari tempat itu, mendadak ia melihat Debry Linardi yang berjalan memasuki pintu depan kantor lantai 22. Akhirnya, timbul ide dalam benak Kent setelah mengamati sekelilingnya.
"Permisi, bisakah saya minta tolong berikan memo ini untuk Ibu Debry Linardi?" kata Kent kepada seorang karyawan wanita yang kebetulan lewat.
"Anda siapa?" tanya wanita itu.
"Saya kakak sepupunya Ibu Debry," dusta Kent.
Mendengar jawaban Kent, wanita itu menurut dan mencoba menyerahkan catatan kecil darinya kepada Debry. Begitu memastikan memo itu sudah diterima oleh Debry, Kent langsung pergi.
Debry yang menerima memo itu nampak bingung, kemudian membaca tulisannya.
Halo, Debry. Apa kamu masih ingat janji kita? Kau pernah bilang akan mendukungku, jika aku mau bergabung dalam misimu. - dari teman lamamu.
Membaca memo singkat itu, Debry sepertinya teringat akan sesuatu di masa lalu yang tak bisa diucapkannya secara sembarangan di tempat kerja. Debry menyimpan memo itu dalam saku kemejanya.
Sementara Kent bergumul mencari informasi, para mafia Rosario sedang gempar mencari keberadaan Kent.
"Kurang ajar! Beraninya dia kabur? Sampai kapan bajingan kecil itu berencana meremehkan Rosario? Dia harus dihukum berat! Tunggu apa lagi kalian? Cepat temukan dia!" amuk Rendra, hingga para bawahan setianya terkena imbas.
Kelak, siapakah yang lebih cepat mencapai tujuan? Kent atau Rendra Rosario?
"Clara, kamu dipanggil lagi oleh Presdir," ucap Leno, beberapa jam kemudian.
Clara pun berjalan menuju ruang Presdir dan bersiap diuji kemampuannya, setelah mempelajari teori dan praktek mengenai peran penting setiap divisi L-Group.
"Clara. Apa kamu bisa menjabarkan mengenai kode etik dan peran perusahaanku?" tanya Presdir Linardi.
"Menurut hasil pengamatan saya, L-Group bergerak di bidang layanan keuangan yang tidak kalah profesional dengan bank. Selain bunga pinjaman kredit yang relatif lebih rendah, L-Group juga berperan luar biasa dalam pasar modal, melalui surat-surat berharga yang terjamin secara hukum. Kode etik yang diterapkan oleh L-Group adalah mengutamakan kepuasan pelanggan dan kepercayaan publik."
Mendengarkan jawaban positif dari Clara, Presdir Linardi mengangguk setuju.
"Bagus. Tapi, kau melewatkan 1 hal lain. Kau tahu apa itu?" kata Presdir.
"Mohon maaf.. Saya kurang tahu," respon Clara, sedikit kecewa pada dirinya sendiri.
"Yang terpenting adalah; menjalankan seluruh perintah dari pimpinan, tanpa terpengaruh oleh emosi dan tujuan pribadi," jelas Presdir.
"Baik, Pak. Saya akan mengingatnya," kata Clara hormat.
"Kalau begitu, tugasmu yang selanjutnya adalah pergi ke Singapura bersamaku untuk perjalanan bisnis. Untuk detail waktu dan tanggal, akan kuberitahukan setelah libur. Jika kamu belum pernah ke luar negeri, maka kusarankan untuk membuat paspor. Kau boleh pergi," ujar Presdir.
Itulah yang terjadi pada tanggal 24 Desember 2024, di hari Selasa, yakni sehari sebelum Natal.
Bagi Clara yang hidup seorang diri, liburan Natal selama 3 hari dihabiskan dengan beristirahat penuh. Kini, yang tersisa adalah pekerjaan sebelum penutupan tahun 2024, serta apa yang harus dipersiapkan sebelum berangkat ke Singapura. Tentunya, selama ini Clara tidak sempat menikmati jalan-jalan ke luar negeri karena sibuk mengatur masa depannya.
Tidak seperti Clara, waktu sangat cepat berlalu dan membuahkan kegelisahan bagi Kent. Bagaimana jika musuh bertambah kuat, lalu memakan lebih banyak korban? Jika balas dendam itu gagal, apakah dirinya juga akan berakhir dengan dibunuh?
- Bersambung -
kutunggu up next nyaaa
semangatt thor SOI 🔥💜