Hanin, gadis yatim piatu tak berpendidikan tiba-tiba di jodohkan dengan seorang Pria mapan. Awal nya semua mengira calon Hanin adalah Pria miskin. Namun siapa sangka, mereka adalah orang kaya.
Hanin begitu di sayang oleh mertua dan juga ipar nya.
Tidak ada siapa pun yang boleh menyakiti Hanin. Tanpa mereka sadari, Hanin menyimpan rahasia di masa lalu nya.
Yang penasaran, cus langsung meluncur. Baca nya jangan di loncat ya. Nanti Author ya nggak semangat nulis.
Selamat membaca, ☺️☺️☺️☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Seperti biasa, Hanin akan bangun cepat setiap pagi nya. Ia pun selalu mengikuti rutinitas nya seperti biasa. Apa yang ia lakukan sejak dulu, sama dengan apa yang ia lakukan saat ini.
"Hanin, kok kamu duduk termenung sendirian di situ?" Tanya Ibu mertua nya saat melihat Hanin duduk sendirian di kursi dapur.
"Nggak kok, Bu. Hanin lagi bingung ini. Lagu mikirin sesuatu."
"Bingung mikirin apa?"
"Jadi, semalam itu, Hanin bilang pengen hamil. Tapi, Bang Abi malah terkejut."
Bu Ambar yang mendengar apa yang dikatakan oleh menantu nya itu, langsung saja tertawa.
Bagaimana ia tidak tertawa jika Hanin meminta hal tersebut pada anak nya secara terang-terangan. Dan yang lebih membuat nya sakit perut, Hanin malah mengatakan hal itu kembali pada Ibu mertua nya.
Hanin menatap heran pada Ibu mertua yang masih saja tertawa seperti itu. Ia pun menerka-nerka apa yang telah ia katakan apakah itu salah.
"Hanin, terus reaksi suami mu bagaimana? Apa dia mau membuat mu hamil?"
"Hanin nggak ngerti, Bu. Bang Abi tiba-tiba jadi aneh. Dia mandi malam-malam. Lama gitu di kamar mandi. Hanin sampai ngantuk menunggu nya."
"Kalian lucu sekali."
Hahahaha.
"Hanin salah ya, Bu. Apa karena Hanin nggak pake baju yang Ibu suruh pake itu?"
"Mungkin iya. Nanti malam,, pakai baju itu lagi. Ibu udah beli yang model terbaru. Yang lebih keren. Pokoknya, dalam bulan ini, kamu harus udah hamil. Jadi, tiba-tiba kenapa kamu pengen hamil?"
"Hmm,,, kan kalau hamil bisa ngidam. Kata bang Abi, kalau pengen sesuatu tiba-tiba itu, Udah kayak orang ngidam."
"Jadi, gara-gara itu? Tapi, bagus deh. Ibu senang dan mendukung. Ibu juga pengen punya cucu."
"Tapi, Hanin nggak tahu gimana cara nya hamil. Apa Ibu bisa mengajari Hanin?"
Uhuk...
Bu Ambar malah terbatuk saat mendengar hal itu. Bagaimana mungkin ia mengajari menantu nya itu tata cara untuk hamil.
Bu Ambar jadi panas dingin saat mendengar Hanin berbicara. Kini, giliran diri nya yang masuk ke dalam permainan nya sendiri.
"Nanti saja kita belajar hal begitu. Hmm,, Hanin nggak ada kegiatan hari ini?"
"Ada Bu. Bentar lagi les bahasa inggris dan matematika. Ini Hanin mau nyiapin sarapan dulu."
"Eh, jangan. Biar bibik aja yang siapin sarapan."
"Tapi, Hanin bosan. Di sini nggak pernah ngapa-ngapain. Masak aja nggak boleh." Ucap Hanin cemberut.
"Sayang. Kamu itu menantu Ibu. Nggak boleh ngerjain hal yang seperti ini. Kalau emang bosan, coba lihat suami mu. Siapkan baju kerja nya aja."
"Baiklah kalau begitu. Hanin mau lihat Bang Abi dulu."
Akhir nya, Bu Ambar bisa bernafas lega. Hanin pun masuk kembali ke kamar nya dan ingin melihat suami nya itu.
Seperti nya Abi sudah bangun dan saat ini sedang berada di dalam kamar mandi. Hanin langsung menyiapkan pakaian suami nya itu.
Saat ia membuka lemari pakaian, ia jadi bingung. Ia tidak mengerti, pakaian apa yang harus nya di pakai Abi untuk ke kantor.
Pintu kamar mandi terbuka. Abi keluar dengan handuk di pinggang nya. Hanin pun langsung menghampiri suami nya.
"Bang Abi, dari semalam kok mandi-mandi aja? Apa nggak masuk angin nanti." Tanya Hanin yang saat ini sudah berada di depan mata nya.
"Eh, hmmm,,, anu itu. Nggak kok. Abang nggak mandi semalam."
"Tapi Hanin dengar, ada suara air. Kalau bukan Abang yang mandi, trus bang Abi mandi siapa?"
"Hah! Apaan sih Hanin."
Abi pun berjalan cepat untuk menghindari istri nya itu. Hanin yang melihat Abi akan pergi, tidak sengaja malah menarik handuk milik suami nya itu.
"Bang Abi, jangan pergi dulu. Hanin mau,,,"
Perkataan Hanin terhenti saat melihat sesuatu yang berdiri te-gak di hadapan nya saat ini.
Sudah sejak semalam benda itu tidak mau tidur, walaupun berkali kali di mandikan dan di ajak tidur.
Abi cepat-cepat mengambil handuk milik nya. Dan Hanin menutup wajah nya dengan kedua tangan nya. Ia begitu terkejut dan jantung nya tak bisa ia kondisikan.
"Hanin, tidak sopan menarik handuk seseorang seperti itu. Bagaimana kalau yang kamu tarik itu handuk orang lain?" Ucap Abian memperingati Hanin.
"Bang Abi, seumur hidup sampai jadi istri Bang Abi, Hanin belum pernah tarik handuk orang. Itu kan, karena Bang Abi langsung pergi tadi sebelum Hanin bicara."
Abian berbalik sesudah menghembus kan nafas nya. Entah mengapa, Burung Garuda milik nya langsung bangun saat menatap wajah Hanin.
Apakah sang burung sudah menemukan sangkar yang selama ini ia cari. Padahal sebelumnya, Abian sering di ejek lemah syah-wat oleh mantan-mantan nya yang dulu.
Berkali-kali mereka menggoda Abian dengan cara apapun. Bahkan mereka pernah setengah telan-jang. Tapi Abian, sama sekali tidak tertarik.
Bahkan pernah ada sang mantan yang pernah mera-ba benda itu. Tetap. Benda itu masih saja tidur dan bermimpi indah. Bahkan Abian pun heran dengan semua yang terjadi.
Giliran dengan Hanin, sedikit salah bicara saja. Langsung benda hidup itu bangun dan sulit untuk di tidurkan kembali.
"Memang nya kamu mau bicara apa?"
"Bang Abi, mau pakai pakaian yang bagaimana untuk ke kantor? Biar Hanin siapkan. Hanin kan sekarang istri nya Bang Abi."
Hanin berbicara sambil berjalan menuju ke arah lemari pakaian milik Abian. Namun, entah bagaimana. Abi malah menarik tangan istri nya.
Abi reflek melakukan hal itu. Tubuh nya seperti menginginkan Hanin saat itu juga. Bahkan otak nya pun tidak bisa bekerja dengan baik.
Cup.
Tanpa basa basi. Ia mengecup bi-bir yang selalu membuat nya tak bisa berkata-kata.
"Kalau bicara tu, jangan sambil jalan." Ucap Abi pada Hanin.
"Bang Abi, apa seperti itu nama nya ciu-Man?"
Abi mengangguk sambil jempol nya mengelus bi-bir Hanin yang merah muda itu.
"Masih mau lagi?" Tanya Abian dan membawa Hanin ke dalam dekapan nya.
"Hanin kok jadi gini. Coba Bang Abi pegang da-da Hanin. Jantung Hanin jadi kuat gini berdetak nya. Hanin kenapa ya, Bang Abi. Ini bukan karena penyakit jantung, kan?"
"Bukan. Mungkin karena Hanin jatuh cinta." Ucap Abian yang tangan nya sudah mulai kemana-mana.
Kali ini, ia benar-benar tidak bisa menahan lagi semua yang ada di dalam hati nya. Toh Hanin istri nya. Mereka sudah sah.
"Bang Abi. Apa Bang Abi juga jatuh cinta pada Hanin? Jantung Bang Abi bahkan lebih cepat dan lebih kuat berdetak nya."
"Iya. Abang jatuh cinta pada Hanin. Pada istri Abang."
Dan Abi, langsung ingin menjadikan Hanin milik nya saat itu juga. Sudah ia tahan sejak lama. Tapi Hanin, terus saja memancing nya. Kali ini, tidak ada ampun bagi Hanin.
Brak,,,,
"Hanin, kamu udah siap nak?" Tanya Bu Ambar yang saat ini sedang berdiri di depan pintu kamar mereka.
"Ibuuuuuuuuuu."