Kenzo Abriano sang mafia datang kenegara X untuk bertemu ibunya, ia tidak menyangka hari pertama kedatangan dia dituduh melakukan pembunuh, untuk membersihkan namanya ia harus berkerja sama dengan polisi, bagaimana ia akan menghadapinya saat orang terdekat dan tersayang menjadi terancam karena keterlibatannya mengungkap kematian saudaranya yang tidak memiliki kejelasan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Loka Jiwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab XII Sahabat
Selang beberapa hari setelah kasus itu terpecahkan bahwa gadis yang bunuh diri itu dibunuh oleh kekasihnya sendiri karena berselingkuh, hari ini Kenzo sedang bersantai tiba-tiba Adriana mengirim pesan agar ia datang kekantor polisi. Setelah berpamitan dengan sang ibu Kenzo segera kekantor polisi diantar Khanva, disana Adriana sedang menunggu Kenzo.
" Ada apa?" tanya Kenzo menghampiri Adriana yang menunggu didepan.
" Ditemukan mayat tanpa identitas, ayo masuk mobil." ajak Adriana, Kenzo segera masuk dengan Adriana yang mengemudi, mereka menuju ketepi hutan.
Disana sudah diberi pembatas TKP oleh polisi setempat, dan sudah ada beberapa polisi berjaga saat Adriana dan Kenzo datang, mereka memberi hormat, Adriana melihat letak Mayat dan Kenzo melihat sekitar, bahwa pemukiman warga tidak jauh dan ia telah mendengar saksi menemukan mayat saat ia sedang mencari kayu bakar.
Kenzo lalu menemui Adriana yang berdiri memeriksa mayat, Kenzo juga memperhatikan mayat tersebut.
" Bagaimana?" tanya Kenzo, terlihat laporan sudah ada ditangan Adriana.
" Dia bernama Bastian Rylee, anak berprestasi dia disebut putra daerah, dia sangat gemilang, ku dengar dia dari keluarga kaya, putra tunggal pewaris keluarga Rylee, dia juga atlit panjat tebing, hobi hiking, sudah banyak gunung dan hutan yang dia jelajahi, tapi..." Adriana melihat sekeliling dan menghela nafas berat, ia merasa kecewa bahwa orang yang meninggal ini adalah orang yang suka bercerita disosial media tentang semua pengalamannya.
" Bagaimana kau tau?" tanya Kenzo.
" Dia mempunyai akun YouTube yang memiliki jutaan pengikut, aku salah satunya, dia terkenal dan suka membagikan pengalamannya, sayang sekali dia berakhir di tempat yang tidak terduga, dia meninggal dialam yang ia cintai, hah kecintaan itu sendiri membunuhnya." ucap Adriana kecewa melihat mayat yang sudah ditutup itu.
Kenzo berjongkok dan melihat wajah mayat yang sudah pucat, orang tersebut menggunakan pakaian kasual biasa yang bearti dia hanya lewat terlihat dari terparkir sepeda tidak jauh dari korban, Kenzo melihat sesuatu di balik tubuh mayat yang melewati garis tangan, Kenzo langsung membalikkan Mayat itu, semua orang terkejut melihat apa yang dilakukan Kenzo.
" Apa yang kau lakukan...? Teriak salah seorang polisi, mayat sudah berbalik badan membuat semua orang terkejut tetapi Kenzo lebih terkejut melihat apa yang ada dibalik tubuh mayat, sebuah lambang tertera disana yang di cat menggunakan cat semprot.
Lambang bintang ditengah lingkaran adalah lambang yang di gambar oleh Kenza didalam suratnya, Adriana juga terkejut melihat lambang itu, ia ikut berjongkok disamping Kenzo untuk melihat lebih jelas lambang itu.
" Ini?..." Adriana menoleh pada Kenzo.
" Dia kembali." jawab Kenzo.
" Dia?" Adriana memperhatikan pola itu, tiba-tiba seseorang menarik kerah baju belakang Kenzo dengan kasar menyeretnya agar menjauh dari mayat, Adriana terkejut.
" Beraninya menghancurkan TKP..." teriaknya marah, Kenzo berbalik badan saat cengkraman orang itu terasa kendur, Kenzo terkejut dan orang yang baru saja menariknya juga terkejut.
" Kenzo, kau Kenzo?" tanya orang itu, ia hampir tak percaya melihat orang didepannya itu.
" Calvin?" orang itu langsung memeluk Kenzo, ia menepuk pelan punggung belakang Kenzo, rasanya kenangan masa lalu terbayang dikepalanya, rasa rindu pada sang sahabat yang sudah lama tidak bertemu, Kenzo membalas hal yang sama.
" Kapan kau datang?" tanyanya melepaskan pelukannya.
" Sudah hampir 2 bulan." Kenzo tersenyum.
" Hebat, sudah lama disini tapi kau sama sekali tidak menghubungiku." Calvin memasang ekspresi pura-pura marah.
" Aku akan mentraktir makan sebagai ucapan maaf." kata Kenzo membujuk, Calvin langsung tertawa.
Calvin mengajak Kenzo melihat mayat kembali lalu memerhatikan pola itu, setelah itu menoleh pada Kenzo, gemuruh hatinya tidak bisa ia sembunyikan melihat lambang itu, lambang yang sudah ia cari selama 5 tahun ini, lambang ia kehilangan sahabat baiknya, lambang paling ia benci dan lambang paling ingin dia berantas.
Kenzo dan Calvin berjongkok melihat pola itu, di sentuh oleh Kenzo pola itu lalu dicium bau dari cat semprot.
" Inspektur Calvin Mahendra." Adriana memberi hormat hormat, Calvin mengangguk.
" Apa yang kau temukan?" tanya Calvin pada Kenzo, Adriana memperhatikan kedua orang yang berinteraksi itu.
" Dilihat dari mayat sepertinya ia meninggal 2-3 hari yang lalu tubuhnya sudah disuntik formalin agar tidak busuk, tapi tidak ditemukan luka di tubuhnya jadi tidak pasti penyebab kematiannya." jelas Kenzo.
" Apa maksud dia mengawetkan mayat disini?" kara Calvin. Kenzo memikirkan hal yang sama, pastilah memiliki tujuan dia melakukan itu.
" Kenapa keluarganya tidak melaporkan kehilangan padahal dia sudah meninggal beberapa hari yang lalu?" tanya Adriana.
" Mungkin keluarganya mengira ia masih Hiking dan tidak mengetahuinya." jawab Calvin.
" Dia harus diautopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya." jawab Kenzo, Adriana mengangguk, Calvin melihat kedua orang ini terlihat akrab, dia tersenyum menggoda.
" Apa dia pacarmu?" bisik Calvin ditelinga Kenzo.
" Bukan, dia hanya polisi amatir yang memerlukan bimbinganku." jawab Kenzo pelan yang hanya didengar oleh mereka berdua.
" Oh? Aku takut kau mati tercekik oleh kata-katamu sendiri." sindir Calvin, Kenzo mengibas tangan didepan wajah Calvin yang bearti ia mengabaikan perkataan Calvin.
Adriana datang menghampiri mereka berdua yang sedang mengobrol sambil berbisik, terlihat mereka sangat akrab dan bisa bercanda, apalagi Adriana tau bahwa Inspektur Calvin orang yang tegas dan jarang tersenyum, ia bahkan dijuluki polisi detektif killer paling pemarah dan terkenal tidak taat aturan, dia suka melakukan sesuatu sesuka hatinya.
Adriana teringat saat pertama kali menjadi polisi dia mendengar cerita dari seniornya yang paling takut jika dibawah komando Calvin karena setiap saat jabatan dan pekerjaan mereka dipertaruhkan, mereka bisa kapan saja akan dipecat karena Calvin suka melanggar aturan. Pernah satu kali tim yang dibawah komando Calvin secara mendadak dipindahkan ke perdalam kecil karena mengabaikan aturan, dan salah satu dari tim itu dipecat secara tak hormat, padahal mereka sudah bekerja keras, tidak ada yang tau apa yang terjadi pada tim itu tetapi yang pasti baik jabatan maupun pekerjaan tidak pernah diruntuhkan bahkan malah ia mendapat penghargaan. itu akan menjadi perbincangan hangat diantara mereka jika membicarakan tim Detektif 1.
" Kenapa melamun?" tanya Kenzo, Adriana yang tersadar segera menggelengkan kepala, Calvin menatap aneh padanya membuat Adriana menunduk sedikit menghindari tatapan Calvin.
" Rasanya sangat dingin saat ditatap olehnya, aku belum pernah bekerja sama dibawah perintahnya tetapi mendengar cerita para senior aku bersumpah tidak akan sudi." kata Adriana dalam hati.
Kenzo bisa melihat ekspresi Adriana berubah drastis, biasanya gadis itu begitu bersemangat menyelesaikan kasus tetapi saat berhadapan dengan Calvin ia sangat berhati-hati dalam bertindak, Calvin pergi berbicara dengan beberapa polisi yang berada disana, Adriana masih memperhatikan cara Calvin yang terkenal itu.
" Kenapa? Kau takut padanya?" tanya Kenzo, Adriana menoleh Kenzo lalu memelas wajahnya tak bisa ia sembunyikan.
" Dia..." Adriana tidak berani mengutarakan pemikirannya tentang atasannya jadi ia mengunci mulutnya rapat-rapat, takut jika ia berbicara sepatah lagi Calvin akan menguburnya hidup-hidup.
" Tenang, jika dia menindasmu kau bisa mengadukannya padaku." kata Kenzo tersenyum, Adriana terdiam mematung, ia tidak percaya bahwa Kenzo mengatakan itu membuat hatinya bergejolak, tetapi segera ia tepis pemikiran itu.
" Bagaimana kau mengenalnya?" tanya Adriana berisik, Kenzo tertawa kecil.
" Kemarilah." Adriana segera mendekatkan telinganya pada Kenzo.
" Kenapa kau penasaran?" balasnya, Adriana langsung menjauhi Kenzo dengan tatapan sinis, dia merasa kesal karena merasa dipermainkan.
" Mayatnya segera diurus untuk diautopsi, kasus ini aku yang akan mengambil alih." kata Calvin yang menghampiri mereka berdua, Adriana ingin memprotes keputusan Calvin tetapi ia urungkan niatnya, bagaimanapun Calvin adalah detektif kriminal, jika Adriana ingin memperjuangkan kasus ini dia akan kalah.
" Aku akan meminta berkasmu pada komisaris Gani untuk masuk timku untuk membantu kasus ini." Adriana menganga terkejut mendengarnya, hal yang ingin ia hindari terjadi.
" Lalat akan masuk." kata Kenzo lalu mengangkat dagu Adriana agar mulutnya tertutup, Kenzo tersenyum melihat Adriana yang memantung.
" Aku? aku akan masuk timnya? Aku mati-matian belajar agar lulus menjadi polisi demi bisa kembali kekota ini tapi aku akan masuk timnya, tim tepi jurang, apakah aku masih memiliki masa depan?" gumam Adriana, ia tidak tau apakah ia harus menangis atau tertawa, ia baru saja bersumpah bahkan belum sampai satu hari tetapi harus ia telan sumpah itu, Kenzo mendengar semua keluhan Adriana ia tertawa kecil.
" Apa Calvin Mahendra begitu menakutkan?" tanya Kenzo.
" Um..." Adriana menghela nafas berat, Kenzo mengelus kepala gadis itu lalu meninggalkan Adriana untuk menemui Calvin.