Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Cean tengah merapihkan isi kopernya. Setelah enam tahun ia menetap di London, akhirnya hari ini ia akan kembali ke tanah air.
Ada perasaan aneh yang menyelinap masuk dalam diri Cean. Cean memegang bagian dadanya sendiri, jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Hingga sebuah tangan melingkar di perut Cean dari belakang dan Cean sangat tau tangan itu milik siapa.
"Aku akan kesepaian disini." Kata Rena dengan manja.
"Bukankah enam bulan lagi kau akan menyusulku ke jakarta setelah kontrakmu habis?" Tanya Cean yang kini menghadap ke arah Rena.
Rena mengangguk, "Ya, tunggu aku ya disana. Dan aku harap setelah kembali nanti, statusmu sudah resmi bercerai dari Nadlyn."
Cean hanya menghela nafasnya, ia ingat jika harus mengurus perceraiannya dengan Nadlyn.
Rena mengantar Cean hingga bandara, "Jangan terpesona dengan Nadlyn apapun yang terjadi, selama enam tahun ini aku yang menemanimu disini."
"Kamu tidak percaya padaku?" Tanya Cean.
"Aku percaya." Rena mengecup sekilas bibir Cean sebagai tanda perpisahan, namun kecupan itu tak pernah Cean anggap. Cean hanya ingin memanfaatkan Rena untuk berlindung dari rasa bersalahnya, tidak lebih.
**
Setelah menempuh perjalanan udara hampir enam belas jam, Cean akhirnya tiba kembali di Jakarta. Nanda dan Pras menjemput Cean meski sebenarnya Pras malas melakukan hal itu.
"Mommy.." Cean berhambur memeluk Nanda, dalam enam tahun ini, Nanda hanya dua kali mengunjungi Cean di London, sementara Pras hanya satu kali itupun saat sebelum Regan datang kesana dan Pras belum mencurigai apapun tentang Cean.
Nanda menangkup wajah Cean dengan kedua tangannya. "Mommy merindukanmu, Cean."
"Cean juga, Mom."
Cean beralih pada Pras, "Dad.."
Pras hanya bersikap datar, "Ayo pulang, nanti keburu macet." Ucap Pras menghindari saat Cean ingin memeluknya.
Cean mengerti mengapa sikap Pras dingin seperti itu, pastilah Pras mengetahui kelakuannya saat masih berada di London.
Pras duduk bersama sang supir di depan, sementara itu Nanda bersama Cean di kursi penumpang.
"Kak Disya tidak menjemputku, Mom?" Tanya Cean.
"Kak Disya sudah bekerja di rumah sakit, tidak sebebas dulu." Jawab Nanda.
Disya memegang kendali rumah sakit, jabatannya sebagai direktur keuangan di rumah sakit milik Pras.
Perjalanan mereka terasa sangat kaku karena Pras sedari tadi hanya diam. Sementara Nanda juga tengah diam karena memikirkan Samudra yang berada di rumahnya, karena Nadlyn kini tengah berada di luar kota untuk masalah pekerjaan.
Setelah satu jam, mereka tiba di rumah megah milik Nanda.
Pras segera keluar dan di susul oleh Nanda. Cean sendiri keluar dari mobil dan menatap rumah yang tidak pernah berubah sama sekali meski sudah enam tahun Cean tinggalkan.
Hingga Cean melangkahkan kakinya menuju pintu rumah, langkahnya terhenti kala suara anak kecil yang berteriak memanggil. "Omaaaaa."
Cean membeku seketika. Matanya tertuju pada pria kecil yang menyerupai dirinya, percis seperti miniatur dirinya sewaktu kecil.
"Oma lama sekali perginya." Samudra memberengut kesal.
"Maafkan Oma, Sayang."
"Opa kenapa tidak mengajak Sam?" Tanya Samudra pada Pras.
"Opa tadi tidak melihat Sam." Jawab Pras yang kini menggendong Samudra.
Mata Samudta tertuju pada Cean dan begitupun dengan Cean, mata mereka saling bertumbukan.
Degg...
"Apa dia tamu Opa?" Tanya Samudra dengan polosnya.
"Ya, dia tamu Opa. Beri salam padanya." Jawab Pras.
Samudra tersenyum, menampilkan jejeran gigi susunya. "Halo Uncle. Namaku Sam. Senang bertemu dengan Uncle." Ucap Sam dengan santun.
Degg.. Deggg... Degggg..
"Apa dia...."
Wajah Cean menegang, ia terus menatap wajah Samudra dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.
"Opa, apa Uncle itu sakit?" Tanya Sam pada Pras.
"Dia tidak sakit, dia hanya lelah karena naik pesawat semalaman." Jawab Pras.
Sam hanya mengangguk, "Opa, temani Sam bermain Lego. Kakek membelikan Sam lego baru."
"Oke sayang."
Mata Cean tidak lepas dari wajah Sam, hingga Sam berlalu, Nanda membuyarkan lamunan Cean.
"Cean.."
"Ah iya Mom." Cean terkesiap namun tidak mengatakan apapun.
Nanda menghembuskan nafasnya, ia menganggap jika Cean tidak perduli akan kehadiran Samudra di rumahnya. Hal itu terlihat karena Cean tidak bertanya soal Samudra sedikitpun.
"Istirahatlah, kamarmu sudah mama bersihkan, tapi maaf jika masih ada beberapa barang Sam yang tertinggal di kamarmu, nanti akan Mama ambil." Ucap Nanda.
"Barang barang Sam?" Tanya Cean sambil menyipitkan matanya.
Nanda menatap dalam mata Cean, "Ya, barang barang Sam. Anak kecil yang tadi di gendong Daddy adalah Samudra, panggilannya Sam. Dia adalah cucu Daddy dan Mommy." Nanda menghembuskan nafas kasarnya. "Dari usianya harusnya kamu tau Sam anak siapa, tapi maaf jangan mengakui siapa dirimu di depan Sam, karena kamu sangat tidak pantas melakukan hal itu."
Nanda meninggalkan Cean begitu saja, Cean masih membeku dan lagi lagi perasaan yang slalu di hindarinya muncul seketika.
Cean naik ke lantai dua dimana kamarnya berada, ia membuka pintu dan seketika aroma minyak telon khas bayi menyeruak dan tercium di hidungnya.
Kakinya melangkah masuk, Krinciinggg.. Cean melihat ke arah kakinya dimana Kakinya menendang sebuah bola kecil yang terdapat krincingan di dalamnya. Cean berlutut dengan satu kakinya dan mengambil bola itu lalu menatapnya dengan tetapan entah.
Cean memegang dadanya, jantungnya kian berdebar dengan kencang.
"Jangannn Opaaa.."
Cean mendengar suara candaan dari arah kolam renang yang percis terletak di depan bawah kamarnya. "Opaa Curang..."
Cean berdiri dan membuka pintu balkon kamarnya, dilihatnya Pras tengah bercanda bersama anak kecil yang ia ketahui bernama Samudra. Pras bermain air dengan mengarahkan selang air ke arah Samudra dan membuat Samudra tertawa.
Pikirannya kini mengingat pada wanita yang telah ia sakiti, Nadlyn..
"Jika dia adalah putraku, lalu dimana Nadlyn?" batinnya yang seketika semakin bergemuruh dan merasakan ketakutan akan kehilangan.
Nanda masuk ke dalam kamar Cean, membuat Cean membalikan tubuhnya melihat Nanda.
"Maaf Cean, Mommy ingin mengambil pakaian Sam." Kata Nanda dan pergerakan Nanda terus di perhatikan oleh Cean.
Nanda masuk ke dalam walk in closet dan mengambil pakaian Samudra.
"Dimana Nadlyn?" Tanya Cean yang membuat Nanda menghentikan aktifitasnya lalu menatap putranya itu.
"Kamu menanyakan soal Nadlyn?" Tanya Nanda tak percaya.
"Beri tahu aku, dimana Nadlyn, Mom? Apa Nadlyn baik baik saja?"
"Kamu berharap Nadlyn baik baik saja, atau justru sebaliknya agar kamu tidak perlu mengurus perceraian?" Tanya Nanda membuat Cean terdiam.
"Omaaaa....." Samudra berlari menghampiri Nanda.
"Oma mana bajuku?" Tanya Samudra.
"Ini sedang Oma ambilkan, Sam mandi di kamar Oma saja ya." Ajaknya.
"Kenapa tidak disini, Oma?"
"Disini ada Uncle yang akan beristirahat."
Sam menganggukan kepalanya. "Ayo Oma, sebentar lagi Papi akan menjemputku, Papi berjanji mau mengajakku untuk bermain di timezone." Ucap Samudra bersemangat.
Deggg..
"Papi? Siapa yang dia maksud dengan Papi?"
Pikiran Cean dipenuhi oleh pertanyaan, hatinya bergemuruh merasakan ketidakrelaan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Maaf ya kemarin hanya Up 1 bab, aku sedang flu berat 🙏
nadlin pun sama korban,pdahal andai dia menolak malam itu?krna cean sempat bertanya ..!!
tidak ada yg salah diantara mereka..