Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34 Dilema
Setelah menangis sampai puas Rani kelelahan dan ketiduran diruangan kerja Ardan hingga tak terasa saat membuka mata waktu sudah sangat sore.
" Pak,kenapa tidak membangunkan saya?" Tanya Rani.
" Kamu tidur seperti kerbau,saya bangunkan kamu beberapa kali tidak bangun-bangun ya sudah saya biarkan saja."Dusata Ardan.
Padahal yang sebenarnya Ardan sama sekali tidak membangunkan Rani.
Bos Rani itu sengaja membiarkan Rani tidur sampai dia terbangun dengan sendirinya.
" Bapak yakin tidak sedang bercanda? Masa saya disamakan dengan kerbau!" Sungut Rani dengan bibir mengerucut sembari merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.
" Kamu tidak percaya ya sudah,kamu pasti lapar setelah seharian menangis dan tidur.Ayo kita makan." Ajak Ardan.
Wanita cantik itu hanya diam dan menuruti ajakan Atasannya.
Keduanya keluar dari ruangan kerja ardan dengan bergandengan tangan,tak perduli dengan tatapan mata semua orang terhadapnya.
" Jika ada yang menggunjing saya dibelakang maka bersiaplah menerima surat pengunduran diri." Ucap Ars dengan keras tanpa menoleh ke beberapa orang karyawan yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Langkah dan sorot matanya lurus kedepan dengan tangan tetap menggenggam tangan Rani.Mendengar ancaman Ardan,Rani hanya diam terpaku.
Tak jauh berbeda dengan para karyawan yang menggunjingnya satu persatu di antara mereka bubar.Tak ada satupun diantara mereka yang berani menatap ke arah Ardn dan Rani lagi.
" Pak jadi bos tuh jangan bentar-bentar ngancem pecat napa! Bapak tuh gak tau bagaimana susahnya orang cari kerja,masa iya gara-gara ngeliatin bosnya langsung main pecat."ucap Rani.
Mendengar kata-kata Rani,Ardan mengehentikan langkahnya sejenak kemudian menatap wajah Rani dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
" Suka-suka hati saya dong! Kantor-kantor saya,saya bosnya,salah siapa mereka menggunjing.Ini juga berlaku untuk kamu jika suka menggunjing di kantor." ucap Ardan sembari menahan kekehannya melihat ekspresi wajah Rani yang menurutnya sangat lucu.
Berbeda dengan Arman, laki-laki paruh baya itu masih saja bungkam dan bergelut dengan hati dan fikirannya.
" Pah, sebenarnya papah itu kenapa? Please jangan buat mamah bingung dengan sikap papah yang pulang kerja langsung diem begini.Papah ada masalah apa dikantor? Papah sakit? Atau papah kenapa? Mamah tuh bingung dengan sikap papah!" gerutu Sarifah yang mulai merasa jengah melihat suaminya bermuram durja.
Terdengar helaan nafas panjang dari Armn.Ayah kandung langit itu beralih menatap istrinya, beberapa detik kemudian berhambur memeluk istrinya.
Tubuhnya bergetar hebat dan itu Sarifah rasakan dengan jelas.
" Katakan,ada masalah apa? Kenapa papah seperti ini,jangan buat mamah semakin hawatir pah." desak Sarifah sembari mengusap punggung suaminya.
"Rani mah,Rani.."
Ucapannya terhenti,suaranya terdengar semakin berat.
Mendengar nama menantunya disebut sarifah refleks melepaskan pelukannya.
" Ada apa dengan Rani? Apa yang terjadi dengan putriku hem!" Sarifah mengguncang pundak suaminya dengan kuat, jantungnya berdetak lebih kencang,dengan perasaan yang tak karuan Sarifah menatap suaminya dengan sejuta kemelut di hatinya.
" Kenapa dengan Rani pah!" Bentak Sarifah karna Arman masih bungkam.
" Rani,..."
Mengalirha cerita Arman mengenai pertemuannya dengan mantan istri putranya.
Berbagai ekspresi yang istrinya perlihatkan saat mendengar cerita dari Arman.Tanpa terasa sudut matanya meneteskan buliran air mata.
" Pah, kata-kata papah sangat menyakitkan.Tapi kehawatiran papah juga tidak luput." Pungkas Sarifah setelah mendengar cerita dari suaminya.
" Lalu bagaimana mah,apa yang harus kita lakukan? Apa kita datang saja kerumah pak Arda?" Pertanyaan Arman membuat sarifah diliputi dilema besar.
Suasana mendadak hening, keduanya larut dalam fikirannya masing-masing.
Ditengah keheningan itu terdengar suara ketukan pintu dari luar.
Tok
Tok
Tok
Suami istri itu saling bertatapan.
" Rani,"
" Iya mungkin itu Rani,ayo mah kita keluar!" Ajak Arman sembari berjalan menuju ke pintu masuk utama.
Mereka berjalan setengah berlari menuju ke Sarifah sampai tergesa-gesa saat membuka kunci pintu hingga beberapa kali dia salah memutar arah kuncinya.
" Sabar mah sabar!" ucap Arman melihat istrinya begitu gugup.
Klek
Klek
Cklek
" Kamu!"
Sarifah dan Arman mematung ditempatnya saat melihat wajah seseorang yang berdiri di depan pintu.
Bersambung....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."