Cerita ini untuk fatcat dengan happy ending
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Wanita paruh baya yang masih terlihat muda walau sudah mempunyai dua anak gadis itu, menatap heran suaminya yang datang dengan raut muka lelah bercampur emosi.
"Papa kenapa, ada masalah di kantor ?" tanyanya dengan nada sarat akan khawatir. Sementara kedua tangannya, memijit pelan bahu sang suami.
"Anak kita Ma" ucapnya dengan suara yang terdengar parau.
"Hah, ada apa dengan putri kita ? Berarti tidak ada hubungannya dengan kerjaan Papa ?" Zoe makin penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada suaminya itu.
"Berhubungan Ma. Jadi tadi kan Papa ketemu client buat menjalin kerja sama. Awalnya berjalan lancar, sampai client Papa itu meminta perjodohan dengan anak kita, Meyra." jelas Morris pada Zoe.
"Terus Papa tolak kan ?" Morris mengangguk mengiyakan pertanyaan istrinya.
"Papa juga tau Meyra punya pilihannya sendiri, makanya Papa menolak. Akan tetapi, client Papa ini mengancam akan membuat perusahaan kita collapse. Dan kamu tau Ma, siapa client Papa itu ?" Zoe menggeleng
"Hadrian Bradley" Zoe terkejut mendengar nama yang disebutkan suaminya barusan.
Siapa yang tidak mengenal Hadrian Bradley. Bradley adalah orang terkaya nomor lima di negara A. Sedangkan Smith masih dua tingkat dibawah Bradley. Hadrian Bradley juga tidak pernah main-main dengan ancamannya.
"Lalu kita harus gimana Pa ?" Zoe ikut khawatir setelah mendengar semua penjelasan dari sang suami.
"Papa juga tidak tau Ma" Morris memeluk Zoe, mencari kenyamanan dari istrinya di saat hatinya yang kini tengah dilanda gundah gulana.
*
Di tempat lain, tepatnya di sebuah gedung pencakar langit yang begitu megah. Duduklah seorang pria paruh baya di kursi kebesarannya, dengan kharisma yang begitu luar biasa. Banyak wanita maupun gadis yang mengincar pria tersebut untuk dijadikan suami. Sayangnya tak ada seorang pun yang mampu menarik hatinya. Entah apa yang membuat pria itu betah dengan kesendiriannya.
Tapi tidak ada yang tau bahwa pria dengan kharisma yang begitu luar biasa tersebut ternyata sudah memiliki seorang anak. Ya, seorang anak. Dari hubungan satu malamnya dengan seorang wanita. Semua berawal dari dirinya yang patah hati karena pujaan hatinya menikah dengan lelaki lain. Membuatnya memutuskan untuk pergi ke luxury night clubs dan minum-minum disana sampai dirinya kehilangan kendali. Saat tersadar, ia sudah bersama seorang wanita di dalam kamar dengan keadaan naked.
"Blake, apa kau sudah berhasil mencari tau tentang putraku ?" tanya Dominic pada orang kepercayaannya.
"Sudah Sir. Putra anda bernama Nathan Anders Harrison. Tinggal bersama Nenek dan kedua Kakaknya. Orang tuanya bercerai dan keduanya sudah memiliki keluarga baru lagi. Putra anda kini berkuliah di universitas Princeton, mengambil jurusan bisnis. Dan baru-baru ini Putra anda sedang dekat dengan seorang gadis yang bernama Meyra Jovania Smith." jelas Blake panjang lebar, membuat Dominic mengangguk puas dengan informasi yang diberikan.
"Pas sekali dirinya mengambil jurusan bisnis, jadi tidak begitu susah untuk mengajarinya." Blake mengangguk membenarkan ucapan tuannya barusan.
"Iya Sir"
"Kalo begitu kau harus secepatnya memberitahu anak itu bahwa dirinya bagian dari McCartney. Karena aku ingin dia yang meneruskan perusahaan ini." perintahnya
"Baik Sir, segera saya laksanakan." Blake mengangguk patuh.
"Kalo begitu kau boleh pergi." suruh Dominic, agar lelaki itu cepat menjalankan tugas yang diperintahkan olehnya.
"Baik Sir" Blake mengangguk, kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Dominic.
"Hm... Keluarga Smith ya, menarik." gumamnya sembari mengeluarkan smirk.
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Caden menatap heran sahabatnya yang tidak banyak bicara itu. Bagaimana tidak, Gale kini terlihat berseri-seri. Walau tidak begitu kentara, tapi sebagai sahabatnya ia bisa merasakannya.
"Kayak nya lo lagi seneng ya Gal ?" membuat Vardhan dan Felix sontak melihat ke arah Gale mendengar pertanyaan Caden barusan.
"Biasa aja" jawabnya dengan raut muka datar.
"Masa sih ?" Caden kembali bertanya, dirinya tidak percaya dengan jawaban Gale tersebut.
"Apa jangan-jangan lo udah jadian sama Sera ?" Felix jadi ikut bertanya pada Gale.
"Gak, gue gak jadian sama Sera." Gale menggeleng menjawab pertanyaan dari Felix.
"Dan dibilang gue biasa aja" Gale kembali berkata, kali ini dengan agak ngegas. Membuat Caden mengangguk paham, dan tidak melanjutkan lagi rasa penasarannya.
"Gue mau deketin Meyra" ujar Vardhan mengalihkan pembicaraan dari suasana canggung tadi. Ia juga ingin jujur pada sahabatnya tentang perasaannya.
"Uhuk" tiba-tiba saja Gale tersedak saat minum.
"Eh lo gak apa-apa ?" tanya Vardhan yang diangguki oleh Gale. Namun cowok itu tiba-tiba berdiri dari duduknya seolah ingin pergi.
"Lo mau kemana ?" tanya Felix
"Ke toilet" setelah berkata seperti itu Gale menghilang dari pandangan ketiga sahabatnya.
"Lo ngerasa ada yang aneh gak si sama Gale ?" Vardhan dan Felix sontak menatap Caden.
"Maksud lo ?" tanya Felix pada Caden meminta penjelasan.
"Gale kayaknya suka sama Meyra, bukan Sera." jelasnya yang ditepis oleh Felix.
"Lo jangan ngada-ngada deh kalo ngomong."
"Ya lo liat aja tadi reaksinya pas Vardhan bilang mau deketin Meyra. Dia kayak terkejut gitu kan sampai tersedak pas minum. Belum lagi ada sekelebat raut emosi yang keliatan dari mukanya." Felix yang tadi berusaha berpikir positif jadi tidak bisa setelah mendengar penjelasan Caden yang masuk akal. Begitu pula dengan Vardhan.
"Kalo misal emang Gale suka sama Meyra lo bakalan gimana Vardhan ?" Felix bertanya penasaran.
"Gue gak tau" karena Vardhan sendiri bingung harus bagaimana jika dia dan sahabatnya menyukai gadis yang sama. Apakah dia harus mengalah ? Atau malah memperjuangkannya, dan membiarkannya bersaing dengan sahabatnya sendiri ? Entahlah, Vardhan jadi bimbang sendiri kalo begini.
"Sebagai sahabat gue cuma mau bilang jangan sampai persahabatan kita rusak ya cuma gara-gara seorang gadis." Felix memberikan nasehatnya.
"Iya tuh betul. Gue setuju sama apa yang dibilang Felix. Walaupun gue suka sama Meyra juga tapi gue gak ada niat miliki dia sih, soalnya gue sadar diri hehehe." jujurnya yang membuat Vardhan dan Felix tertawa.
"Bagus deh kalo lo bisa sadar diri." Caden sontak mendengus mendengar perkataan Felix barusan.
*
"Argh... Sial. Pokoknya kamu cuma boleh jadi milik aku seorang." gumamnya dengan penuh rasa kesal.