~Berawal dari kesal jadi suka~
Senja Aurelia dan Fajar Mahardika, yang memiliki perbandingan mencolok dari sisi ekonomi. Senja hanyalah seorang anak panti, berbeda dengan Fajar yang terlahir di keluarga kaya. Keduanya juga memiliki kesamaan yaitu sama-sama pintar. Semua murid SMA Cempaka pun tau pasti siapa yang akan jadi juara 1. Siapa lagi kalo bukan Senja ya Fajar. Jika yang memperoleh juara 1 Senja, maka yang meraih juara 2 dapat dipastikan adalah Fajar. Begitu pula sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Matahari Terbenam & Matahari Terbit
Pelajaran jam pertama sampai ke empat di hari senin telah terlewati. Bunyi bel istirahat pun terdengar nyaring membuat siswa-siswi senang karena akhirnya bisa meninggalkan kelas dan mengisi perut yang telah keroncongan sedari tadi.
Berbeda dengan Senja yang tak bergeming sama sekali dari tempat duduknya. Ia lebih memilih memakan bekalnya sambil membuka buku pelajaran. Gadis itu mengulang belajarnya semalam di rumah, untuk ulangan yang akan dilaksanakan setalah istirahat kali ini.
Tiba-tiba saja ada yang menggeser tempat duduk di sebelahnya. Sebuah bekal kotak makan tupperware dan juga botol minum yang terbuat dari tupperware, pun ada di mejanya.
Senja lantas menoleh dan menemukan Fajar dengan senyumannya. Ia membalas senyuman cowok itu. Ya, dia sudah memutuskan untuk menghadapi resiko apapun nantinya jika dirinya dekat dengan Fajar.
"Loh, kok dikasih ke gue ?" tanya Senja heran karena Fajar yang memberikan lauk miliknya kepada Senja.
"Gak papa, gue gak suka aja lauknya." Senja mengerutkan dahinya seperti berpikir untuk percaya atau tidak, karena ini lauknya ayam. Mana ada yang nggak suka dengan lauk yang satu ini.
"Hm masa sih ?" tanya Senja kembali karena masih ragu.
"Iya udah makan aja, keburu masuk loh."
Dan Senja pun menurut untuk segera memakan bekalnya, diikuti Fajar yang juga memakan bekal bersamanya.
"EHEMMM" deheman yang begitu ngegas tersebut membuat kedua insan yang tengah menikmati bekalnya menoleh ke belakang. Disana ada Candra dengan tampang seolah tidak terima.
"Ya gitu, dunia serasa milik berdua, yang lainnya dilupain."
"Lah tadi, lo diajak gabung kesini gak mau. Sekarang protes katanya dilupain."
"Ya kali lah gue jadi obat nyamuk kalian berdua. Dahlah gue mau ke toilet aja."
"Yaudah sana. Gitu aja pake izin segala."
"Siapa tau ntar lo kebingungan nyariin gue."
"Bodo amat kek lo mau kemana pun juga gue gak peduli."
"Hm, gitu. Liat aja lo ntar." ucap Candra sebelum benar-benar keluar dari kelas dan pergi menuju toilet. Sembari mengeluarkan tatapan aura permusuhan. Sedangkan Fajar sendiri tak menggubrisnya dan melanjutkan makan bekal.
"Lucu tau gak si ngeliat lo sama Candra adu mulut kayak tadi, hahaha." kata Senja yang diakhiri dengan tawa. Membuat Fajar lantas menoleh ke arahnya.
Sejenak dia terpesona dengan tawa dari gadis itu. Namun kemudian, jemarinya tiba-tiba terjulur untuk mengusap samping mulut Senja.
"Lo berantakan tau gak makannya" kata Fajar
Senja sendiri sudah terdiam diperlakukan seperti barusan.
"Bisa-bisanya gue makannya comot di depan dia, huh." rutuk Senja dalam hati.
Pipinya pun kini terasa memanas. Ia sungguh malu.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
"Kriiinnggggg" bel pulang sekolah berbunyi nyaring.
Semua murid sudah siap dengan buku-buku yang sudah dimasukkan ke dalam tas. Ya begitulah, jaman sekarang. Beberapa menit sebelum bel pulang sekolah, mereka sudah tergesa untuk berkemas.
Bahkan tak ayal ada yang menyahut seperti ini.
"Bu, sudah mau bel pulang. Kita beres-beres ya."
"Loh kan masih ada waktu 10 menit lagi."
"Tapi Bu, kita capek. Daritadi ada ulangan, tugas, ulangan, tugas. Begitu terus Bu."
Kalau gurunya baik sih kemungkinan besar akan diperbolehkan. Beda lagi ceritanya kalau dengan guru killer. Ya, kalian pasti taulah bakalan gimana reaksinya.
Jadinya tidak ada yang berani meminta seperti itu kepada guru killer. Mereka pun melihat-lihat dulu, gurunya bisa diajak kompromi atau tidak.
Sedangkan Bu Ana sendiri sih termasuk guru yang bisa diajak kompromi lah ya. Apalagi jadi wali kelasnya Senja, Fajar, dan teman-teman.
Siswa-siswi di kelas tersebut pun, kini sudah langsung berhamburan keluar kelas lebih dulu dari yang lain. Istilah katanya mereka gercep sekali.
*Bukan yang nama saya gercep loh ya wkwkwkw.
Kelas terasa sepi, tersisa hanya Senja didalamnya. Ia memang pulang paling akhir, sekaligus ingin melihat sepucuk surat dari Fajar yang ditulis untuknya.
Saat pulang tadi, cowok itu menghampiri dirinya namun tak berkata apa-apa. Melainkan hanya menaruh sepucuk surat tersebut langsung di meja Senja.
Namun untung saja, Fajar tidak melakukan itu ketika masih ada teman mereka berdua di kelas. Fajar mengerti akan situasi dan kondisi.
From : Fajar
To : Senja
Hai matahari terbenam. Gue mau ngajak lo nih entar malem. Harus mau pokoknya, titik. Gue maksa nih!!!
Jangan khawatir, ntar gue jemput lo jam 7 okey. Jadi.. selamat bersiap-siap.
Senja senyum-senyum sendiri saat membaca surat dari Fajar. Sebenarnya, disatu sisi ia kesal karena cowok itu yang suka memaksa. Namun disisi lain, ia juga bahagia membaca surat dari Fajar.
"Apaan coba matahari terbenam wkwkw. Dasar matahari terbit."