NovelToon NovelToon
Om, Kawin Yuk!

Om, Kawin Yuk!

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Psikopat itu cintaku
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: YPS

Luna merupakan anak pertama Raihan Wicaksono yang berusia 23 tahun, dia bekerja pada di kantor swasta sebagai kepala divisi penjualan. Meskipun ayahnya adalah seorang Ahli Bioteknologi dia sama sekali tidak mewarisi bidang pekerjaan ayahnya.

Luna berkhayal bahwa dia ingin mempunyai suami yang di dapat dari rekanan ayahnya seperti kebanyakan film yang dia tonton, sampai pada akhirnya dia ikut ayahnya bekerja dan bertemulah Luna dengan Renzo anak dari rekan bisnis ayahnya. Usia mereka terpaut lebih dari 10 tahun, Luna langsung jatuh hati begitu melihat Renzo. Tapi tidak pada Renzo, dia sama sekali tidak tertarik pada Luna.

"Itu peringatan terakhirku, jika setelah ini kamu tetap keras kepala mendekatiku maka aku tidak akan menghentikannya. Aku akan membawa kamu masuk ke dalam hidupku dan kamu tidak akan bisa keluar lagi," ancaman dari Renzo.

Cegil satu ini nggak bisa di lawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 11

Malam itu, setelah mengantar Renzo pulang, Johan tidak langsung kembali ke mansion. Sebaliknya, ia memacu mobilnya kembali ke kafe tempat Luna sebelumnya berada. Dia harus menuruti permintaan Renzo terkait karyawan kafe tersebut.

Setibanya di kafe, Johan memilih duduk di sudut ruangan, memesan kopi, dan mengamati sekitar dengan tenang. Ia melihat Ivan masih sibuk melayani pelanggan, tampak seperti karyawan biasa yang sedang bekerja. Tidak ada yang mencurigakan.

Ketika jam kafe sudah waktunya untuk tutup, Ivan keluar dari tempat itu dan berjalan santai menuju sebuah gang kecil di yang tidak jauh dari kafe.

Johan segera mengikuti dari kejauhan. Ternyata, Ivan tinggal di sebuah kos sederhana tidak jauh dari kafe. Johan memperhatikan saat pria itu membuka pintu kamar kosnya dan masuk ke dalam tanpa ragu.

Untuk memastikan, Johan mencoba bertanya pada beberapa warga sekitar. Ia menyapa seorang ibu-ibu yang sedang membereskan tokonya, "Permisi, Bu. Saya sedang mencari informasi tentang seorang teman. Apa Ibu kenal dengan Ivan?"

Ibu itu mengernyitkan dahi sejenak sebelum menjawab, "Oh,  Mas Ivan yang kerja di kafe itu? Baru pindah ke sini belum lama, itu kos nya yang ada di sana gerbang coklat." tunjuk ibu itu.

Johan mengangguk mengerti. "Apa sekarang dia tinggal sendiri di sana, Bu?"

Ibu itu menggeleng. "Sepertinya iya. Setiap hari dia pulang ke kos, lalu besoknya berangkat kerja lagi. Sepertinya dia tidak punya banyak teman."

Johan berterima kasih kepada ibu itu dan kembali ke mobilnya untuk memberikan laporan kepada Renzo. Malam itu juga, ia menghubungi Renzo melalui panggilan telepon.

"Tidak ada yang mencurigakan sejauh ini. Ivan hanya seorang pekerja biasa yang hidup sederhana," lapor Johan.

Di seberang sana, Renzo terdiam. Hatinya masih belum puas. "Aku akan mengawasi Luna sendiri besok," katanya tegas sebelum menutup panggilan.

Johan membuang napasnya berat, lalu kembali melajukan mobilnya ke mansion.

.

.

Keesokan harinya, Renzo diam-diam mengamati Luna dari dalam mobilnya yang diparkir di seberang kantor wanita itu. Dia melihat Luna keluar untuk makan siang bersama seorang rekan kerja, lalu kembali bekerja seperti biasa. Tidak ada hal aneh yang terjadi sepanjang hari. Namun, saat menjelang sore sesuatu menarik perhatiannya.

Luna akan pulang selepas bekerja dan dia turun menuju basement. Renzo mengamatinya dari kejauhan, mobilnya terparkir di ujung membuat Luna tidak memperhatikan.

Tiba-tiba ada seorang pria yang berdiri di balik tembok dan sepertinya sedang mengawasi Luna. Pria itu mengenakan baju panjang berwarna hitam dan topi hitam.

Tanpa membuang waktu, Renzo turun dari mobil dan berjalan mendekati pria itu. Saat ia semakin dekat, pria itu tampak menyadari keberadaannya dan mulai bergerak pergi. Renzo mempercepat langkahnya, lalu dengan cepat meraih lengan pria tersebut.

"Siapa kamu?" tanya Renzo dingin.

Pria itu berusaha melepaskan diri, tapi Renzo lebih cepat. Ia menarik pria itu ke sudut tembok, menjepit tubuhnya ke dinding. "Kenapa kamu mengawasi Luna?"

Pria itu menggeram dan mencoba melawan. Ia mendorong Renzo, melepaskan diri dari cengkeramannya, lalu melayangkan pukulan ke wajah Renzo. Renzo berhasil menghindar dengan refleks cepatnya, lalu balas menyerang dengan tinju yang menghantam rahang pria itu.

"Katakan! Siapa kamu sebenarnya?" bentak Renzo.

"Renzo!!" teriak Luna dari kejauhan. Luna mendengar suara bising maka dari itu ia berusaha mencari sumber suara tersebut ternyata itu suara Renzo.

.

Renzo melepaskan cengkramannya dari pria itu, dan menatap Luna penuh kekhawatiran.

"Ren, kenapa sih kamu seperti ini. Dia ini Bimo, atasanku! Temanku dari kecil juga." seru Luna yang sudah berdiri di depan Renzo, ekspresi Luna benar-benar marah.

"Lun, maaf. Aku lihat tadi dia mengawasimu secara diam-diam. Aku takut seseorang akan menyakitimu," jawab Renzo.

Bimo, atasan Luna yang juga teman Luna dari kecil adalah pemilik perusahaan tempat Luna bekerja. Bimo sangat pandai di dunia tekonologi digital dia mampu menciptakan Paypal yang saat ini banyak di gunakan masyarakat. Perusahaannya kini berkembang pesat di bantu oleh Luna di bagian Marketing.

"Udah, Lun. Semua ini cuma salah paham, aku memang mengawasimu karena ceritamu tadi pagi kalau ada seseorang yang sepertinya mengikutimu di basement kemarin malam." sahut Bimo sembari mengusap bibirnya yang berdarah.

"Maaf, aku sungguh minta maaf pertemuan kita jadi seperti ini," kata Renzo, ekspresinya penuh rasa bersalah.

"Tidak masalah, jika menjadi kamu mungkin aku akan melakukan hal yang sama. Karena sudah bertemu, kenalkan aku Bimo atasan Luna kami sudah berteman sejak kecil. Luna sering cerita tentang kamu, aku turut senang temanku mendapat pasangan sesuai dengan impiannya." jelas Bimo sembari mengulurkan tangannya pada Renzo.

Mereka berdua berjabat tangan dengan baik. Tidak ada lagi kesalahpahaman, Luna terlihat lega dan terseyum menatap Bimo karena bisa mengambil sikap sangat bijak atas apa yang terjadi.

"Apalagi yang lebih menyenangkan di sore hari selain kita ngopi, ayo kita bisa membangun bisnis selanjutnya jika saling bekerja sama," sahut Luna dengan cepat mengajak keduanya ke kafe depan kantor.

Renzo mengangguk menyetujui, sekaligus dia bisa mengawasi gerak-gerik Ivan di sana apa yang akan terjadi ketika dia melihat Luna. Semua akan mudah di awasi oleh Renzo.

Begitu juga dengan Bimo yang menyetujui permintaan Luna.

.

Luna, Renzo, dan Bimo memasuki kafe yang mulai ramai menjelang sore. Suasana hangat dengan aroma kopi yang khas segera menyelimuti mereka. Renzo segera menyadari kehadiran Ivan di balik meja bar, sibuk dengan tugasnya. Tapi yang lebih menarik perhatiannya adalah kedekatan Luna dengan Bimo.

Luna dan Bimo memilih meja di sudut kafe yang lebih tenang, dan tanpa sadar mereka mulai mengobrol akrab. Gelak tawa Luna terdengar renyah setiap kali Bimo melontarkan candaan. Renzo hanya duduk diam, menyesap kopinya dengan tatapan tajam. Jari-jarinya mengetuk meja, menahan perasaan yang mulai tidak nyaman.

"Ingat nggak waktu kita masih kecil, Lun? Kamu selalu pakai baju warna pink itu hampir setiap hari!" kata Bimo sambil tertawa.

Luna ikut tertawa. "Astaga, jangan ungkit itu! Aku dulu memang suka banget warna pink. Tapi itu dulu, ya! Sekarang aku lebih suka warna netral."

Bimo mengangguk, senyumnya melebar. "Aku ingat betul, bahkan waktu ulang tahun ke-10, kamu menangis karena nggak dapat kado berwarna pink. Aku sampai susah payah cari hadiah pink untukmu."

Luna mengangguk antusias. "Dan itu boneka kelinci pink yang sampai sekarang masih aku simpan!"

Renzo berdehem, mencoba menarik perhatian Luna, tapi sia-sia. Ia merasa dirinya benar-benar diabaikan di percakapan itu. Mata Renzo menyipit saat melihat Bimo mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke Luna, tangannya terangkat seolah ingin menyentuh tangan Luna tetapi mengurungkannya.

Kecemburuan mulai menjalar di tubuh Renzo. Ini pertama kalinya dia melihat Luna begitu nyaman dengan pria lain selain dirinya. Dadanya terasa sesak. Dia tidak menyukai bagaimana Luna dan Bimo saling memahami tanpa kata-kata. Sejak awal, Renzo sudah menyadari bahwa Bimo bukan sekadar atasan bagi Luna.

.

1
Damar
Keren thor. Aku ngikutin semua novelnya. Sukses selalu
Safura Adhara
bagus menarik cukup bikin penasaran
Safura Adhara
bagus bikin penasaran
Semara Pilu: Aaaa terima kasih, Kak. Semoga lanjut sampai tamat nanti ya 🫶🏻
total 1 replies
Damar
Mantap thor. Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!