Agistya dan Martin awalnya pasangan yang bahagia.
Namun, semuanya berubah saat Agistya hamil di luar rencana mereka.
Martin yang ambisius justru membencinya dan merasa hidup mereka berantakan.
Tak lama setelah anak mereka lahir, Martin menceraikannya, meninggalkan Agistya dalam kesendirian dan kesedihan sebagai ibu tunggal.
Dalam perjuangannya membesarkan sang buah hati, Agistya bertemu dengan seorang pria yang baik hati, yang membawa kembali kebahagiaan dan warna dalam hidupnya.
Apakah Agistya akan memaafkan masa lalunya dan membuka hati untuk cinta yang baru?
Bagaimana pria baik ini mengubah hidup Agistya dan buah hatinya?
Apakah Martin akan menyesali keputusannya dan mencoba kembali pada Agistya?
Akankah Agistya memilih kebahagiaannya yang baru atau memaafkan Martin demi keluarganya?
Semuanya terjawab di setiap bab novel yang aku update, stay tuned terus ya!✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpacaran
Martin mengajak Listy makan di sebuah warung bakso di pinggir jalan.
"Maaf ya, ajak makannya disini dulu, kamu tau kan dari cerita-cerita aku sebelumnya, kalau aku ini lagi berjuang sendiri buat bayar semua cicilan." Ucap Martin agar Listy maklum kepadanya.
Tanpa Martin sangka, Listy memegang tangannya ... "Saya ngerti kok pak, kalau butuh bantuan ... Bilang aja sama saya."
Martin seperti mendapat lampu hijau tentang perasaan terlarangnya ini, Pria itu tersenyum manis yang tidak pernah lagi senyum itu di tunjukan di depan Tya, istrinya.
"Hadirnya kamu di kantor dan juga di hidupku, bikin hari-hari terasa nyaman di jalani, walaupun di rumah rasanya selalu kesal tapi sekarang ada penawarnya, yaitu kamu."
"Ah bapak bisa aja."
Martin dengan beraninya membalas genggaman tangan Listy, dengan sedikit usapan yang lembut. "Jangan bilang bapak, panggil apa gitu kek ... Biar lebih Deket lagi kalau di luar kantor."
Wajah Listy memerah Karena malu, "Terus apa dong?" Tanyanya.
"Sayang, cinta, love, baby."
"Hus ... Inget yang di rumah ah." Ucap Listy, pura-pura mengingatkan.
"Dia udah ga ada di sini, sekarang di dalam sini cuman ada kamu." Martin menunjuk dadanya sendiri, mengisyaratkan bahwa Tya sudah tidak ada lagi di dalam hatinya, dan Listy sebagai penggantinya.
"Serius?"
Martin mengangguk, lalu mengecup punggung tangan Listy tanpa malu di tempat umum, dimana banyak orang sedang makan siang ditempat mereka.
"Malu mas."
"Eh ... Kamu manggil aku apa?"
"Mas." Kata Listy memperjelas, tangannya berkali-kali menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan wajah yang menunduk malu-malu.
"Adek, Mas boleh panggil kamu adek?"
Listy mengangguk, "Boleh mas, tapi khusus di luar aja ya, jangan di kantor."
"Yaiya dong dek, mas juga tau itu."
.
.
Di rumah.
Sudah hampir tengah hari Tya belum juga mandi, Kevin tidak bisa di tinggal sama sekali, dia nyaman ketika tidur di pangkuan Tya, saat Tya letakan di atas tempat tidur, Kevin selalu terbangun dan menangis.
Tya berusaha makan sambil sebelah tangannya menggendong Kevin, entah para penghuni rumah kemana perginya, satupun tidak ada yang memberitahu Tya, kemana mereka pergi.
"Maafin mama ya sayang, kamu pasti gelisah karena udah lama gak di gendong papa, nanti sore mama bujuk papa lagi ya, biar mau gendong kamu." Ucap Tya dengan mata berkaca menatap wajah polos bayi tanpa dosa itu.
***
Sore hari.
Satu persatu penghuni rumah sudah kembali, pertama Yunita dan juga Erlangga ... Mertuanya itu bermain aman, dengan pulang lebih awal sebelum Martin pulang kantor.
Di lihatnya Tya sedang menyusui Kevin di sofa depan, dengan rambut yang di jepit ke atas, bagian depan rambut sudah keluar dari jepitnya dan sedikit menutup matanya.
"Tya, malu-maluin banget sih, ngapain kamu duduk disini, kalau ada tamu gimana?"
"Tya pake apron kok Bu, menyusui nya kan di tutup."
"Bukan masalah Apron loh, muka kamu dan penampilan kamu tuh yang ga ada bedanya sama babu."
Tya memandang sendiri penampilannya, dia memang merasa kacau, jam tidur yang kurang dan di tambah lagi dia belum sempat untuk mandi sejak pagi tadi.
"Ibu, boleh bantu jaga Kevin? Tya mau mandi sebentar, Kevin cuman mau di gendong, gak mau di letakan di kasur."
"Gak mau, ibu juga mau mandi ... Sebentar lagi Martin sama Komala pulang, ibu gak mau keliatan kusam kayak kamu."
Aku juga ingin Bu, aku istrinya Martin. Ingin terlihat rapi, wangi dan bersih saat suamiku pulang.
Tya bisa apa selain menggerutu saat ini, dia hanya bisa menerima semua perlakuan keluarga Martin tanpa bisa membantahnya.
***
Martin pulang ke rumah pukul 21.00 malam, yang biasanya pria itu sudah berada di rumah jam 17.00 sore.
Yunita terus melipat tangan di dadanya, wanita paruh baya itu resah karena Martin belum juga Sampai rumah, tidak ada kabar apapun dari anak sulungnya itu, sehingga membuatkannya khawatir seperti ini.
Sesekali dia masuk ke kamar Tya, dengan tujuan menanyakan kabar Martin, siapa tau Martin menghubungi Tya terlebih dahulu.
"Coba cek lagi, masa Martin gak kasih kamu kabar sama sekali sih?"
"Engga ada Bu, ga ada kabar apapun dari Martin." Sahut Tya dengan nada rendahnya.
Kami berkomunikasi hanya tentang uang, selebihnya tidak ada lagi yang Martin tanyakan jika melalui chat, menelpon saja akan menjadi suatu keajaiban, dan itu semua terjadi sejak aku hamil sampai sekarang Kevin sudah ada di dunia ini.
Yunita berdecak sebal lalu pergi keluar kamar.
Pukul 22.00
Martin memarkirkan mobilnya di halaman, Yunita yang semula berada di dalam kamar dengan tergesa keluar hendak menanyakan apa yang sudah terjadi, sampai Martin pulang selarut ini.
"Martin, kamu kemana aja? Lembur? Gak biasanya kamu pulang semalam ini."
Martin tersenyum, "Abis refreshing otak aja Bu, boleh kan Martin senengin diri sendiri? Ibu tau sendiri kan Martin di rumah pusingnya kayak apa? Di tambah lagi ngadepin Tya dan juga anaknya."
"Ck ... Yasudah, paling tidak kamu ngabarin loh, ibu sampe gak bisa tidur. Lapar gak? Mau ini buatkan makanan?"
"Engga Bu, Martin udah kenyang, makan di luar."
"Kalau begitu cepet istirahat, besok pagi kamu kerja kan?"
"Iya ibu sayang." Ucap Martin lalu pergi meninggalkan Yunita dengan mulut yang bersenandung riang.
*Pintu kamar di buka.
"Sayang." Tya langsung terperanjat saat mengetahui Martin sudah pulang.
"Mau mandi air hangat, siapin baju tidur." Titahnya kemudian merebahkan diri di atas tempat tidur.
Tya sedikit tersenyum malam ini, melihat Kevin yang sedang tertidur dengan posisi Martin yang juga berbaring di tempat yang sama, walaupun tidak berdekatan tapi ini suatu pemandangan langka baginya.
"Loh, malah bengong ... Ayo siapin."
"I-iya sayang, oh iya ... Kevin rewel terus semalaman, coba malam ini kamu gendong kalau dia bangun, siapa tau bisa lebih anteng."
Sejenak Martin bangun dari posisi berbaringnya, lalu dia menatap bayi mungil yang berjarak beberapa cm dengannya itu.
Baiklah, karena aku habis berpacaran sejak sore hingga malam ... Sesekali aku harus turuti maunya perempuan ini, toh aku sedang senang.
"Iya." Ucap Martin.
"Sayaaang, serius? Aku bersyukur banget akhirnya kamu bisa berubah, kamu udah mulai mau menerima Kevin, sayang makasih ya." Tya memeluk Martin dengan erat.
"Ish ... Lepas, badan kamu bau amis banget."
Tya mengakar kedua lengannya dan mulai mengendus aroma tubuhnya sendiri, "Mungkin bau asi yang menempel di baju aku sayang."
"Yaudah cepet siapin, kalau masih belum juga aku minta siapin ibu nih."
"I-iya iya sayangku, cintaku ... Aku siapin yah." Ucap Tya girang, karena malam ini Tya merasa ada perubahan sikap pada Martin yang selama ini dia tunggu-tunggu.
thank you Thor 😘😍🤗
semangat lanjut terus yaaa 💪💪😘🤩🤗🤗
ini nih slh satu org Kufur..
Tdk bersyukur...