Terlahir dengan kekuatan istimewa, akankah membuat hidup Angela jadi lebih bahagia? atau penuh dengan rintangan.
Mampukah Angela mengendalikan kekuatannya? ataukah kekuatan itu akan menghancurkan dirinya?
Ikuti terus kisah Angela hingga akhir ya ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Tidak Junior, kau salah!" tepis Angela sembari mensejajarkan tinggi badannya dengan sosok hantu anak kecil itu.
"Seorang ibu adalah jelmaan malaikat bagi anak-anaknya. Begitupun dengan ibumu. Aku yakin dia pasti berusaha mencarimu begitu tahu kau menghilang." ucap Angela dengan nada meyakinkan.
"Benarkah?" tanya Junior penuh harap.
"Tentu saja." Angela menganggukan kepalanya sembari tersenyum.
Tok Tok Tok
Pembicaraan Angela dan Junior baru berakhir, saat seorang pelayan mengetuk pintu kamar Angela.
"Permisi nona, anda diminta untuk segera menemui tuan Dafa dan keluarganya." beritahu pelayan tersebut setelah Angela membuka pintunya.
"Baiklah aku akan menemui mereka 5 menit lagi." balas Angela.
"Baik nona." patuh pelayan itu sebelum beranjak pergi.
"Gara-gara kau aku jadi tidak sempat mandi!" Cicit Angela pada Junior. Junior hanya menanggapi ucapan Angela dengan tawa cekikikan saja.
"Tapi baguslah, kalau aku terlihat lusuh seperti ini, Dafa dan keluarganya pasti akan ilfeel padaku. Dan berpikir dua kali untuk menjadikan aku menantu mereka." Seru Angela dengan senyum smirknya. Gadis itu hanya mengganti pakaian kerjanya dengan pakaian rumahan saja. Kemudian pergi menemui Dafa dan orang tuanya di ruang tamu.
***
"Astaga Angela, kenapa kau berpakaian seperti ini? Cepat ganti!" Pekik Emily saat melihat anak gadisnya keluar kamar dengan pakaian seperti itu. Sebenarnya sejak tadi Emily menunggu Angela di depan kamarnya, ia tidak berani masuk ke dalam kamar sang putri karna takut akan diganggu Junior lagi.
"Apa ini? Mamakan sudah bilang untuk tidak memakai kacamata saat tidak sedang berkerja!" Emily melepas kacamata yang di pakai Angela secara paksa.
"Mah, mataku ini minus. Kalau aku tidak pakai kacamata, aku tidak bisa melihat dengan jelas." cicit Angela.
"Tidak papa kau tidak bisa melihat dengan jelas, yang penting kau terlihat cantik." balas Emily sembari mendorong Angela masuk kembali ke dalam kamarnya.
"Pakai ini saja, kau akan terihat semakin cantik jika memakai ini." ucap Emily sembari mengeluarkan gaun malam dengan belahan kaki yang cukup tinggi dari dalam lemari Angela. Di dalam lemari itu, banyak pakaian milik Angela yang belum sempat dipakai.
"Tidak mah, itu terlalu berlebihan. Aku pakai yang ini saja." kata Angela sembari mengambil sebuah dress dengan motif bunga-bunga.
"Ck, seleramu itu jelek sekali." cibir Emily dengan bibir yang mencebik.
Bug!
Aaakkk!
Teriak Emily saat pintu kamar mandi tiba-tiba tertutup sendiri.
"Gaun ini bagus juga, cepat kau pakai. Mama akan menunggumu di luar." cicit Emily sambil berlalu meninggalkan kamar Angela.
Angela hanya bisa menghela napas berat, saat melihat Junior tersenyum puas dari arah kamar mandi.
***
"Kau kenapa mah? Kenapa wajahmu terlihat pucat? Dimana Angela?" tanya Edward saat melihat sang istri datang seorang diri dengan wajah ketakutan.
"Angela masih bersiap pah, sebentar lagi mereka datang." balas Emily.
"Mereka? Memangnya Angela akan datang dengan siapa?" tanya Edward keheranan.
"Dengan si Juniorlah, siapa lagi. Mereka berduakan seperti lem dan kertas yang tidak bisa dipisahkan." cicit Emily.
"kau ini ada-ada saja mah." Edward hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban nyeleneh sang istri.
"Lebih baik kita temui mereka lebih dulu mah, kasihan Dafa dan keluarganya sudah menunggu terlalu lama." saran Edward.
"Hem." Emily menganggukan kepalanya tanda setuju.
Kemudian sepasang suami istri itu berjalan beriringan menuju ruang tamu.
"Selamat malam tuan Leo, nyonya Lia, Dafa." Emily menyapa calon besan serta menantunya dengan ramah.
"Selamat malam nyonya Emily, anda terlihat semakin cantik saja." balas Leo sembari mengecup punggung tangan Emily. Emily yang merasa risih tangannya dicium pria lain di hadapan suaminya sendiri, langsung menarik tangan itu dengan kasar.
Namun sikap Emily tidak membuat pria berperut buncit itu tersinggung sama sekali. Apalagi saat mengingat sebentar lagi dirinya akan berbesan dengan orang terpandang pemilik rumah sakit terbesar di negara ini.
"Selamat malam nyonya Emily apa kabar?" tanya Lia sembari memeluk Emily dengan antusias.
"Selamat malam juga nyonya Lia." balas Emily dengan tenggorokan tercekat karna Lia memeluknya terlalu erat.
"Selamat malam om, tante." Sapa Dafa dengan ramah, hanya Dafa anggota keluarga tersebut yang terlihat normal di mata Emily.
"Malam juga nak Dafa." balas Emily dan Edward serempak.
Setelah cukup lama berbasa-basi membicarakan hal yang membosankan, akhirnya Angela datang juga.
"Hi semuanya, jangan canggung-canggung ya. Anggap saja rumah sendiri." ucap Angela sembari duduk di antara mama dan papanya. Padahal sofa di sebelah Dafa masih kosong.
"Akhirnya calon menantu kita datang juga, kau terlihat sangat cantik malam ini sayang." cicit Lia melebih-lebihkan. Padahal penampilan Angela kali ini lebih sederhana dari hari biasanya.
"Terima kasih tante, aku memang sudah cantik sejak lahir. Hahaha...." balas Angela sembari tertawa keras. Dafa dan keluarganya sampai terkesima saat melihat cara Angela tertawa.
Tawa gadis itu baru terhenti saat Emily mencubit pinggang Angela dengan gemas.
"Jaga sikapmu! Jangan membuat ulah malam ini!" bisik Emily di telinga sang putri. Emily seakan bisa membaca isi kepala Angela.
"Tuan Leo, nyonya Lia, Dafa. Ini sudah malam. Bagaimana kalau kita makan malam terlebih dahulu sebelum kita membicarakan hal yang lain." Ucap Edward mencairkan suasana.
"Baik tuan." jawab Dafa dan kedua orang tuanya serempak.
Setelah tiba di meja makan, tak henti-hentinya Angela membuat ulah. Bahkan di bantu Junior pula.
Junior menarik piring milik mereka bertiga lah, menumpahkan minuman mereka, bahkan mengangkat sendok dan garpu dengan tangan mungilnya, hingga terlihat seperti melayang.
Sampai-sampai Dafa dan kedua orang tuanya buru-buru pamit pulang, padahal mereka belum menyampaikan maksud dan tujuannya mereka datang ke rumah ini.
***
"Ini semua pasti karna ulahmu dan teman gaibmu itu, hingga membuat Dafa dan keluarganya jadi ketakutan!" Marah Emily sembari menatap Angela tajam.
"Kalau kau terus bersikap seperti ini, tidak akan ada pria yang mau menikahi denganmu Angela!" lanjut wanita paruh baya itu lagi dengan wajah gusarnya.
"Tapi aku tidak menyukai Dafa mah, keluarga Dafa itu tidak tulus. Mereka hanya menginginkan harta keluarga kita saja." Balas Angela apa adanya. Ia memang sudah meminta Arnold untuk menyelidiki tentang Dafa dan keluarganya sebelum makan malam ini terjadi.
"Tidak ada salahnya kita membagi sedikit harta kita pada mereka, asalkan ada pria yang mau menikahimu." Balas Emily pula. Ia sudah seputus asa itu hanya demi bisa melihat sang putri menikah.
"Mama..." Angela tak percaya dengan kata-kata yang baru saja didenganya dari mulut wanita pemilik syurganya itu.
"Mama tidak mau melihatmu jadi perawan tua Angela." ucap Emily sembari berlalu meninggalkan sang putri.
Bersambung.
apa dia berani ngungkapin perasaannya ke Ara yang g y
semangat nulis dan sehat selalu tor👍