Cinta yang ngga mungkin bersatu. Malik Arkana Artha Mahendra sudah berusaha melupakan cinta terlarangnya pada Liliana Aldrin. Tapi kabar gadis itu masih hidup membuat cintanya bangkit lagi
Semoga suka, ya❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Move on?
Malik kembali terjaga di pukul tiga pagi.
Mimpinya terulang lagi.
Malik mengusap butiran keringat di keningnya. Baju tidurnya di bagian punggung kembali basah kuyup oleh keringat.
Kenapa gadis itu selalu mau pergi saat dia dekati?
Bukannya dia memang sudah pergi?
Malik memutuskan pergi ke kamar mandi. Mengguyur kepalanya dan tubuhnya yang terasa hangat.
Tidurnya ngga nyenyak akhir akhir ini.
Liliana, bukan kamu aja yang rindu, tapi aku juga, batinnya hampa
*
*
*
Di ruangan Dewa, sudah berkumpul sepupu sepupu dan sahabatnya.
"Kamu serius nyuruh Malik datang?" kesal Dewa pada kembarannya.
"Ngga apa, kan. Kita juga menggunakan agensi yang sama," kilah Deva tanpa rasa bersalah.
"Jadi apa karena gadis itu mirip mantan yang tidak direstui, kamu langsung kasih tau Malik?" sambung Quin juga ikutan kesal.
"Tetap aja dia akan ketemu kalo perusahaannya pake jasa agensi ini," bantah Deva ngga mau disalahkan.
Mending langsung dikasih tau dari pada tau sendiri, tambahnya dalam hati, meyakini kalo yang dia lakukan sudah benar
"Tumben jadi idiot," kecam Sean. Dengan mata kepalanya sendiri dia melihat kehancuran Malik. Topeng dingin dan muka datarnya rusak saat menangisi gadis yang tertembak karena melindunginya.
Padahal dia sudah ceritakan pada mereka dengan sangat lengkap, tapi masih saja diungkit lagi luka lama itu, geramnya dalam hati.
"Dia memang ngga suka keadaan damai sejahtera," kompor Theo membuat Deva mendengus.
"Ya sudah kalo begitu kalian tenang saja. Malik ngga akan terpengaruh juga," sungutnya kesal karena ngga ada satu pun yang berada di pihaknya.
"Bukan gitu, b@hlul! Kamu itu membuka luka lama," sentak Dewa berusaha menyadarkan kebo dohan kembarannya.
"Otaknya susah dikasih tau. Udah kebelet nikah tapi ditolak mulu," kecam Sean sinis.
"Ada apa ribut ribut."
Saking fokusnya menistakan Deva, mereka ngga mendengar suara pintu yang terbuka. Dan kini Malik sudah ada di sana.
"Malik...! Ngapain ke sini," marah Sean.
Ini juga sama b@hlulnya, maki Sean dalam hati
"Kalian juga ngapain kumpul di sini?" tanya Malik kalem. Dia sempat mendengar perdebatan para laki laki yang umurnya lebih tua beberapa tahun darinya.
Dia datang karena tempat meeting dengan kliennya ngga jauh dari gedung perusahaan om Nathan, daddy Dewa dan Deva.
Baru juga selesai meetingnya. Karena gabut dia nyebrang ke sini. Ngga taunya banyak juga yang gabut. Malik tertawa dalam hati.
"Buat marahin dialah," sahut Ziyan cepat.
"Tapi percuma," sambung Quin berdecak.
"Otaknya lagi low bat," tambahnya lagi.
"Sudahlah. Ayo, kita langsung lihat para model itu. Konsepnya outdoor," tukas Deva sambil bangkit dari duduknya. Bokong dan kepalanya sudah panas karena hujatan dari sepupu sepupu dan sahabat kurang ajarnya.
"Heemmm....," dengus Quin sambil melangkah di belakang Deva. Sepupunya itu malah sudah merangkul Malik.
"Aku ngga ikut," tolak Theo.
'Halaaah.... Segitunya takut sama Ruby. Kita hanya memberi penilaian, bukan ngasih mereka harapan," ejek Sean terkekeh.
"Asal imam lo masih kuat aja, Sean," kekeh Ziyan balas mengejek, membela Theo.
"Dari dulu juga aku dan Deva ngga pernah serius dengan model agensi," sanggah Sean santai.
Sebenarnya kepentingannya ke sini karena terpengaruh kata kata Deva. Mau tau seperti apa reaksi Malik, si dingin yang gila kerja nanti jika melihat model yang Sean belum pernah lihat itu.
"Dia model yang baru direkrut agensi," kata Deva waktu itu
Sean hanya sesekali inspeksi ke bagian foto foto modelnya setelah menikah. Beda dengan dulu.
Sekarang udah ada model yang halal untuk dia apa apain di rumah.
Mengingatnya saja sudah membuat sudut bibir Sean melengkung manis.
Quin, Theo dan Zayn juga sama. Semuanya gara gara ulah Deva, jadi kepo ingin melihat semirip apa model itu dengan Liliana. Terutama reaksi Malik.
Para model dan staf pemotretan tentu terkejut melihat kedatangan para big bos yang tampannya di atas rata ke tempat mereka berada.
Langsung terjadi kehebohan. Para kru menyiapkan banyak kursi dan juga membawakan banyak hidangan.
"Langsung gas saja model modelnya," perintah Dewa yang ngga ingin berlama lama berada di sana.
"Siap, bos."
Ini adalah momen istimewa. Sangat jarang mereka berkumpul untuk melihat para model mempromosikan koleksi perusahaan.
Seperti ada momen khusus. Bahkan Malik tuan muda yang paling tajir juga datang.
Dalam hati sang koreo bertanya tanya.
Sang koreo segera bertepuk tangan tiga kali hingga konsentrasi para model menjadi tterfokus kepadanya.
"Lakukan yang terbaik anak anak. Mereka bos besar. Kalo mereka menyukai kinerja kalian, karir kalian bakal tokcer."
Bisik bisik dengungan mulai menguap.
Tekat mereka untuk menjadi model terbaik dan diakui para big boss semakin memguat.
"Jangan sampai ada kesalahan. Oke... Mulai...!'
Mulai lah mereka dishoot lagi sebelum saat kedatangan para big bos. Konsep fasionnya tentang menyambut musim panas.
"Itu yang mirip," bisik Deva di dekat Malik.
Malik mengamatinya.
Cukup mirip. Tapi jika dia mengenakan wig warna brunet dan juga mengenakan softlens ijo, kemiripannya akan semakin jelas.
Malik menatapnya tajam bukan karena ada getaran, tapi dia merasakan keanehan di hatinya.. Kenapa ada dua gadis yang tidak ada hubungan darah, bisa mirip lebih dari tujuh puluh persen?
"Jangan jangan dia anak Om Bara. Tapi katanya udah meninggal," timbrung Sean seakan bisa membaca pikiran Malik
"Mungkin om Bara sudah dibohongin?" duga Ziyan.
Karena kekasih om Bara sangat membenci si om, begitu cerita daddynya.
"Aku akan menanyakan pada Vina," putus Deva.
"Kamu biasa aja, kan, Lik, lihatnya?" tanya Quin kepo.
Malik mengangguk. Gadis itu memang cukup mirip, apalagi kalo mengenakan wig dan softlens seperti Liliana. Mereka akan dikira anak kembar.
Tapi entahlah. Malik ngga mendapatkan rasanya.
Bo dohnya lagi, rasa aneh tapi menyenangkan itu dia dapatkan pada gadis yang dia temui di stasiun yang ngga ada mirip miripnya sama sekali dengan Liliana.
Tanpa sadar Malik memijat keningnya. Dia merasa pusing sendiri dengan pikiran nyeleneh alam bawah sadarnya.
"Kenapa, Malik? Kamu ngga terpengaruh, kan?" tanya Dewa agak panik.
Awas aja kalo terpengaruh. Dia akan mengumpati Deva habis habisan.
Malik menggeleng.
"Biasa aja." Dewa, Deva dan yang lainnya menatap tajam ke arah Malik.
Kata kata yang diucapkan Malik membuat mereka belum bisa percaya.
"Kamu sudah move on? Sukurlah," seru Quin dengan volume suara tertahannya dan tawa yang mulai terdengar lega.
Maminya bisa lega dan ngga bakalan ribut dengan daddynya lagi....
"Yakin?" usik Deva yang langsung mendapat pelototan kembarannya dan juga Theo.
Malik hanya tersenyum sangat tipis.
"Benar, biasa aja."
"Syukurlah," respon Ziyan juga lega.
Beneran move on, ya, Malik, harap Ziyan dalam hati
aq nya ikutan deg²an.. ❤❤
DewaCs juga memantau Malik
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
ternyata gitu doang rencana konyol dante-hera... 🤣🤣🤣 kirain pakai acara jebak-menjebak adegan ranjang.../Facepalm//Facepalm/
Malik itu feeling nya tajem, karna cinta Malik tulus dan sudah mentok sama Liliana, seberubah apapun wajah dan nama Liliana,hati Malik tetap tertuju ke satu hati yaitu Cassie si Liliana asli ,
mungkin kalau orang selain Malik akan oleng juga melihat Liliana KW.
Hera Hera dah langsung ketahuan kan kalau kamu palsu,
malu ga malu ga malu ga...????
ya pasti malu lah,di tolak gitoh😂😂
maka nya mereka gk suka ama Hera
Hera mirip Elle
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
Hera... Hera... sudahlah jadi anak baik aja, jangan mengharapkan sesuatu yg sudah jadi milik orang lain, udah bagus ku dah diterima di keluarga Bara, ga usah kebanyakan tingkah, bikin semua ilfil sama kamu nantinya
DinDit Itu Pacarku ngasih iklan