Raden Tresnoka Herlambang Agung memiliki perasaan lebih dari saudara kepada adik angkatnya yang bernama Rindu Hagika Agung. Namun Rindu sangat menghindari hubungan dengan kakaknya itu lebih dari saudara karena tidak ingin mengecewakan orang tua yang telah membesarkannya yaitu orang tua Noka. Saat pulang dari luar negeri selepas menyelesaikan pendidikan S2 di New York, niat Noka ingin menyatakan cinta kepada Rindu malah dikenalkan dengan kekasih adik angkatnya itu. Murka lah Noka hingga kehilangan akal dan mengambil keperawanan sang adik angkat. Bagaimana respon orang tua mereka? Bagaimana Rindu bisa menerima Noka kembali setelah merusak dirinya dan cintanya kepada sang kekasih? Lanjutan Novel "TRESNO KARO KOWE" , anak pertama Saka dan Fina bersama anak angkat mereka.
#konfliketika
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BUKAN MESIN BAYI
Makan malam pun sudah siap, Saka dan kedua anaknya sudah selesai mandi juga selepas berenang.
Mereka saat ini berkumpul di meja makan.
"Rada kemana?" tanya Noka saat menyadari kembarannya belum pulang.
"Dia menginap di rumah produksinya. Banyak pesanan katanya" jawab Fina.
"Hmmm, Kak Rada sekarang makin sibuk aja ya" timpal Naka.
"Ya wajar kakak mu sibuk, apalagi sebentar lagi dia jadi wakil direktur perusahaan. Dia wanita hebat" sahut Saka.
"Ya benar, dad. Kak Rada begitu hebat untuk memperjuangkan karirnya" ujar Rindu.
"Tapi dia terlalu bekerja keras, aku sebagai ibunya merasa Rada sangat keras pada dirinya sendiri" ucap Fina lalu menatap Saka tajam.
"Apa sayaang, kamu kok natap aku begitu?" tanya Saka yang merasa terintimidasi dengan tatapan sang istri.
"Kamu yang buat putri ku jadi seperti ini, Mas. Dia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk membuktikan diri sebagai putrimu" jawab Fina.
"Hmmm, aku memberikan dia ambisi untuk bergerak maju sayang dan dia bisa" sahut Saka merasa tak bersalah.
Noka dan Rindu saling tatap memberikan kode untuk menghentikan perdebatan orang tua mereka sebelum semakin menyalahkan.
"Aduuh, gara gara renang sama daddy dan Naka, aku udah sangat laper! Ayo makaaan!!!" seru Noka mengalihkan pembicaraan dan Rindu membantu mengambilkan makanan untuk suaminya.
Fina masih menatap tajam sang suami tapi tangannya tetap bertugas mengambilkan makanan untuk Saka yang tersenyum padanya.
Akhirnya mereka makan malam bersama.
.
Keesokan harinya karena hari ini bertepatan hari Sabtu, Noka dan Rindu pamit untuk mulai pindah ke apartemen sepenuhnya.
Saka dan Fina melepaskan anak anak mereka untuk mandiri setelah menikah.
"Kenapa wajahmu terlihat sedih begitu?" tanya Noka saat dirinya menyetir dan menatap sang istri disampingnya setelah membawa barang barang pindahan di mobil.
"Hmmm, begini ya rasanya meninggalkan rumah orang tua karena ikut suami" jawab Rindu terdengar lesu.
"Memang seperti apa rasanya, sayang?" tanya Noka kembali.
"Rasanya ya bener bener terlepas dari mereka" jawab Rindu.
"Itu hanya perasaan sayangku, Rindu aja. Mereka tidak melepas kita sayang. Mereka memberikan ruang untuk keluarga kita tumbuh. Lagian kapanpun kita bisa pulang ke rumah orang tua kita kan" sahut Noka.
"Bener juga sih, Mas" ucap Rindu sambil tersenyum tipis kepada sang suami.
"Oh ya, soal mencari keluarga asli mu bagaimana sayang? Apakah kamu ingin menemukan ibu kandungmu?" tanya Noka membahas Karin.
"Soal ini....aku butuh waktu dulu ya, Mas. Aku rasa kita nikmati aja masa pengantin baru kita" jawab Rindu yang ternyata dalam hatinya belum siap mengenal orang tua kandung yang rela membuangnya di depan rumah orang.
"Baiklah sayang. Aku menuruti apa kata istriku" ujar Noka sambil menoel pipi Rindu.
Lalu mereka pun melanjutkan perjalanan dengan mendengarkan musik.
Sesampainya di apartemen, Noka meminta tolong security untuk membawa barang barangnya dan sang istri menuju unit apartemennya.
Sedangkan pengantin baru ini juga membawa barang barang ringan untuk mereka masukan ke tempat tinggal berdua.
Barang sampai langsung mereka tata sesuai tempatnya. Rindu sangat suka tata ruang jadi selain dia jadi dokter, ia juga suka mendesain desain ruangan.
Sampailah barang terakhir yang dibawa security yaitu koper besar.
Noka memberikan 5 lembar uang berwarna merah bernominal 100.000 untuk 2 security yang membantunya.
Pintu apartemen tertutup, Rindu masih asyik menata ruang keluarga barunya.
Tiba tiba Noka menyerang sang istri hingga terlentang di sofa.
"MAS!" seru Rindu.
"Kita udah berduaan sayang, yuk bikin anak" ajak Noka santai.
Namun Rindu terlihat enggan karena masih banyak barang yang perlu ditata.
"Nanti aja dong, Mas. Masih siang lagi terus barang barangnya banyak yang berserakan. Masa kamu nyaman dengan keadaan rumah yang belum rapi ini?" ujar Rindu sambil mengelus pipi sang suami.
Bukannya marah, Noka malah mencium bibir sang istri singkat lalu kembali berdiri dan membiarkan Rindu duduk.
"Oke deh. Bener kata kamu juga, rumah berantakan begini gak enak kalau mau dieksplor sama pasutri baru hehe. Nanti aja kalau semuanya udah beres, kita lets gooo yaaa" sahut Noka.
Senyum Rindu terlihat lega.
"Siap suamiku sayang. Aku akan memuaskanmu kalau apartemen ini udah beres" rayu Rindu.
"Kutunggu goyanganmu, istriku" balas Noka.
Lalu keduanya pun bergotong royong menata apartemen mereka.
Dari jam 1 siang sampai 5 sore, barulah mereka selesai bersih bersih hingga apartemen mewah milik Noka yang kini sudah ditinggali bersama sang istri nampak rapi.
Kamar mereka pun terlihat sangat nyaman dihuni berdua.
Mereka memutuskan untuk mandi bersama dan berakhir bersatu di bawah shower.
Meskipun lelah bersih bersih lebih berjam jam, tapi keduanya sedang di mabuk gairah dan asmara. Seakan akan hidup hanya butuh cinta dan melampiaskan nafsu pada pasangan halal.
Untung aja Noka dan Rindu sudah hubungan halal jadi mau berhubungan intim berkali kali bagi suami istri pun tidak masalah. Selama kuat dan perkasa 😂
Janji Rindu pada suaminya untuk memuaskan Noka benar benar dilakukan. Dari kamar mandi, mereka lanjut di ranjang dengan langit senja yang sudah mulai menggelap digantikan oleh cahaya lampu gedung gedung tinggi di ibukota.
Sampai barulah, pelepasan kedua, mereka sama sama lemas gemulai di atas ranjang.
Nafas mereka berderu dan tersenggal senggal.
"Sayaaang, kamu bener bener luar biasa! Tau gini dari dulu aku nikahin kamu! Menikah dengan kamu adalah impianku ternyata" ucap Noka.
"Isssh!!! Luar biasa diatas ranjang? Ini pujian atau apa ya?" sahut Rindu yang kurang suka dengan ucapan sang suami.
"Hehe iyaa..tapi aku yakin kamu juga akan luar biasa jadi istri dan ibu anak anak kita sayang" ujar Noka.
Rindu terdiam dan mencerna omongan Noka.
"Apakah menikah akan membuatku melupakan siapa diriku sendiri? Apakah kata orang kalau wanit sudah menikah itu pasti akan merelakan impiannya?" batinnya membuat pria disampingnya pun merasa ada yang salah dari omongannya.
"Hmmm kok jadi diem, apa aku salah ngomong ya sayang?" tanya Noka yang juga peka dengan perubahan sikap sang istri.
Rindu menoleh kesamping dan menatap Noka lekat.
"Mas, sebenarnya kita nikah untuk apa?" tanyanya membuat Noka pun sedikit terkejut dengan pertanyaan sang istri.
"Untuk menjalankan syariat agama, untuk bisa bahagiain kamu, hidup bareng kamu, membangun keluarga sama kamu, ya buat buktiin aku cinta kamu" jawab Noka.
"Hmmm, gimana emang caranya kamu bahagiain aku? Dan apa yang membuatmu bahagia hidup sama aku sebagai istri dan bukan sebagai adik mu lagi?" tanya Rindu lagi.
"Wah ini kayak ujian UN nih. Kalau wanita udah tanya serius begini, harus waspada" batin Noka.
"Pertanyaan pertamamu itu yang jawab harus kamu dan pertanyaan yang kedua aku akan jawab kamu bangun tidur di sampingku saja itu udah membuatku bahagia, Rindu. Kamu mau nemenin aku hidup, aku juga bahagia, kamu mau menjadi istriku, aku bahagia. Ada kamu disini itu udah kebahagiaanku. Kalau semisal omonganku tadi salah karena seakan akan aku menikahi untuk bisa berhubungan suami istri seperti ini, aku minta maaf. Aku tidak akan berbohong jika kamu sangat luar biasa diranjang, kamu juga wanita pertama untukku, tapi beneran aku nikahin kamu bukan hanya untuk kepuasan ku di ranjang tapi juga pingin muasin kamu" jawab Noka panjang lebar dan Rindu suka jawaban yang gentlemen begini.
"Jujur mas, aku suka jawabanmu ini tapi ada satu yang belum kamu jelasin" ujar Rindu.
"Apa sayang, katakan apa yang salah lagi dari perkataanku?" tanya Noka seperti suami suami takut istri.
"Aku sebenarnya tidak suka kalau disuruh cepet cepet diharapkan hamil, karena jadi beban buatku. Iya kalau langsung hamil? Kalau nggak, gimana? Ekspektasi mu soal anak membuatku gak nyaman mas" jawab Rindu dengan mata berkaca kaca.
Noka menghela nafas pelan agar dirinya juga lebih rileks menyahuti sang istri.
"Baik, aku salah. Aku memang menyadari terlalu menuntut mu untuk segera hamil setelah kita menikah. Aku tau sayang, hamil tidak semudah itu, apalagi kamu pun masih ada ambisi yang perlu dicapai. Maafkan aku ya, aku salah" sahut Noka dengan lembut dan tanpa emosi.
Sebagai pria dewasa, ia memang sangat ingin segera menjadi ayah seperti daddynya. Bagi Noka, Saka adalah panutan dihidupnya. Mangkanya, saat menikah dan merasakan bahwa menyemburkan benih senikmat itu, dia berharap benihnya tangguh dan tumbuh menjadi calon anaknya.
Ia ingin membesarkan anaknya itu seperti Saka membesarkannya.
Tapi ternyata sang istri yang dulu ia kenal sebagai adiknya yang lembut dan tidak suka berargumen, lebih memilih tenang dan damai, menunjukkan sisi baru saat menjadi istrinya.
Noka mulai sadar jika istrinya ini wanita bukan mesin bayi. Ia harus memperbaiki pikirannya bahwa menikah untuk punya anak itu kurang benar karena ekspektasi itu memberatkan sang istri yang menjadi media anak itu berada yaitu kandungan seorang wanita.
Pria ini sangat suka kejujuran dan keterbukaan Rindu disaat saat awal menikah seperti ini. Lalu ia menarik tubuh polos sang istri untuk ia peluk dengan tubuhnya yang polos pula.
Mereka berpelukan untuk sesaat lalu memutuskan mandi bersama kembali tapi kali ini hanya mandi tidak lebih.
