Jatuh cinta pada pandangan pertama ? siapa yang percaya ?
Ziva bersyukur bisa terlepas dari mantan toxicnya atas bantuan Arshaka, tapi suatu ketika karena mantan toxicnya juga hubungan yang sedang mereka jalin harus berakhir.
Setelah kejadian buruk itu Ziva jadi trauma berat. Dan semakin berat pula hidupnya karena hubungannya dengan Arshaka berakhir di waktu yang sama.
Satu tahun terlewati tanpa saling berkomunikasi, mereka tidak sengaja di pertemukan lagi.
Akankah cinta yang selama ini Ziva jaga dan tertanam untuk Arshaka harus dia perjuangkan atau harus dia relakan ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyiem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12.
Saat sudah kembali duduk di dalam mobil, wajah Ziva sedari tadi ditekuk.
“Kakak kenapa sih suka banget bikin hutang aku bertambah sama kakak ?” gerutu Ziva merengut kesal
“Hutang apa lagi ? kan udah aku bilang cukup luangkan waktu kamu buat aku, itu aja”
“Ck”
“Masukkin alamatnya” seru Arshaka menyodorkan ponselnya pada Ziva
Sementara Ziva mengetikkan minimarket dekat rumahnya, Arshaka sudah menyalakan mesin mobilnya bersiap memasuki jalan raya.
Ziva meletakkan ponsel Arshaka di holder yang berada di dashboard dan di arahkannya pada Arshaka.
“Pakai seat beltnya non” ucapnya tetap fokus menyetir
“Apa sih kak, iya aku tau aku ngerepotin kakak, gak lagi deh”
Tangan kiri Arshaka terulur, dia mengacak-acak rambut Ziva tanpa melihatnya.
“Bercanda Zi”
Tring.. tring..
“Apa ?” ketus Ziva setelah mengangkat teleponnya
“Kakak dimana ? udah jam berapa ini kak ? mau nyobain sensasi panas dicium tepok ?!”
*Tepok – alat pemukul kasur yg terbuat dari anyaman rotan
“Ohh udah bisa ngomelin kakak ya”
“Gak gitu kak, aku sebagai adik yang baik gak mau kakakku yang cantik ini mengalami hal yang pernah aku alamin”
“Mama mana ?”
“Lagi ngumpulin warga buat hakimin kakak”
“Papa ?”
“Biasa.. santuy sambil minum kopi”
“Kamu mau apa ?”
“Aduh kakakku gak usah repot-repot”
“Satu-”
“Pinjam motor ya kak, besok aku mau jalan sama teman-temanku”
“Hem, tapi pastikan kakak masuk tanpa sepengetahuan mama”
“Aman”
“Nanti kakak juga mau mandi dulu”
“Aku siapin air hangatnya nanti”
“Tapi kalau sampai mama tau kakak udah pulang, gak ada pinjam motor”
“Siap bos !”
“Ya udah kakak lagi di jalan, sebentar lagi sampai”
“Naik taksi kak ? hati-hati nanti diculik loh kak, di bawa kabur”
“Jemput kakak di minimarket depan ya, nanti kakak turun disitu”
“Gak boleh, aku antar sampai depan rumah kamu” celetuk Arshaka
“Siapa tuh kak ?”
“Gak papa kak, nanti aku masuknya sama adikku”
“Gak, Ziva, kalau mau suruh adik kamu tunggu di depan rumah kamu”
“Oke aku setuju, aku tunggu di depan rumah ya kak, see you !”
Tuuttt..
“Kakak” gerutu Ziva
“Aku gak ijinin kamu turun sebelum sampai rumah kamu”
Ziva mendengus kesal.
“Titiknya udah berhenti disini, rumah kamu dimana ?” tanya Arshaka saat mobilnya hampir tiba di minimarket yang Ziva maksud tadi
“Masuk situ, nanti adanya di sebelah kiri cat cokelat cream”
“Gak usah judes begitu dong”
Tidak jauh disana sudah ada Panji, adik Ziva berdiri di depan rumah mereka.
“Itu adik kamu ?”
“Iya, tabrak aja”
“Dasar, jahat banget jadi kakak”
“Makasih banyak kak, maaf aku gak bisa nawarin masuk dulu”
“Tunggu Zi”
“Nih” ucapnya menyodorkan ID card pada Ziva
“Kakak serius ? ID card aku ?” tanya Ziva dengan mata berbinar
“Iya, nih ambil”
“Makasih banyak kak” ucap Ziva setelah menerima ID cardnya kembali ke tangannya
Ziva membuka seat beltnya dan berangsur turun.
“Kak, siapa ?” tanya Panji berbisik
Siapa sangka nyatanya Arshaka menyusul turun menghampiri Ziva dan Panji.
“Ganteng nih kak, spek pangeran berkuda” desis Panji
“Panji ! Panji !!” teriak mama dari dalam rumah
“Tuh dipanggil mama” seru Ziva
“Panji !!” teriaknya lagi terdengar lebih dekat
“Astaga, malu-maluin aja nih mama” gerutu Panji
“Apa sih ma ?” balas Panji tidak kalah teriak berjalan masuk
“Maaf ya kak” seru Ziva
“Iya gak papa, ya udah aku pulang ya, salam buat tante sama om”
“Iya, sekali lagi makasih ya kak”
Arshaka tersenyum begitu manis lalu berputar menuju kursi kemudinya lagi.
“Kak” panggil Ziva tepat saat tangan Arshaka baru mendarat untuk membuka pintu mobilnya
“Kenapa ?”
“Hati-hati di jalan ya”
Singkat, padat, dan jelas, namun berhasil membuat senyum di wajah tampan Arshaka mengembang.
“Masuk gih”
“Iya”
Arshaka menggelengkan kepalanya pelan, kemudian dia masuk dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah Ziva.