NovelToon NovelToon
Campur Tangan Mertua

Campur Tangan Mertua

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Suami ideal
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Tie tik

Menjalani rumah tangga bahagia adalah mimpi semua pasangan suami istri. Lantas, bagaimana jika ibu mertua dan ipar ikut campur mengatur semuanya? Mampukah Camila dan Arman menghadapi semua tekanan? Atau justru memilih pergi dan membiarkan semua orang mengecam mereka anak dan menantu durhaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Emosi Camila

Suara adzan ashar baru selesai beberapa puluh menit yang lalu. Rona jingga mulai terbentang di cakrawala barat, pertanda sang raja sinar akan kembali ke peraduan. Setelah selesai menunaikan sholat ashar, Sinta merias diri di depan meja rias. Entah mengapa akhir-akhir ini wanita berbadan dua itu suka sekali bersolek.

"Enaknya ngapain ya? Zafi masih tidur lagi," gumam Sinta setelah selesai berdandan.

Sinta beranjak dari tempatnya. Dia berjalan keluar dari kamar untuk mencari udara segar. Namun, langkahnya terhenti di ambang pintu ruang keluarga saat melihat Camila dan Arman duduk santai di sofa ruang tamu. Sinta memutuskan duduk di ruang keluarga sambil mengamati adik iparnya dari sana.

"Enak ya jadi Mila. Gak kesepian dan selalu mendapat perhatian dari Arman," batin Sinta saat mengamati sikap yang ditunjukkan Arman kepada Camila. Adik dari Yudi itu tengah memijat telapak kaki Camila.

Rasa iri di dalam hati semakin menggerogoti. Sinta tidak suka melihat kemesraan yang ditunjukkan adik iparnya itu. Pasalnya karakter dan sifat Yudi sangat berbeda dari Arman. Hal ini lah yang membuat Sinta semakin terobsesi dengan hidup Camila yang selalu beruntung dalam segala hal.

"Hmmm. Mereka gak boleh terus-terusan seperti itu. Enak saja Mila selalu mendapat perhatian, sementara aku tidak," gerutu Sinta seraya berdiri dari tempat duduknya. Dia kembali ke kamar dan tak lama setelah itu keluar lagi dengan pakaian yang lebih rapi. Rambut hitamnya pun tertutup kerudung hitam.

Sinta berjalan menuju ruang tamu. Dia tiba-tiba saja duduk di sofa tunggal hingga membuat sepasang suami istri yang ada di sana terkejut. Camila menurunkan kakinya dari paha Arman. Sementara Arman mengubah posisi duduknya.

"Ada apa, Mbak?" tanya Arman.

"Dek Arman, tolong antarkan aku ke tempat bidan Ummu. Aku udah waktunya periksa," pinta Sinta dengan diiringi senyum tipis.

Camila seketika menatap tajam ke arah Sinta setelah mendengar permintaan. "Ayo aku antar, Mbak. Tadi katanya mas Arman mau zoom meeting bersama anak-anak," ucap Camila seraya menyentuh tangan Arman.

Memahami kode dari sang istri, Arman pun mengatakan hal yang sama. Lagi pula dia juga agak risih saat Sinta meminta bantuannya. "Aku ada zoom meeting bersama anak kelas dua belas. Mbak Sinta sama istriku aja," tolak Arman.

"Aku tuh ragu kalau dibonceng Mila. Takut jatuh," sanggah Sinta dengan memasang wajah sedih. "Sampai jam berapa sih, Dek?" Sinta sedikit memaksakan kehendaknya.

"Sampai malam. Udah Mbak Sinta berangkat aja sama istriku," tegas Arman.

"Kalau begitu aku periksa nunggu mas Yudi pulang aja deh. Maaf udah merepotkan," ucap Sinta sebelum pergi dari ruang tamu.

Camila mendengus kesal setelah Sinta pergi dan masuk ke dalam kamar. "Awas saja kalau kamu bonceng-bonceng mbak Sinta lagi. Bukannya aku kejam ya, Mas, tapi agak saru aja kalau ipar terlalu sering boncengan," gerutu Camila seraya menatap Arman dengan intens.

"Bilang aja kalau kamu cemburu." Arman menatap genit Camila sambil menoel pipi mulus itu.

"Dih. Gak level kalau harus bersaing dengan dia. Menang aku dari segala sisi lah." Camila berdecak kesal. "Ingat ya, Mas! Tolak!" Camila memberikan peringatan. Pasalnya, bukan kali ini saja Sinta meminta diantar Arman pergi.

"Iya, Sayang," jawab Arman seraya menangkup pipi Camila. "Ke kamar, yuk!" ajak Arman.

Bersembunyi di dalam kamar jauh lebih daripada harus berada di sana dan bertemu Sinta dengan segala ulahnya. Mereka bersantai di kamar hingga waktu magrib tiba. Menunaikan sholat jamaah di Masjid dan setelah itu pulang. Makan malam bersama pun telah selesai. Anggota keluarga yang lain segera pergi melakukan aktivitas masing-masing. Hanya Arman dan Camila yang masih berada di ruang makan.

"Mas," panggil Camila seraya menatap Arman.

"Hmm ... ada apa?" tanya Arman tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

"Orang-orang pada kemana?" Camila mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk melihat keadaan di dalam rumah.

"Bapak sepertinya balik ke masjid. Ibu tahlilan. Kalau mbak Sinta ke TPQ bersama Zafi. Ada apa? Mau main di dapur?" Kali ini Arman menatap Camila penuh arti.

"Ih! Mesum!" sarkas Camila dengan tatapan sinis. "Aku mau bicara serius, Mas," ucap Camila.

Arman mengubah posisinya setelah melihat ekspresi wajah sang istri. Dia tahu jika Camila sedang resah dan tengah merangkai kata untuk disampaikan. "Ada apa?" tanya Arman sambil menyentuh tangan Camila.

"Aku udah gak kuat tinggal di sini," jawab Camila dengan kepala tertunduk.

"Gak kuat? Maksudnya bagaimana?" Arman mengernyitkan kening.

"Ayo kita pergi dari rumah ini. Ayo ngontrak rumah, Mas. Aku setres banget berada di sini," jelas Camila dengan tatapan serius.

Tentu Arman terkejut mendengar permintaan Camila. Dia heran saja kenapa sang istri meminta pergi dari rumah ini karena sejauh ini tidak ada masalah serius yang terjadi. "Kok kamu minta seperti itu? Memangnya ada apa?" Arman mengernyitkan keningnya.

"Banyak yang terjadi di rumah ini dan mas Arman tidak pernah tahu. Aku udah gak kuat menghadapi mbak Sinta," ucap Camila.

"Kamu cemburu gara-gara tadi sore?" cecar Arman tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Camila. "Sayang. Tidak mungkin kita pergi dari sini hanya karena kehadiran mbak Sinta di rumah ini. Aku tidak tega meninggalkan ibu dan bapak." Suara Arman mulai meninggi.

"Mas, bisa gak sih kamu memikirkan perasaanku?" ujar Camila sambil mengetuk meja beberapa kali. "Aku ini istrimu. Kalau aku sudah tidak nyaman di sini, tolong pertimbangkan lagi lah. Lagi pula memang tidak sehat jika dalam satu rumah ada tiga kepala keluarga. Ya udahlah kalau kamu gak mau ngontrak, aku mau tinggal di Surabaya saja. Kita bertemu saat weekend!" Camila mulai emosi karena sikap Arman.

"Kamu ini kenapa sih? Gak ada hujan gak ada angin tiba-tiba ngomong ngelantur! Sampai kapanpun kita tetap akan tinggal di sini! Aku tuh gak tahu apa yang sebenarnya terjadi, terus tiba-tiba kamu ngamuk seperti ini." Emosi Arman mulai tersulut.

"Aku di sini itu seperti pem—" Camila tak melanjutkan ucapnya. Dia berdiri dari tempat duduknya sambil mengatur napas.

Mata indah itu mulai berair karena tak kuasa menahan gejolak yang ada di dalam dada. Camila bingung harus menjelaskan bagaimana lagi kepada Arman. Banyak kekhawatiran yang dirasakan.

"Udahlah, Mas. Aku udah capek menjalani semua ini. Kalau kamu memang sayang aku, ayo kita pergi dari rumah ini! Aku tersiksa berada di rumah ini. Apa kamu tidak melihat perubahan fisikku. Aku semakin kurus karena tekanan batin. Kenapa sih susah sekali membuat kamu mengerti jika keadaan di sekeliling kita tidak kondusif lagi!"

Setelah mengeluarkan isi hatinya, Camila pergi dari ruang makan. Dia berlari menuju kamar untuk menumpahkan segalanya tanpa ada harus diketahui siapapun. Sementara di ruang makan, Arman hanya bisa termenung memikirkan Camila.

...🌹TBC🌹...

1
aca
camilan pergi aja suami tolol bgt emank
Bunda dinna
Camila mending menenangkan diri dulu,,kehadiran Sinta memang bikin emosi terus..
Arman mana tau,,berangkat pagi pulang sore
Bunda dinna
P.pardi baiķ orangnya,,g banyak omong langsung bertindak..
Titik pujiningdyah: arman harusnya niru bapaknya
total 1 replies
Bunda dinna
Harusnya teh tadi kasih garam sama cuka saja,,Mil..enak buat Sinta
Titik pujiningdyah: bahaya gk sih kalau untuk bumil?
total 1 replies
aca
si tukang fitnah karma nya dateng
aca
bodoh mending cari kontrakan lah suami gk tegas gt buang ke laut
aca
author orang mana kok ada pacet nya q jg orang mojokerto mojosari tepatnya
Titik pujiningdyah: mojokerto aku kak. ak sooko
total 1 replies
Bunda dinna
Si pembuat onad datang lagi..ternyata memang berasal dari keluarga toxic Sinta
Bunda dinna
Mau heran,,Siska kok g punya adab gitu
Haraa Boo
Haii kak, nyicil baca ya, yuk mampir juga di novelku "istri sewaan tuan muda"
terimakasih
Bunda dinna
Niatnya keluar cari hiburan malah dapat masalah,,pusing kan..
Anak sekarang benar2 bikin tepok jidat
Titik pujiningdyah: real life nya memang ada kan yg seperti siska
total 1 replies
Bunda dinna
Mengalah sementara saja,,trs cari solusi biar g serumah sama bu Aminah biar tenang
Titik pujiningdyah: mending keluar ye bund
total 1 replies
Bunda dinna
Syafakallah buat ibu.nya othor..
Lagi musim orang sakit..
Titik pujiningdyah: terima kasih bunda🤩sehat sehat ya
total 1 replies
Bunda dinna
Hadeehh ujung2nya pingsan bu Aminah setelah di marahi pak Pardi
Titik pujiningdyah: tetep gk kuat menghadapi suami. sok garang
total 1 replies
octa❤️
semoga cepat sembuh ibunya y thor
Titik pujiningdyah: amin kak makasih yaaa
total 1 replies
Bunda dinna
Camila sudah bener bersikap cuek sama Sinta,,anggap saja patung..
Fokus sama usahanya biar makin lancar..
Goprutnya ntar sampai hafal sama Mila 😀😀
Titik pujiningdyah: setiap hari makan by goprut
total 1 replies
Bunda dinna
Sinta lagi hamil kok g takut kualat jadi tukang fitnah..
Camila harus lebih tegas lagi
Titik pujiningdyah: tau tuh. caper amat jadi orang
total 1 replies
Bunda dinna
Setelah kejadian ini semoga Arman bisa bijak mengambil keputusan untuk kedamaian rumah tangganya
Bunda dinna
Sah2 saja wanita bekerja asal g lupa sama kewajibannya sama keluarga..
Yg g boleh itu jadi pengadu domba
Titik pujiningdyah: seperti siapa bund?
total 1 replies
Bunda dinna
Mila bersikaplah cuek dan bodo amat sama orang2 yg bermuka dua..
Fokus saja sama keluarga dan usaha biar sukses
Titik pujiningdyah: mila blm jadi wanita strong
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!